بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Ahad – Doha
Membahas: Mulakhas Fiqhi – Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Hanafi Abu Arify 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Doha, 9 Rajab 1445 / 21 Januari 2024



KITAB SHALAT
Bab Tentang Rukun-Rukun, Hal-hal yang Wajib & Hal-hal yang Disunnahkan dalam Shalat

Telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya tentang Rukun-Rukun shalat:

  • Rukun Pertama: BERDIRI DALAM SHALAT FARDHU
  • Rukun Kedua: TAKBIRATUL IHRAM DI AWAL SHALAT
  • Rukun Ketiga: MEMBACA AL-FAATIHAH
  • Rukun Keempat: RUKU’ PADA SETIAP RAKAAT
  • Rukun Kelima dan Keenam: BANGKIT DARI RUKU’ DAN BERDIRI I’TIDAL
  • Rukun Ketujuh: SUJUD
  • Rukun Kedelapan: BANGKIT DARI SUJUD DAN DUDUK DI ANTARA DUA SUJUD
  • Rukun Kesembilan: TUMA’NINAH PADA SETIAP GERAKAN SHALAT TERSEBUT

Rukun Kesepuluh dan Kesebelas: TASYAHHUD AKHIR DAN DUDUK TASYAHHUD

Bacaan Tasyahud, antara lain:

  • Tasyahud Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: الْتَفَتَ إلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «إذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلِ: التَّحِيَّاتُ للهِ، وَالصَّلَوَاتُ، وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ الله الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ لْيَتَخَيَّرْ مِنَ الدُّعَاءِ أَعجَبَهُ إليْهِ، فَيَدْعُو». مُتَّفَقٌ عَلَيْه، وَاللّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling (menghadap) kepada kami kemudian bersabda, ‘Apabila seseorang di antara kalian shalat, hendaknya ia membaca:

AT-TAHIYYAATU LILLAAH, WASH SHOLAWAATU WATH THOYYIBAAT. ASSALAAMU ’ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA ROHMATULLAAHI WA BAROKAATUH. AS-SALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAAHISH SHOOLIHIIN. ASYHADU AL-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA ROSUULUH

(artinya: Segala ucapan selamat, semua shalat, dan kebaikan adalah milik Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya).

Kemudian hendaknya ia memilih doa yang ia sukai lalu berdoa dengan doa itu.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafaznya menurut Imam Bukhari) [HR. Bukhari, no. 831 dan Muslim, no. 402]

  • Tasyahud Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa tasyahud berikut,

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

ATTAHIYYATU LILLAH, AS-SHALAWAATUT T-THAYYIBAAT, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA IBAADILLAAHIS SHAALIHIIN. ASY-HADU AL-LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAH, WA ASY-HADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUH.

(HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)

Cara Duduk Tasyahud

  • Jika memiliki satu Tasyahud : Duduk Iftirasy

Dalam riwayat Tirmidzi, Wail bin Hujr berkata,

قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ قُلْتُ لأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمَّا جَلَسَ – يَعْنِى – لِلتَّشَهُّدِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى يَعْنِى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى

“Aku tiba di Madinah. Aku berkata, “Aku benar-benar pernah melihat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika beliau duduk yakni duduk tasyahud, beliau duduk iftirosy dengan membentangkan kaki kirinya. Ketika itu, beliau meletakkan tangan kiri di atas paha kiri. Beliau ketika itu menegakkan kaki kanannya.”

  • Jika ada dua Tasyahud maka : Duduk Tawaruk

Cara duduk tawaruk ada dua:

1. Pantat diletakkan di tanah, telapak kaki kanan ditegakkan dan telapak kaki kiri berada di bawah kaki kanan.

Abu Humaid menceritakan cara sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika beliau duduk di rakaat akhir, beliau majukan kaki kiri dan beliau tegakkan telapak kaki kanan, dan beliau duduk di tanah.” (HR. Bukhari)

2. Pantat diletakkan di tanah, telapak kaki kanan dibentangkan, dan telapak kaki kiri di atas kaki kanan. Cara kedua ini kadang-kadang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan keterangan dalam hadis dari Zubair bin Awam radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila duduk (tasyahud akhir) dalam sholat, beliau posisikan telapak kaki kiri antara paha dan betis kanan, dan beliau bentangkan telapak kaki kanan.” (HR. Muslim).

Kedua tangan berada di atas paha, dan posisi siku tidak melebar melebihi paha. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Wail bin Hujr yang diriwayatkan Abu Daud dan lainnya.

Duduk Iq’a

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: sholat sah tetapi menyelisihi sunnah. Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menyebutkan bahwa para ulama banyak berbeda pendapat tentang duduk iq’a’ dan penjelasannya. Kemudian ia berkata, “Dan, kebenaran yang tak bisa dielakkan bahwa iq’a’ ada dua macam:

1. Menempelkan kedua pantat di lantai sembari menegakkan kedua betis dan meletakkan kedua tangan di lantai, seperti duduk jongkoknya anjing. Model inilah yang dibenci yang disebutkan dalam larangan.
2. Meletakkan pantat di atas tumit waktu duduk di antara dua sujud. Model duduk inilah yang dimaksudkan oleh Ibnu ‘Abbas dalam ucapannya, “Sunnah nabi kalian.”

Memandang tempat sujud saat duduk Tasyahud

Syekh Ibnu Baz rahimahullah pernah ditanya, kemanakan pandangan orang yang shalat diarahkan dalam shalat?

Beliau menjawab, “Sunahnya adalah melihat tempat sujudnya saat dia berdiri, demikian pula saat ruku. Adapun ketika duduk, hendaknya dia melihat tempat jari memberikan isyarat, baik saat tasyahud atau saat duduk di antara dua sujud, sebagaimana terdapat dalam sunah Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” (Majmu Fatawa Ibnu Baz, 29/241)

Pandangan tidak melebihi isyarat jari. Al Baihaqi berdalil dengan hadits dari Abdullah bin Zubair bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangan kanannya dan berisyarat dengan jarinya dan pandangannya tidak melebihi isyarat tersebut. Dalam hadits disebutkan,

لاَ يُجَاوِزُ بَصَرُهُ إِشَارَتَهُ

“Janganlah pandangannya melebihi isyarat jarinya.” (HR. Abu Daud no. 990. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan) (Al Majmu’, 3: 302).

Cara Menggenggam Jari disaat Tasyahud

1- Jari tengah, jari manis dan jari kelingking digenggam, sedangkan jari telunjuk dan jempol tidak digenggam (dilepas begitu saja).

2- Jari jempol dan jari tengah membentuk lingkaran, yaitu kedua ujung jari tersebut membentuk lingkaran atau ujung jari tengah membentuk lingkaran dengan bagian ruas jari dari jari jempol.

Menggerakkan Jari disaat Tasyahud

Permasalahan shahih dan tidak shahih hadits yang menganjurkan kita untuk menggerak-gerakkan jari telunjuk dalam tasyahud merupakan salah satu masalah yang diperselishkan para Ulama.

Sehingga ada ulama yang berpendapat digerakkan dan ada yang berpendapat tidak digerakkan.

Rukun Keduabelas: MEMBACA SHALAWAT PADA TASYAHHUD AKHIR

Yakni mengucapkan: Allahumma shalli ‘alaa Muhammad. Selebihnya adalah sunnah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Rahimahullah berpendapat hukumnya sunnah meskipun ada ulama yang mewajibkan.

Tambahan Sayyidina pada Tasyahud

Tidak dianjurkan disaat shalat, dan dianjurkan di luar shalat. Demikian kesimpulan dari Lajnah Dâ’imah Lil-Ifta’ (Komisi Tetap Untuk Fatwa Ulama Besar Saudi Arabia).

Al Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah ditanya tentang Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam shalat atau di luar shalat, baik dikatakan wajib atau sunnah, apakah disyariatkan padanya pensifatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sayyid dengan menyatakan misalnya: (صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ) atau (صَلِّ عَلَى سَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ) atau mencukupkan dengan (اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ) ? Mana yang lebih utama, menggunakan lafazh Sayyidina, karena itu adalah sifat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau tidak menggunakannya, karena tidak ada dalam Atsar?.

Beliau (Al- Hâfizh Ibnu Hajar) menjawab : ”Benar, mengikuti lafazh-lafazh (shalawat) yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih rajih. Tidak boleh dikatakan bahwa mungkin Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menggunakan lafazh Sayyid karena sifat rendah hati Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana juga tidak disampaikan ketika disebut nama Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Padahal umatnya dianjurkan sekali untuk mengucapkan (shalawat) setiap kali nama Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut. kami berpendapat bahwa seandainya penyebutan “Sayyid” itu rajih tentulah ada berita dari para Sahabat kemudian para Tabi’in. Namun kami belum pernah mendapatkan satupun atsar dari seorang Sahabat dan Tabi’in yang menyatakan demikian, padahal banyak sekali (lafazh) shalawat yang diriwayatkan dari mereka.

Rukun Ketigabelas: TERTIB (BERURUTAN) DALAM PELAKSANAAN RUKUN-RUKUN SHALAT

Karena Nabi ﷺ biasa melaksanakan shalat secara tertib. Sementara beliau bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.”

Nabi ﷺ, telah mengajarkan shalat kepada orang yang shalatnya tidak benar, secara berurutan, dengan ungkapan ‘kemudian’ antara masing-masing rukun.

Rukun Keempatbelas: SALAM

Berdasarkan sabda Nabi: “dan penutupnya adalah salam. “ Juga sabda Nabi ﷺ : “Dan akhir shalat adalah salam.”

Salam sendiri disyari’atkan untuk mengakhiri shalat. Salam merupakan Penutup dan tanda selesainya shalat.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم