بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kamis Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 9 Jumadil Akhir 1445 / 22 Desember 2023

📒 E-book: https://www.assunnah-qatar.com/ebook/e-book-selamat-datang-kematian/



Selamat datang Kematian – Pertemuan 13
Bab 1 – Mengingat Nasib

Perjalanan Ruh – Lanjutan

Dalam ‘aqidah ahlu sunnah, bahwa ruh para Nabi, as-siddiqin, as-syuhada dan seluruh orang beriman berada di tempat tertinggi di surga Allâh ﷻ, ruh mereka diberi nikmat berupa rezki dari sisi-Nya petang dan pagi.

Dikisahkan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, bahwa kalimat terakhir yang diucapkan Nabi ﷺ sesaat sebelum wafat adalah: “Ya Allah, di ar-Rafiqi al-A’laa”. Muttafaqun ‘Alaihi, Bukhari (no. 4437), Muslim (no. 2191)

Berkata Imam An-Nawawi As-Syafi’i Rahimahullah: “Pendapat yang benar yang dipegang oleh mayoritas ulama bahwa maksud dari arRafiqi al-A’laa adalah tempat para Nabi tinggal di tempat surga yang paling tinggi”. (Syarah Sahih Muslim 15/208)

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang mengucapkan doa selesai azan: “Ya Allah, Rabb pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang ditegakkan, berilah kepada Nabi Muhammad al-Wasilah dan al-Fadhilah (kedudukan yang tinggi dan mulia), dan bangkitkanlah beliau sehingga menempati kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya” maka dia akan mendapat syafaatku di hari kiamat”. (HR. Bukhari (no. 4791).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Mintakanlah kepada Allah untukku Al-Wasilah. Para sahabat berkata: “Apa itu AlWasilah wahai Rasulullah? Rasulullah ﷺ bersabda: “Tempat derajat tertinggi didalam surga yang tidak diraih kecuali oleh seorang hamba, dan aku berharap agar memperolehnya”. (Sahih Sunan At-Turmizi (no. 3612), sahih dengan syawahid).

Berkata Syaikh Shaleh ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah “Dan harapan ini dengan izin Allâh ﷻ akan terwujud, karena kita mengetahui bahwa makhluk yang paling utama disisi Allah adalah Nabi Muhammad ﷺ ”. (Syarh Riyadhu as-Salihin 5/36, bab “Fadhlu al-Wudu”)

Tentang ruh para syuhada’ dan orang beriman dari Masruq Radhiyallahu’anhu ia berkata: “Kami pernah bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma tentang maksud firman Allah “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”. (QS. Ali-‘Imran: 169)

Maka Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma berkata: “Sungguh kami (para sahabat) telah menanyakan hal itu kepada Rasulullah ﷺ dan beliau bersabda: “Ruh mereka berada didalam rongga burung hijau yang mempunyai banyak banyak pelita yang bergantungan di ‘Arsy, ia dapat keluar masuk surga sesuka hati, kemudian ruh itu beritirahat di lagi dipelita-pelita itu, kemudian Rabb mereka melihat mereka seraya berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu? Mereka menjawab, apalagi yang kami inginkan kalau kami sudah bisa beristirahat di surga dimanapun yang kami inginkan? Lalu Allah terus mengulangi pertanyaan itu tiga kali. Ketika mereka melihat kalau mereka tidak akan ditinggalkan sebelum menjawab pertanyaan itu, mereka berkata: Wahai Rabb, kami menginginkan ruh kami dikembalikan lagi ke jasad-jasad kami agar kami dapat berperang lagi dijalan-Mu untuk kesekian kalinya”. (Sahih Muslim 3/1502 (no. 1887).

Jabir bin Abdillah Radhiyallahu’anhu berkata: “Ketika Abdullah bin ‘Amr bin Haram Radhiyallahu’anhu terbunuh di perang Uhud, Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai Jabir! Tidakkah engkau mau aku kabarkan apa yang Allâh ﷻ katakan kepada ayahmu? Aku berkata: Tentu aku mau. Rasulullah bersabda: “Tidaklah Allah berbicara dengan seorangpun kecauali dibalik hijab. Adapun ayahmu telah diajak berbicara langsung oleh Allah dan Dia berfirman: “Wahai hamba-Ku, berharaplah kepada-Ku, Aku akan berikan apa yang engkau minta. Ayah Jabir berkata: “Wahai Rabb, hidupkan aku kembali agar aku bisa berperang dijalan-Mu kali kedua”. Allah berfirman: “Sungguh telah mendahului ketetapan-Ku bahwa mereka tidak akan dikembalikan lagi ke dunia”. Abdullah bin ‘Amr berkata: “Wahai Rabb, sampaikanlah beritaku kepada orang-orang yang masih hidup”. Maka turunlah ayat ini”. (HR. Ibnu Majah (no. 2800) dengan derajat yang jayyid).

Dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Para syuhada’ berada di baariq yaitu sungai di pintu surga, didalam kubah yang berwarna hijau. Mereka diberi rezki yang berasal dari surga dipagi dan sore hari”. (HR. Ahmad (no. 2390), dengan derajat hasan, dengan perawi yang tsiqat).

Adapun ruh orang-orang beriman secara umum mereka berada ditempat yang tinggi, luas dan penuh kemuliaan. Hal ini sesuai dengan firman Allâh ﷻ : “Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”. (QS. Al-An’am: 53)

Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah: “Maksud ayat (malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya) yaitu dalam menjaga ruh orang yang telah meninggal, bahkan para Malaikat akan menghantarkan ruh itu sesuai kehendak Allâh ﷻ. Jika ruh orang yang baik maka akan ditempatkan di ‘Illiyyin (tempat mulia), adapun ruh orang yang durhaka akan diletakkan di Sijjin (tempat yang hina), kita berlindung kepada Allah dari hal itu”. (Tafsir Ibnu Katsir 3/267).

Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan”. (QS. Al-Waqi’ah: 88-91).

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan”. (QS. Al-Infithar: 13)

Berkata Abdullah bin ‘Umar Rahimahullah: “Belumlah dikatakan Al-Abrar (orang baik) sampai sang anak berbuat baik kepada orang tuanya dan para orang tua berbuat baik kepada anak-anaknya”. (Hilyatu al-Auliya 10/32).

Berkata syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah: “Yang dimaksud Al-Abrar yaitu orang-orang yang menunaikan hak-hak Allah dan hak para hamba-Nya, yang senantiasa diatas ketaatan, dalam amalan hati dan anggota badan. Maka balasan bagi mereka itu adalah kenikmatan dalam hati, ruh dan badan didunia, di alam barzakh dan di negri yang kekal”. (Taysir Karimi Ar-Rahman hlm. 914)

Sekali-kali tidak, sungguh kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin. Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah)”. (QS. Al-Mutaffifin: 18-21)

Berkata sahabat Al-Baraa’ bin ‘Azib Radhiyallahu’anhu: “Sungguh ‘Illiyyin itu berada di langit yang ke tujuh dibawah ‘Arsy”. (a’alimu At-Tanzil 8/366. Ada yang menafsirkan ‘Illiyyin dengan Surga dan Sidratul Muntaha).

Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma bertanya kepada Ka’ab Radhiyallahu’anhu tentang makna ‘Illiyyin, Ka’ab berkata: “(‘Illiyyin) adalah langit ketujuh, disana ruh-ruh orang beriman beriman ditempatkan”. (Tafsir Ibnu Jarir At-Tabari 24/291, Ibnu Katsir 8/352).

Adapun ruh orang kafir, munafik, musyrik, ahli maksiat akan dikumpulkan di sijjin suatu tempat yang sempit, penuh kehinaan dan terus disiksa atas balasan dari perbuatan mereka sampai hari berbangkit. Allâh ﷻ berfirman:

Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam jahannam”. (QS. AlWaqi’ah: 92-94)

Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. Tahukah kamu apakah sijjin itu? (Ialah) kitab yang bertulis”. (QS. Al-Mutaffifin: 7-9)

Berkata Imam Mujahid Rahimahullah: “Sijjin adalah lapisan dasar bumi ke tujuh, disana ditempatkan ruh-ruh orang kafir”. (Tafsir Ma’alimu at-Tanzil, 5/223 (no. 2713).

Dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ menceritakan peristiwa yang dilihat dalam mimpi beliau bersama dua Malaikat, diantaranya beliau berkata: “Maka kamipun berjalan dan mendatangi sebuah tempat yang serupa dengan tungku api, ternyata didalamnya ada suara gaduh. Lalu kami melihat tempat itu, ternyata didalamnya ada laki-laki dan perempuan yang telanjang, tiba-tiba saja datang kepada mereka api menyambar dari bawah, jika api itu datang mereka semua menjerit”.

Kemudian dua Malaikat yang membawa Nabi ﷺ menjelaskan orang-orang yang telah dilihat, dua Malaikat itu berkata: “Adapun laki-laki dan para wanita yang bertelanjang berada disebuah bangunan seperti tungku api adalah para lelaki dan wanita yang suka berbuat zina”. (Sahih Bukhari (no. 7047).

Juga diperlihatkan kepada Nabi ﷺ bagaimana seorang pendusta diazab di alam kubur: “Adapun orang yang engkau lihat mulutnya dirobek hingga telinga dia adalah seorang pendusta. Ia bercerita dengan satu kedustaan kemudian disebarkannya berita dusta itu hingga tersebar ke berbagai penjuru, maka ia diazab karena dosa itu sampai datang hari kiamat”. ( HR. Bukhari 2/100 (no. 1386).

Bagaimana mengkombinasikan dua hal di alam kubur?:

1. Dalam hadits Barra bin azib di atas disebutkan kehidupan alam barzah yang mampu menjawab salam di alam kubur.
2. Sementara di hadits lain dijelaskan ruh orang-orang beriman di ‘illiyyin sementara ruh orang-orang kafir berada di sijjin.

Sepintas bertentangan akan tetapi ternyata tidak. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Ar-Ruh—berkenaan dengan ruh orang beriman yang dibawa ke langit ke tujuh oleh malaikat kemudian dicatat di ‘Illiyyin, sedangkan ruh orang kafir dicatat di Sijjin—mengatakan bahwasannya kondisi ruh tersebut setelah dihadapkan kepada Rabb-Nya kemudian Allah memutuskan perkaranya dan dituliskan kitabnya, sehingga ia termasuk golongan ‘Illiyyin ataukah Sijjin.

Kemudian ruh tersebut kembali ke kubur untuk menghadapi pertanyaan malaikat, lalu kembali ke tempat yang telah disediakan baginya. Maka ruh orang-orang mukmin di ‘Illiyyin, tergantung pada tingkatan masing-masing, sedangkan ruh orang-orang kafir berada di Sijjin, tergantung pada tingkatan masing-masing.

Adapun ruh menjawab salam di kubur atas kehendak Allâh ﷻ karena adanya koneksi antara kubur dengan tempat yang tinggi, sehingga aktivitas di tempat yang tinggi akan dirasakan di alam kubur. Wallohu’alam.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم