بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kamis Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 2 Jumadil Awal 1445 / 16 November 2023

  E-book: https://www.assunnah-qatar.com/ebook/e-book-selamat-datang-kematian/



Selamat datang Kematian – Pertemuan 9
Bab 1 – Mengingat Nasib (8)

Peringatan Sebelum Ajal

Ajal tidak bisa diprediksi, namun Allah Zat Yang Maha Terpuji memberikan abaaba yang alami kepada manusia agar mereka sadar dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Baik peringatan berupa wahyu (kalam an-natiq) atau perubahan fisik yang nampak pada setiap diri (kalam al-hal).

Allâh ﷻ berfirman dalam surat Lukman ayat 34:

اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.

Ayat di atas Allâh ﷻ sebutkan bahwa tidak seorang pun tahu lima perkara ghaib. Termasuk kematian.

Tanda kematian (Tanda-tanda syar’i): sebelum menemui ajal, tapaki dulu jalan kebenaran. Allâh ﷻ berfirman :

يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِى وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا۟ شَهِدْنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَا ۖ وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا

Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka”. (QS. Al-An’am: 130)

تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ قَالُوْا بَلٰى قَدْ جَاۤءَنَا نَذِيْرٌ ەۙ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍۖ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ كَبِيْرٍ

Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjagapenjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. (QS. Al-Mulk: 8-9)

Tanda kematian (Tanda-tanda kauni): berupa peringatan alamiah seperti tumbuhnya uban dan fisik yang lemah.

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Ar-Rum: 54)

اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ

Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?”. (QS. Fathir: 37)

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma, ‘Ikrimah, Qotadah, Sufyan at-Tsauri dan yang lainnya bahwa maksud dari peringatan dalam ayat ini adalah Uban”. (Tafsir Ibnu Katsir 6/556).

Berkata Imam Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullah: “Siapa yang sudah didatangi uban maka kedudukannya seperti wanita hamil yang telah sempurna bulan-bulan kehamilannya, tidaklah ia menunggu kecuali kelahiran anaknya. Demikian juga orang tua yang sudah beruban, tiada yang ditunggunya kecuali kematian. Maka alangkah buruknya jika ia masih terus-menerus diatas maksiat”. (Lataif Al-Ma’arif 1/346, bab: “Majlis fii zikri at-Taubah wa al-hatsu ‘alaiha qobla al-Maut”).

Ketika seorang hamba masuk usia 40 tahun di usia kematangan (akal garizah)*) , maka semestinya semakin dekat kepada Allâh ﷻ banyak bertaubat menyesali dosa, menghindari keramaian dan hal-hal yang melalaikan, memanfaatkan sisa umur menambah bekal untuk perjalanan ke akhirat.

*) Miftah Daru as-Sa’adah 1/117. Akal manusia ada dua: ‘Aqlun Gharizah akal bawaan, puncak kematangannya di usia 40 tahun, dan ‘Aqlun Muktasab, akal yang tumbuh karena ilmu. Jika keduanya terkumpul pada seorang hamba, maka terkumpul baginya kunci kebahagiaan. Jika salah satu hilang darinya, maka hewan lebih baik darinya. Demikian penuturan Ibnu Al-Qoyyim rahimahullah.

Allâh ﷻ berfirman:

حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al-Ahqaf: 15)

Berkata Imam Masruq Rahimahullah: “Jika engkau telah memasuki usia 40 tahun maka waspadalah”. (Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim 7/281).

Berkata Imam Malik Rahimahullah: “Aku mendapati para ulama diberbagai negri, mereka sibuk dengan aktifitas dunia dan bergaul dengan manusia. Ketika mereka telah memasuki usia 40 tahun, mereka menjauh dari manusia”. (Tafsir Al-Jami’ Li Ahkami Al-Quran 7/276).

Berkata Al-Hajjaj bin Abdillah Rahimahullah, “Aku tinggalkan maksiat dan dosa selama 40 tahun karena malu kepada manusia, kemudian aku tinggalkan dosa setelahnya karena malu kepada Allâh ﷻ”. (Tafsir Ibnu Katsir 7/281)

Umur bukan ukuran pasti, yang tua wafat, yang muda pun berguguran, dengan beragam sebab, namun hasilnya satu, yaitu kematian.

Seorang penyair berkata: “Sebab kematian banyak, namun kematian hanya satu”.

Betapa banyak pemuda yang sore dan pagi masih ketawa
Esok hari jasadnya sudah berada dikegelapan kuburan. (Lihat Buku Mata Air Yang Jernih, cet. II, hlm. 440-441)

Larangan Mencabut Uban

Ketika usia senja uban dan rambut yang berwarna putih mulai bermunculan didaerah kepala, wajah seperti jenggot atau kumis, maka sejatinya itu adalah kemuliaan dan fase perjalanan setipa insan. Terkadang sebagian orang risih ketika rambut putih sudah mulai muncul satu-persatu, tanpa merasa bersalah, tanganpun tergerak untuk mencabut atau bahkan menyemir hitam agar terkesan masih usia muda paruh baya. Hal itu kerap muncul karena mengikuti prasangka, perkataan dan perbuatan manusia yang kira-kira mencocoki hawa nafsunya, namun kosong dari tuntunan ilmu agama.

Di dalam Islam seorang muslim yang beruban dalam islam merupakan kemuliaan dari Allâh ﷻ. Bahkan uban lambang kebaikan dan wibawa seorang mukmin yang tabah dalam menjalani lika-liku kehidupan hingga mencapai usia tua. Sudah banyak memakan asam-garam, pahit-manis dan getirnya kehidupan. Diantara ciri orang terbaik dari umat ini, adalah yang panjang umurnya dalam ketaatan dan sabar beramal shaleh, sehingga Allâh ﷻ beri ia berupa kemuliaan.

Dari Sa’id bin Al-Musayyab Radhiyallahu’anhu ia berkata: “Ibrahim alaihissalam adalah orang pertama yang melihat uban. Ia berkata: “Apa ini wahai Rabb-ku? Allâh ﷻ berfirman: “Kewibawaan wahai Ibrahim”. Ibrahim alaihissalam menjawab: “Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kewibawaan itu”. (Mushannaf ibnu Abi Syaibah (no. 31832), Al-Muwattha (no. 3408).

Hendaklah seorang muslim mencontoh dan meniru jalan hidup Nabi Muhammad ﷺ , karena beliau sebagai seorang manusia biasa yang tentunya apa yang beliau lakukan dalam menjalani siklus kehidupan adalah kebenaran dan yang terbaik untuk kita semua. Dengan cara itu maka seorang muslim akan bahagia di dunia dan di kampung akhirat. Allâh ﷻ berfirman: “Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. An-Nur: 54)

Dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin dihari kiamat. Tidaklah seseorang memiliki sehelai uban dalam islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai satu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya”. (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 5970).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah mencabut uban, karena uban adalah cahaya seorang muslim dihari kiamat. Siapa yang beruban dalam islam, Allah akan catat baginya dengan uban itu satu kebaikan, dihapuskan satu kesalahan dan diangkat derajatnya disisi Allah”. (HR. Ahmad (no. 6672), Abu Daud (no. 2402), Ibnu Hibban (no. 2985). Syaikh Al-AlBani mengatakan Hasan Sahih, lihat As-Sahihah (no. 1243).

Uban merupakan kemuliaan seorang muslim yang beriman. Oleh karenanya biarkan dan jangan mencabut uban, walau terkadang diselingi dengan sedikit rasa gatal dan sederet alasan lainnya, cukup dijaga kebersihan kulit kepala, dan sabar dengan membiarkan uban.

Dari Fadhalah ibnu ‘Ubaid Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang memiliki sehelai uban dijalan Allah (dia muslim), maka uban tersebut akan menjadi cahaya di hari kiamat. kemudian ada seseorang yang berkata ketika disebutkan tentang itu; “Orang-orang pada mencabut ubannya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang mau, silahkan dia hilangkan cahayanya (di hari kiamat)”. (HR. Ahmad (no. 23592), Syubaul Iman (no. 5791), dihasankan Syaikh Al-Albani)

Hadist ini merupakan peringatan dan ancaman (al-wa’id) dari Nabi ﷺ untuk tidak mencabut uban. Mencakup uban yang ada di jenggot, kumis, alis, wajah dan kepala.

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah melaknat orang mentato dan yang minta ditato, yang mencabut rambut pada wajah dan yang meminta dicabut, serta orang-orang yang merenggangkan gigi untuk bergaya merubah-rubah ciptaan Allah”. (Sahih Bukhari (no. 5943), Muslim (no. 2125).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم