بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Spesial – Doha
Pemateri: Ustadz Dr. Firanda Andirja Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 11 Syawal 1446 / 9 Maret 2025
Tempat: Masjid Amir bin Jundub no. 753 Doha



Perbaikilah Amal di Sisa Usiamu

الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدَ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

Dunia adalah sementara, dan akhirat adalah kekal selamanya. Maka, hendaklah kita semua bersiap diri menghadapNya mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an dalam Surat Al-Baqarah Ayat 281:

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ ۖ

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.

Pada kesempatan kali ini kita bersama-sama mengevaluasi diri, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr Ayat 18:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini adalah ayat evaluasi diri, hendaknya setiap insan berhenti sejenak merenung dan menilai apa yang telah kita kerjakan dan apa yang harus dikerjakan untuk persiapan akhirat.

Dalam Surat Al-Fajr Ayat 23-24 Allah ﷻ berfirman:

وَجِا۟ىٓءَ يَوْمَئِذٍۭ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ ٱلْإِنسَٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكْرَىٰ

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.

يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى

Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”.

Berikut beberapa poin yang ana kumpulkan sebagai bahan pelajaran dan evaluasi bagi kita:

1. Hargailah setiap detik yang kau lewati.

Sesungguhnya umur kita adalah kumpulan waktu, Hasan Al Bashri mengatakan,

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” [Hilyatul Awliya’, 2/148]

Lihatlah para pencari dunia yang telah sesungguhnya, mereka tidak akan membuang waktu mereka hingga berkata ‘Time is money’ karena pikiran mereka dunia. Sementara kita pencari akhirat, hendaklah mempersiapkan kehidupan yang lebih kekal.

وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS Al-Ankabut ayat 64).

Rasulullah ﷺ bersabda:

لبَّيْكَ، إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْآخِرَةِ

Aku penuhi panggilanmu ya Allah, sungguh kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat. (HR. Bukhari 2834, Muslim 1805).

Kalau pencari dunia berlomba mencari dunia, maka kita pencari akhirat hendaknya jangan membuang waktu, jadikanlah waktu yang kita lewati dapat menghasilkan pahala.

Allâh Ta’ala menjelaskan ciri-ciri orang yang beriman dalam Surat Al-Mu’minun Ayat 3:

وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

Demikian juga salah satu ciri ibadurahman adalah mengacuhkan orang-orang yang berbuat tidak ada manfaatnya

وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“..dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqan ayat 72).

Maka, evaluasi diri kita, jangan sampai membuang waktu pada perkara yang sia-sia. Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah menjelaskan zuhud adalah sikap berpaling dari duniawi dan lebih fokus pada akhirat, mengutamakan nilai-nilai spiritual dan keberkahan di sisi Allah ﷻ.

Dan pencuri waktu paling bahaya zaman sekarang adalah medsos, mungkin bukan perkara yang haram yang kita buka, tetapi terlalu berlebihan dalam perkara yang mubah adalah berbahaya.

2. Niatkan dalam segala kegiatan untuk kebaikan, terutama dalam perkara adat.

Perkara-perkara yang bukan ibadah, tetapi perkara adat yang mubah seperti interaksi dengan isteri, tidur, makan dan lainnya, niatkanlah untuk ibadah.

Allah ta’ala berfirman

إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah Rabb semesta alam (QS Al-An’am ayat 62)

Maka, konsekuensi dari hidupku hanya untuk Allah ﷻ adalah menerapkan semua aktivitas hidup hanya untuk ibadah. Jadikan aktivitas yang mubah dengan niat ibadah.

Tidak ada pahala kecuali dengan ihtisab…

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى…

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan…. (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907].

Maka, seseorang yang berkerja mencari nafkah, akan dinilai pahala jika ia berniat karena mengharap wajah Allah ﷻ.

Demikian juga kegiatan duniawi lainnya, seperti duduk dengan teman, niatkan untuk menyenangkan hati mereka, mengobrol sama isteri, niatkan untuk mengharap ridha Allah ﷻ, berolahraga agar tubuh kuat, berumur panjang agar bisa beramal shalih, maka umur panjang yang diisi dengan kebaikan akan menguntungkan. Dan Allâh mengetahui gerakan hati kita. Tetapi, lakukanlah dengan proporsional dan tidak berlebihan.

3. Jangan menunda kebaikan apapun.

Ketahuilah, kebaikan yang kita lakukan adalah berkat hidayah dari Allah ﷻ. Maka, bentuk mensyukuri nikmat Allah ﷻ adalah bersegera melakukannya.

Jika, lagi di rumah teman, tiba-tiba ingin shalat Dhuha, maka lakukanlah segera, jika tiba-tiba ingin bersedekah maka segera keluarkan sebelum niat itu dicabut oleh Allah ﷻ.

Jika pintu kebaikan dibukakan untukmu maka bergegaslah menuju ke sana. Karena kamu tidak tahu kapan pintu itu ditutup. (Kholid bin Mi’dan, Hilyatul Auliya”: 5/211)

Oleh karena itu sahabat, bersegeralah menuju kebaikan. Dan jika Anda mampu dan berniat mengerjakan suatu kebaikan, maka hendaklah Anda segera melaksanakannya dan tidak perlu ragu-ragu.

4. Jangan menzalimi seorangpun

Kezaliman yang terkait hak hamba, berporos pada tiga hal, yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam khutbahnya ketika haji Wada’, beliau bersabda:

إن دماءكم وأموالكم وأعراضكم حرام عليكم، كحرمة يومكم هذا، في شهركم هذا، في بلدكم هذا

Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, semuanya haram atas sesama kalian. Sebagaimana haramnya hari ini, bulan ini, di tanah kalian ini’ (HR. Bukhari no. 67, Muslim no. 1679).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizhaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya”. (HR. Al-Bukhari no. 2449)

Sufyan Ats Tsauri pernah berkata,

لأنْ تلقى الله تعالى بسبعين ذنباً فيما بينك وبينه؛ أهونُ عليك من أن تلقاه بذنب واحد فيما بينك وبين العباد

“Andai anda bertemu Allah dengan memikul 70 dosa yang kaitannya antara anda dan Dia, itu lebih ringan daripada engkau bertemu Allah, dengan membawa satu dosa, namun dosa itu kaitannya antara dirimu dengan manusia” (lihat: Tanbih al Ghofilin, hal. 380).

Karena Allah mudah bagiNya untuk mengampuni dosa-dosamu. Dia Tuhan yang Maha Pengampun lagi Penyayang. Adapun dosa kepada manusia, bila dia memaafkanmu, maka alhamdulillah. Namun bila tidak, maka harus ada sidang, untuk mengembalikan hak mereka yang terdzalimi.

Imam Syafi’i juga pernah berpesan,

بئس الزادُ إلى المَعادِ العدوانُ على العبادِ

“Seburuk-buruk bekal menuju hari kebangkitan, adalah dosa permusuhan dengan sesama hamba.” (Lihat: As Siyar 10/24)

Allah berfirman,

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”. (QS. ‘Abasa: 34-37)

Sebagian ahli tafsir menjelaskan mereka berlari karena mereka akan saling menuntut. Maka, berhati-hatilah terhadap segala bentuk kedzaliman, baik dengan keluarga dekat maupun orang lain. Anak-anak memiliki hak untuk disayang, isteri memiliki hak untuk diperhatikan, maka banyak yang terdzalimi adalah orang yang terdekat.

5. Usahakan jauhi masalah dengan orang lain.

Berusahalah untuk menjauhi masalah, karena akan menyita banyak waktu kita.

Jika, suatu saat kita berkumpul bersama orang lain, dan ada masalah, maka, selesaikan dengan baik dan tidak dendam.

Periksalah diri kita dari kedongkolan dengan orang lain, buanglah agar kita menjadi tenang. Maafkan semua orang yang menyimpan masalah dengan kita.

6. Jangan sekali-kali menceritakan amalan shalih kepada orang lain (untuk validasi dari orang lain).

Karena menampakkan amalan itu tergantung pada kejernihan niat berupa ikhlas dan terbebas dari nodanya, yaitu riya‘. Sementara hati ini lemah.

Imam ghazali berkata, Riya menurutnya adalah keinginan seseorang untuk mendapat kedudukan di hati manusia dengan cara memperlihatkan amal ibadah di hadapan orang lain. Imam Ghazali menganggap riya sangat berbahaya karena dapat menghapus pahala ibadah.

Apalagi zaman sekarang, semua amalan shalih mudah sekali dibuat konten, jangan berspekulasi dengan orang lain amalan-amalan yang telah kita lakukan. Berapa banyak amalan-amalan yang kita lakukan dan kita simpan hanya untuk Allah ﷻ?

Lihatlah kisah Uwais Al-Qarni, Uwais Al-Qarni adalah sosok pemuda miskin dari Yaman yang sangat dicintai Allah dan terkenal di langit, meskipun tidak pernah bertemu langsung dengan Nabi ﷺ Muhammad. Ia dikenal karena keimanan, ketakwaan, dan baktinya yang luar biasa kepada ibunya, bahkan rela menggendongnya dari Yaman ke Makkah untuk berhaji. Dan hal ini diceritakan Nabi ﷺ kepada Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu, meskipun Uwais Al-Qarni tidak menceritakannya…

7. Beribadahlah di saat kondisi lapang.

Di antara nasihat indah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan adalah,

تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ

“Kenalilah Allah di saat senang (lapang), niscaya Allah akan mengenalmu di saat susah.” (HR. Tirmidzi no. 2516; Ahmad, 1: 293; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 14: 408).

Oleh karena itu, ketika seseorang diberikan kelapangan dan kenikmatan oleh Allah, berusahalah menggunakan kesempatan tersebut untuk memperbanyak beribadah, memperbanyak membaca Al-Quran, menambah jumlah rakaat salat sunah, bersedekah ketika punya uang, atau menyambung silaturahmi. Di antara faidahnya, argo pahalanya akan tetap berjalan ketika suatu hari dia mendapatkan uzur. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim (tidak safar) dan ketika sehat.” (HR. Bukhari no. 2996)

Jika seorang hamba biasa bersedekah ketika sedang kaya, maka ketika miskin dan tidak mampu sedekah, maka pahala sedekahnya akan tetap berjalan. Ketika sehat seseorang biasa salat malam, maka pahala salat malamnya akan tetap berjalan ketika dia sakit dan tidak mampu lagi salat malam.

Karena Allah ﷻ tahu, bahwasannya seseorang meninggalkan suatu amalan karena ada udzur, jika tidak ada udzur, tentu ia akan melakukannya…

Hanya tujuh poin yang bisa disampaikan pada pertemuan kali ini…

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم