بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd Hafidzahullah
Al Khor, 22 Ramadhan 1445 / 1 April 2024


Lihat di Facebook video


BAB VIII AL-HUBB (CINTA)

B. Ibadah Adalah Cinta yang Diiringi dengan Ketundukan dan Penghinaan Diri kepada yang Dicintai – Lanjutan.

📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Meskipun demikian, terkadang ada saja orang yang mendapati hal ini ketika mencintai makhluk lainnya, yang sebenarnya tidak diciptakan untuknya, sebagaimana dikatakan oleh sebagian pencinta:

Bayanganmu ada di mataku dan sebutanmu ada di bibirku,
tempatmu pun ada di hatiku,
maka mungkinkah kau ‘kan menghilang dari jiwaku?

Pecinta yang lain berkata:
Yang mengherankan bahwa aku merindukan mereka,
aku terus bertanya tentang mereka pada setiap orang yang kutemui,
padahal mereka ada bersamaku

Mataku mencari, padahal mereka berada di bola mataku,
dan hatiku merindukan mereka, padahal mereka berada di tulang rusukku

Sya’ir ini lebih lembut dibandingkan ucapan lainnya:

Jika kukatakan kau menghilang, hatiku tidak membenarkannya, karena kau berada di tempat rahasia dalam hati yang tak pernah sirna.

Jika kukatakan kau tidak hilang, mataku berkata: “Kamu Bohong,” karena itulah aku sungguh bingung antara kejujuran dan kedustaan.

Jadi, tidaklah terdapat sesuatu yang lebih dekat kepada orang yang jatuh cinta daripada apa yang dicintainya. Terkadang cinta itu mengakar kuat sehingga yang dicintai menjadi lebih dekat dibandingkan dirinya sendiri. Sampai-sampai, dia terkadang melupakan dirinya karena mengedepankan yang dicintainya. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sya’ir:

Kuingin melupakan kenangan terhadapnya, hanya saja seolah-olah Laila menjelma di hadapanku dengan segala cara.

Sebagian penya’ir yang lain berkata:

Hati ini ingin melupakan kalian, namun tabiat enggan ‘tuk berpaling.

————–

“... Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku, melainkan dengan mengerjakan perkara-perkara yang wajib. Hamba-Ku tersebut pun senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perkara-perkara sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku bersama pendengarannya, yang ia mendengar dengannya, penglihatannya, yang ia melihat dengannya, tangannya, yang ia mengambil dengannya, dan kakinya, yang ia berjalan dengannya. (Dengan-Ku ia mendengar, melihat, mengambil, dan berjalan). Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar memberinya. Jika ia meminta perlindungan kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya. Tidaklah Aku ragu dalam setiap perkara yang Kulakukan seperti halnya keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang Mukmin, karena dia tidak menyukai kematian. Sementara Aku tidak ingin menyakitinya, namun kematian itu merupakan suatu keharusan baginya.” (Shahih Bukhari no. 6502).

————–

Hadits di atas mengkhususkan penyebutan pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki karena anggota badan tersebut digunakan sebagai sarana – indra untuk mengetahui dan mengerjakan perbuatan. Pendengaran dan penglihatan mendatangkan keinginan dan kebencian kepada hati, serta menimbulkan rasa cinta dan benci, sebelum akhirnya digunakan tangan dan kaki. Jika pendengaran dan penglihatan hamba itu bersama Allah, maka terpeliharalah sarana pengetahuannya sehingga dia terjaga dalam kecintaan dan kebencian, hingga dia akan terjaga dalam memutuskan sesuatu dan dalam bertindak.

Perhatikanlah, bagaimana hanya dicukupkan penyebutan pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki, tetapi tidak disebutkan lisan. Sebab, pendengaran terkadang terjadi dengan kehendak dia, terkadang terjadi di luar kehendak. Begitu juga dengan penglihatan, tangan, dan kaki dalam gerakan refleks.

Adapun gerakan lisan, ia tidak terjadi (bergerak), kecuali dengan adanya maksud (keinginan) dan kehendak. Seorang hamba terkadang tidak menggerakkannya selain pada perkara yang diperintahkan. Di samping itu, pergerakan lisan terhadap hati lebih sempurna daripada pergerakan anggota tubuh lainnya, karena lisan merupakan penerjemah dan utusan hati.

🏷️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Ini hanya beberapa ungkapan yang indah yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah pada penyebutan kekhususan empat perkara pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki. “Aku bersama pendengarannya, yang ia mendengar dengannya, penglihatannya, yang ia melihat dengannya, tangannya, yang ia mengambil dengannya, dan kakinya, yang ia berjalan dengannya…”

Kenapa dikhususkan empat perkara ini, padahal seseorang memiliki panca indera yang lain, karena digunakan sebagai sarana – indra untuk mengetahui (pendengar dan penglihatan) dan mengerjakan perbuatan (tangan dan kaki). Masuk ke hati melalui pendengaran dan penglihatan, oleh karena itu Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.

Melalui pendengaran dan penglihatan akan masuk banyak perkara ke dalam hati diikuti gerakan tangan dan kaki. Maka kalo hati Itu bergerak maka badan bergerak, kaki melangkah dan tangan bergerak. Melangkah ke arah cinta atau benci. Gerakan badan ini mengikuti segumpal daging ini (hati).

Seukuran keadaan hati inilah anggota badan akan bergerak. Karena anggota badan adalah perintah hati yang mendapatkan bisikan penglihatan dan pendengaran. Baik perkara yang baik atau buruk. Seperti seseorang mendengar adzan, maka tangan dan kaki bergerak ke masjid. Sementara yang lain pergi ke diskotek dengan minum khamr dan maksiat lainnya. Maka, kaki dan tangan adalah penerjemah hati.

Adapun orang yang menjaga pendengaran dan pandangannya, maka ia akan menjaga kaki dan tangannya hanya untuk mencari kecintaan Allah ﷻ. Ia hanya akan melihat dan mendengar apa yang Allah ﷻ sukai.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم