Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam, Yang menurunkan Al-Qur’an yang mulia sebagai petunjuk dan penerangan bagi seluruh hamba-Nya baik dari kalangan manusia dan jin.

Ya Allah aku memuji-Mu dengan pujian yang tulus untuk membalas nikmat-Mu dan memenuhi tambahan nikmat-Mu. Ya Allah, aku memohon agar Engkau menjadikan ikhlas sebagai pendamping aqidahku, jujur sebagai hiasan ucapan dan langkahku, syukur sebagai pakaian penutupku dan rasa takut kepada-Mu sebagai ketenangan dan keimananku. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keutamaan yang selalu berdampingan dengan taufik, ilmu yang bersih dari kebodohan, ucapan yang selalu benar dan perangai yang selalu disirami dengan mata air kebenaran.

Ya Rabbi, sudah sangat sempurna karunia dan sentuhan kasih sayang-Mu kepadaku serta sangat tepat janji-janji-Mu. Ya Rabbi, jadikanlah usahaku di pagi hari selalu bersanding dengan sikap tawakkal dan pada sore hari mendapat kesuksesan dari-Mu.

Ya Rabbi, janganlah Engkau hinakan jiwa yang sudah merasa tenang dengan mengenali-Mu dan janganlah Engkau mengambil cahaya kebesaran-Mu dari hatiku yang sudah memancarkan sinar hidayah. Ya Rabbi janganlah Engkau tahan lisan yang sudah terbiasa membaca tahlil, tasbih, tahmid dan dzikir untuk menyanjung kesucian-Mu.

Ya  Allah,  lindungiiah  diriku   dan  kedustaan  para  pendusta ,   keraguan  orang-orang  munalik, kejahatan    para penentang   ajaran-Mu dan kebodohan orang-orang yang tertipu  dan terlena dengan rayuan dunia.

Semoga Shalawat dan salam tetap tercurah atas Muhammad Sholallohu’alaihi wasallam sebagai utusan Allah, manusia terpilih untuk menjadi hamba Allah yang sempurna ruh dan akalnya, tinggi kemuliaannya, luhur budi pekertinya dan terhormat kedudukannya.

Masih cukup banyak orang yang belum mengenal makna dan kedudukan sunnah, kebutaan terhadap sunnah semakin membara ketika muncul kerancuan dan salah persepsi terhadap sunnah. Di antara mereka hanya memahami sunnah sebatas pengertian parsial dan verbal tidak mengena pada inti permasalahan.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa sunnah hanya berkaitan dengan urusan ubudiyah atau fikih praktis belaka, padahal sunnah bisa identik dengan Islam atau aqidah sebagaimana yang dituturkan oleh Bisyr bin Harits: “Al Islam adalah sunnah dan Sunnah adalah Islam.”

Banyak sekali para ulama Ahli sunnah menamakan aqidah dengan sebutan sunnah, sehingga beberapa ulama salaf ada yang memberi judul buku-buku aqidah dengan judul sunnah seperti Imam Ahmad, Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Ibnu Abu Ashim, Al Baghawi, Al Barbahariy dan yang lainnya.

Malapetaka akhir zaman banyak disebabkan oleh kerdilnya pemahaman sebagian besar Umat Islam terhadap aqidah Ahli sunnah lalu muncul berbagai macam kesesatan dan kebid’ahan yang ditebarkan oleh Ahli bid’ah, sehingga lambat laun Umat Islam mengalami degradasi aqidah dan moral terpicu oleh derasnya arus kesyirikan, kebid’ahan dan kesesatan maka tidak tersisa dari sunnah kecuali hanya secercah  cahaya  dalam  lautan  kegelapan  sejalan  dengan  penuturan  Hudzaifah:  “Kebid’ahan  akan

menyebar luas, ketika salah satu kebid’ahan ditinggalkan maka mereka mengatakan bahwa sunnah telah ditinggalkan.”

Muncullah zaman sunnah dianggap bid’ah dan bid’ah dianggap sunnah, tuntunan agama menjadi tontonan sementara tontonan menjadi tuntunan dan ajaran, sebagaimana firman Allah:

 

 

Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf: 36-37)

Agar kita tetap memiliki pegangan di tengah gencamya serangan kesesatan dan kebodohan terhadap prinsip dan manhaj aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah maka kita harus menyimak isi buku ini secara tuntas dengan disertai penghayatan dan pengamatan.

Penerjemah

Zaenal Abidin LC