بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Online – Teams Awqaf
Wakra, 26 Jumadil Awwal 1445 / 10 Desember 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱

Orang-orang yang Beruntung

Setelah memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang Allâh ﷻ karuniakan kepada kita semua, kita berdoa agar Allâh ﷻ memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kita.

Pada pertemuan lalu telah dijelaskan sifat-sifat orang yang bertaqwa yang dijelaskan dalam awal Surat Al-Baqarah ayat 3-4:

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Sifat-sifat Orang yang beruntung dalam ayat ini adalah:

1. Beriman kepada perkara Ghaib: yaitu segala sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera dan tersembunyi, yang diberitakan oleh Allah atau Rasulullah seperti hari Akhir, surga dan neraka, hisab, mizan dan lainnya.

2. Mendirikan shalat : yakni menunaikannya sesuai ketentuan syariat yang meliputi syarat, rukun, wajib dan sunnahnya.

Dalam sebuah hadits, dijelaskan bahwa sholat lima waktu ibarat seseorang mandi membersihkan diri lima kali sehari.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)

“Amal ibadah yang pertama yang akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya yang lain dan jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain [HR Thabrani, dishahihkan oleh syaikh Albani].

3. Orang-orang yang gemar menginfakkan sebagian rezeki yang mereka terima dari Allah, baik yang sifatnya wajib seperti zakat, maupun yang tidak wajib seperti sedekah, demi mengharap pahala dari Allah.

Dengan berinfak kita telah membantu saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan, Allah telah berjanji dalam Al-Quran akan memberi balasan yang lebih kepada orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, sebagai mana firmannya dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 261.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261)

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jagalah diri kalian dari neraka meskipun hanya dengan sedekah setengah biji kurma. Barangsiapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkanlah perkataan yang baik.” (HR. Bukhari no. 1413, 3595 dan Muslim no. 1016).

4. Beriman kepada kitab-kitab yang terdahulu hingga Al-Qur’an.

Ibnu Abbas berkata, “(Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu) maknanya yaitu mereka membenarkanmu dengan sesuatu yang kamu bawa dari Allah dan membenarkan apa yang dibawa oleh para Rasul sebelummu. Mereka tidak membeda-bedakan para rasul itu dan tidak mendustakan apa yang telah mereka bawa dari Tuhan mereka” (serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat) maknanya yaitu meyakini kebangkitan dan hari kiamat, surga dan neraka, hisab dan mizan. Disebut akhirat karena itu terjadi setelah kehidupan dunia.

5. Iman kepada hari akhir.

Orang yang beriman kepada hari akhir akan berimbas kepada dirinya, segala aktivitasnya akan selalu dipikirkan akan pertanggungjawabannya kelak.

Dalam ayat selanjutnya ditegaskan:

أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Orang-orang yang memiliki sifat-sifat ini berada diatas cahaya dari Robb mereka dan Taufik dari Tuhan pencipta dan pemberi hidayah bagi mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung yang berhasil menggapai apa yang mereka inginkan dan selamat dari keburukan yang mereka melarikan diri darinya.

Sifat-sifat Orang yang beruntung lainnya dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 157:

ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِىَّ ٱلْأُمِّىَّ ٱلَّذِى يَجِدُونَهُۥ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَىٰهُمْ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ ٱلْخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَٱلْأَغْلَٰلَ ٱلَّتِى كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلنُّورَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Allah menambahkan sifat lain bagi orang yang layak mendapat rahmat dan keridhaan-Nya; yaitu orang-orang yang mengikuti Rasulullah yang ‘ummi’ secara lahir batin, baik itu dalam pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya.

Allah telah menyebutkan sifat-sifat mulia Rasul-Nya yang dapat mendorong orang yang berakal untuk mengikuti dan mengimaninya. Dia adalah Rasulullah yang diutus bagi seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan; seorang nabi yang diberi wahyu berupa syariat yang menyeluruh, sempurna, dan kekal hingga hari kiamat; dan seorang yang ‘ummi’ yang tidak dapat baca tulis dan tidak pernah mengambil ilmu dari orang lain, namun Allah mewahyukan kepadanya dengan perantara malaikat Jibril.

Dan sifatnya juga, para Ahli kitab mendapati nama dan ciri-cirinya tertulis dalam kitab Taurat dan Injil mereka; memerintahkan untuk berbuat kebaikan berupa keimanan, amal shalaih, dan akhlak mulia yang didatangkan oleh syariat yang benar; dan melarang perbuatan munkar berupa kekafiran, kemaksiatan, dan akhlak tercela.

Dan termasuk sifat-sifatnya, menghalalkan bagi mereka apa yang dahulu diharamkan Allah -seperti memakan lemak dan lain sebagainya- sebagai balasan atas kezaliman dan kefasikan mereka; menghalalkan apa yang telah mereka haramkan sendiri atas diri mereka tanpa mendapat perintah dari Allah -seperti daging dan susu unta-; serta mengharamkan atas mereka segala makanan buruk yang mereka halalkan seperti, darah, bangkai, daging babi, harta riba, dan mengambil harta orang lain dengan cara yang batil.

Kemudian Allah menutup penyebutan sifat Rasulullah itu bahwa dia datang dengan membawa agama yang mudah tanpa ada kesukaran, kesulitan, dan beban berat; namun dia diutus dengan syariat yang lurus dan mudah. Karena pada syariat umat-umat terdahulu sangat berat, maka Allah memudahkan syariat bagi umat ini. Maka wajib bagi Bani Israil dan lainnya untuk mengikuti orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.

Oleh sebab itu, Allah menutup ayat ini dengan penjelasan bahwa orang-orang yang beriman kepada nabi dan rasul yang ‘ummi’ ini, serta mengagungkan, membela, menolong dakwahnya, dan mengikuti kitab yang diturunkan kepadanya -yaitu al-Qur’an yang dapat menerangi manusia dari gelapnya keraguan dan kebodohan-, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kebaikan dunia dan akhirat dan selamat dari keburukannya, karena mereka telah mendatangkan sebab-sebab keberuntungan.

Sifat orang yang beruntung lainnya: Suka membersihkan hati dan dirinya.

Surat Al-A’la Ayat 14:

قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),

Sungguh beruntunglah orang-orang yang telah membersihkan diri dari kesyirikan dan kemaksiatan dengan mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dalam Surat Asy-Syams Ayat 9-10:

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا

Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Orang yang menyucikan jiwanya serta menghiasinya dengan sifat-sifat kebaikan dan mengosongkannya dari sifat-sifat buruk telah menang dengan mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sungguh beruntung orang menyucikan jiwanya dari dosa dan mengembangkannya dengan ketaatan dan ketakwaan, dan sungguh merugi orang yang lalai untuk mendidik jiwanya melainkan malah menggodanya (untuk keburukan). Ini adalah jawaban dari qasam (sumpah) itu. At-Tadsiyah (Penodaan) adalah mengurangi dan menyembunyikan, dan itu merupakan lawan kata Tazkiyah (Penyucian).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم