بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kamis Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 15 Jumadil Akhir 1445 / 28 Desember 2023
Selamat datang Kematian – Pertemuan 14
Bab 1 – Mengingat Nasib
Nikmat dan Adzab Kubur
Alam kubur adalah turunan dari Iman kepada hari akhir, karena alam kubur adalah gerbang menuju akhirat. Sebagain manusia ada yang mendustakan dan ada yang mengimani adanya alam kubur.
Orang yang tidak beriman kepada alam kubur (adzab dan nikmat) maka masuk dalam kategori ahli bid’ah. Seperti yang menolak hadits-hadits ahad yang menjelaskan adanya alam kubur.
Azab dan nikmat kubur itu haq dan benar adanya. Setiap muslim wajib beriman dan senantiasa berlindung kepada Allâh ﷻ dari azab dan penderitaan kubur. Negeri asing tak berpenghuni, gelap yang mengerikan, tidak seorangpun yang menemani kita, tidak harta, tidak pula kekasih dan keluarga didunia, kecuali amal shaleh diatas tauhid dan sunnah Rasulullah ﷺ . Siskaannya beragam, sesuai perbuatan dan kezhaliman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh kuburan ini dipenuhi kegelapan atas penghuninya dan sesungguhnya Allah meneranginya dengan shalatku atas mereka”. (HR. Muslim (no. 956), tentang kisah wafatnya Ummu Mihjan).
Dalam hadist yang maknanya sahih, dari Abi Sa’id Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh kuburan itu adalah taman dari taman-taman surga atau lubang daripada lubang-lubang neraka”. ( HR. At-Turmizi 4/220 (no. 2460), lihat Da’if Sunan At-Turmizi 1/280, As-Silsilah ad-Da’ifah (no. 4990.
Ahlu sunnah membenarkan adanya nikmat atau azab kubur. Didalamnya ada kebahagiaan, suka cita, ketenangan bagi hamba Allah yang beriman, namun disana juga ada jeritan, kepayahan dan beragam siksa serta kesedihan untuk orang kafir dan kaum pembangkang. Al-Quran berbicara tentang nikmat dan azab kubur, bahkan datang dalam hadist yang mutawatir, lebihdari tiga puluh sahabat yang meriwayatkan. Allâh ﷻ berfirman:
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”. (QS. Al-Baqarah: 154)
Dari Ka’ab bin Malik Al-Ansari Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya ruh seorang mukmin adalah seekor burung yang menggantung di pohon surga, sehingga Allah mengembalikan ruh itu ke jasadnya pada hari kebangkitan”. (Sunan Ibnu Majah( no. 4271) dengan derajat yang sahih).
Orang kafir akan disiksa dialam kubur dengan langgeng sampai hari kiamat tanpa ada istirahat, sebagaimana informasi Al-Quran memberitakan azab yang menimpa kaum Luth, tirani Fir’aun dan keluarganya, Allâh ﷻ berfirman:
“Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal”. (QS. Al-Qomar: 38)
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras“. (QS. Ghafir: 46)
“Dan siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Taha: 124)
Berkata Ibnu Mas’ud, Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhum:
“Maksud kehidupan yang sempit yaitu azab kubur, dia akan dihimpit sehingga remuk tulang-belulangnya”. (Ma’alimu at-Tanzil 3/278)
Adapun seorang muslim bisa jadi diazab langgeng sampai hari berbangkit atau bisa jadi azab berhenti sesuai kadar maksiat, atau sebab amal jariyah, atau diringankan dengan sebab doa yang ikhlas dari orang yang masih hidup untuknya atau karena kasih sayang Allah kepadanya. Hal ini sebagaimana datang dalam nash yang sahih.
Dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ pernah melewati dua kuburan yang beliau mendengar penghuninya sedang diazab, kemudian beliau bersabda:
“Keduanya sedang di azab, dan keduanya diazab karena dosa besar, yang satu diazab karena tidak menjaga kebersihan dirinya dari air kecing, dan satunya diazab karena dosa mengadu domba (namimah)”. Kemudian Nabi ﷺ meminta sebuah pelepah kurma dan membelahnya menjadi dua, beliau letakkan di dua kuburan mereka. Kemudian sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan hal itu? Rasulullah ﷺ menjawab: “Semoga Allah meringankan azab mereka berdua selama pelepah kurma itu belum kering”. (HR. Bukhari (no. 1361), Muslim 1/240 (no. 292).
Alam kubur sifatnya ghaib, tidak bisa dikiaskan dengan kehidupan dunia dan tidak bisa diraba dengan akal manusia. Yang bermain disini adalah keimanan, patokannya adalah wahyu yang suci, bukan penelitian, logika, apalagi perasaan. Di alam kubur tidak seorangpun yang mengetahui berapa lama alam itu akan dijalaninya. Maka hindarilah maksiat dan kezhaliman yang bisa mengundang azab kubur, seperti kesyirikan, menyebarkan kedustaan, kencing dengan tidak bersuci dan lainnya.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, bahwa dua orang kakek yahudi berkata: “Sungguh penghuni kubur bisa jadi diazab di alam kuburnya”. Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
“Keduanya benar, sungguh penghuni kubur di azab dengan siksaan yang didengar oleh seluruh hewan”. ‘Aisyah Radhiyallahu’anha berkata: “Tidaklah aku melihat Nabi ﷺ setelahnya kecuali beliau didalam shalat selalu berlindung kepada Allah dari azab kubur”. (Muttafaqun ‘alaihi, Bukhari (no. 6366), Muslim (no. 586).
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh umat ini diuji di kuburannya. Kalaulah bukan karena khawatir kalian tidak mau saling menguburkan tentulah aku akan minta kepada Allah agar diperdengarkan kepada kalian azab kubur sebagaimana yang aku dengar”. (HR. Muslim (no. 2867).
Setiap orang akan menemukan alam kubur sesuai amal dan perbuatan semasa didunia. Jika baik maka kebaikan untuknya, jika buruk maka penyesalan disana tiada gunanya. Seorang mukmin yang bertauhid in syaa Allah akan selamat dari azab kubur. Orang muslim yang bermaksiat akan disiksa sesuai kadar dosanya, atau boleh jadi azab itu sebagai kaffarat baginya. adapun orang kafir akan diazab selamanya tanpa henti, diakhirat azabnya lebih parah lagi dan ia kekal di neraka.
Dari Nafi’ dari Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika salah seorang dari kalian bertasyahhud (duduk akhir sebelum salam), maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari empat perkara dengan berdoa:
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Wahai Allah, aku berlidung kepada-Mu dari azab neraka Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal”. (HR. Muslim (no. 588).
Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh kuburan itu memiliki himpitan. Seandainya ada yang selamat darinya, maka akan selamat Sa’ad bin Muazh”. (HR. Ahmad (no. 24283).
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah rahimahullah berkata: “Keadaan yang terjadi di alam kubur berupa pertanyaan, himpitan kubur dan suasana mencekam, maka semua itu bisa menjadi penebus dosa dan kesalahan”. (Al-Iman Al-Ausath 1/50, Majmu’ Al-Fatawa 7/501).
Sebagian ulama menjelaskan bahwa himpitan kubur bagi orang beriman bagaikan rangkulan rindu seorang ibu yang sudah lama berpisah dengan anaknya. Adapun orangorang kafir maka akan membuat remuk tulang belulangnya. (Faidah yang kami dengar dari Syaikh Hamzah an-Naily di majlis ilmu Kuraitiyat, Qatar.). Wallahu a’lam.
Diantara yang menyebabkan seseorang selamat dari azab kubur, setelah bertauhid kepada Allâh ﷻ adalah dengan membaca, menghafal, mempelajari dan mengamalkan surat Al-Mulk. Dengan harapan agar diberi syafaat dan keutamaan surat yang mulia ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh ada satu surat dalam Al-Quran 30 ayat, yang senantiasa memohonkan ampun untuk sahabatnya hingga ia diampuni Allah, yaitu surat “Tabaarkallazii biyadihi AlMulk”. Shahih Ibnu Hibban (no. 787) dengan sanad yang hasan.
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata: “Surat Tabaarak adalah pelindung. Dia akan menghalangi seseorang dengan izin Allah dari azab kubur”. (Istbat ‘Azaabi Al-Kubur, Imam Al-Baihaqi (no. 149), As-Shahihah (no. 1140).
Berdasarkan dalil-dalil yang sahih, para ulama as-Salaf sepakat bahwa nikmat dan azab kubur akan menimpa badan dan ruh. Hal ini sebagaimana yang pernah ditanyakan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ketika beliau di Mesir, apakah nikmat dan azab kubur akan menimpa jasad dan ruh sekalian ataukah ruh saja? Maka Imam Ibnu Taimiyah menjawab:
“Segala puji bagi Allah Penguasa sekalian alam. Azab dan nikmat kubur akan dirasakan oleh ruh dan jasad, semuanya berdasarkan kesepakatan ulama ahlu sunnah wal Jama’ah. Ruh bisa jadi mendapatkan nikmat dan azab secara terpisah dari badan, dan ruh bisa jadi merasakan nikmat dan azab dalam kondisi bersambung dengan badan, dimana keduanya sama-sama merasakan. Pada kondisi ini kenikmatan dan azab bisa mengenai badan dan ruh sekaligus, sebagaimana nikmat dan azab bisa mengenai ruh walau terpisah dari badan”. (Majmu’ Al-Fatawa 2/482).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم