بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 20 Rabi’ul Akhir 1446 / 23 Oktober 2024.


 


Kajian Ke-13 | Bab 4: Panduan Mengajar dan Belajar Al-Qur’an.

Nasihat bagi Pelajar dan Pengajar (Nasehat Dua Arah)

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Pengajar harus memberi nasihat kepada mereka, karena Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55]

Penjelasan:

Hadits ini adalah satu-satunya hadits yang diriwayatkan oleh Tamim Ad-Daari 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 yang dalam hadits lain beliau melihat Jassasah (binatang yang menjadi maya-mata Dajjal).

Nasihat bagi Allah mencakup dua hal yaitu:
– Mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah.
– Bersaksi bahwa Allah itu Esa dalam rububiyah, uluhiyyah, juga dalam nama dan sifat-Nya.

Makna nasihat kepada Allah adalah beriman kepada Allah, menafikan sekutu bagi-Nya, tidak mengingkari Sifat-Sifat-Nya, mensifatkan Allah dengan sifat-sifat yang sempurna dan mulia semuanya, mensucikan Allah dari semua sifat-sifat yang kurang. Melaksanakan ketaatan kepada-Nya, menjauhkan maksiyat, mencintai karena Allah, benci karena-Nya, loyal (mencintai) orang yang taat kepada-Nya, memusuhi orang yang durhaka kepada-Nya, berjihad melawan orang kufur kepada-Nya, berjihad melawan orang yag kufur kepada-Nya, mengakui nikmat-Nya dan bersyukur atas segala nikmat-Nya… [Syarah Shahih Muslim oleh Imam an-Nawawy (II/38) ]

Nasihat untuk Kitabullah ialah dengan sangat mencintainya dan mengagungkan kedudukannya karena al-Qur-an itu adalah Kalamullâh, berkeinginan kuat untuk memahaminya, mempunyai perhatian yang besar dalam merenunginya, serius dan penuh konsentrasi membacanya untuk mendapatkan pemahaman maknanya sesuai dengan yang dikehendaki Allâh untuk dipahami, dan setelah memahaminya ia mengamalkan isinya.

Al-Qur’an adalah Kalam Allâh yang penuh dengan mukjizat, yang senantiasa terpelihara, baik dalam hati maupun dalam lisan. Allâh sendirilah yang menjamin hal itu. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” [Al-Hijr /15: 9][14]

Setelah itu nasihat kepada Rasul-Nya. Maksudnya adalah memurnikan ibadah hanya melalui tuntunannya. Mengedepankan ucapan beliau dibanding ucapan siapapun. Mengimani bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah. Dan membela beliau tatkala masih hidup dan saat tiada dengan membela ajarannya. Dll.

Mencintai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan ittiba’ (mengikuti) kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan taat kepadanya.

Kemudian nasihat kepada pemimpin kaum muslimin. Yang dimaksud di sini adalah para ulama dan para pemangku kebijakan.

Nasihat kepada ulama adalah dekat dengan mereka. Mengambil ilmu dari mereka. Meminta petuah-petuah kepada mereka.

Kemudian nasihat kepada pemimpin adalah bentuk pengamalan terhadap firman Allah Ta’ala.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” [Quran An-Nisa: 59]

Adapun nasihat kepada semua kaum muslimin yaitu mencintai hal-hal yang baik untuk mereka sebagaimana kita mencintai hal-hal baik untuk kita. Menghormati yang tua di tengah mereka. Menyayangi yang muda. Membuat mereka bahagia. Dll. ini semua merupakan hal-hal yang termasuk nasihat kepada kaum muslimin.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Termasuk nasihat bagi Allah Ta’ala dan kitab-Nya ialah menghormati pembaca dan pelajarnya, membimbingnya kepada maslahatnya, bersikap lembut kepadanya, membantunya untuk mempelajarinya sesuai kemampuannya, membujuk hati pelajar, mudah di waktu mengajarinya dengan kelembutan, bersikap ramah kepadanya dan mendorongnya untuk belajar.

Hendaklah guru mengingatkan muridnya akan keutamaan hal itu supaya bisa mengingatkan kegiatannya dan menambah kemauannya, membuatnya menjauhi kesenangan dunia dan menjauhkannya dari kecondongan kepadanya serta mencegahnya agar tidak tertipu olehnya.

Hendaklah ia mengingatkannya akan keutamaan menyibukkan diri dengan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Syar’iyyah lainnya.

Itu adalah jalan orang-orang bijak yang arif dan hamba-hamba Allah yang shaleh dan tingkatan para Nabi.

Penjelasan:

Salah satu hal penting di dalam cara mendidik anak yaitu mengenali tipe kepribadian anak. Perkenalkan anak dengan berbagai macam aktivitas sehingga kita bisa mencari tahu bakatnya. Jika sudah mengenali karakter dan bakatnya, kembangkan ia sesuai dengan karakteristik dan bakat si anak.

Motivasi merupakan sumber atau awal dari kegiatan yang akan di lakukan. Jika seseorang tidak memiliki motivasi maka tidak akan muncul semangat belajar dalam diri. Demikian juga motivasi belajar. Motivasi belajar dibutuhkan bagi peserta didik, jika peserta didik tidak memiliki motivasi belajar maka dia tidak bersungguh-sungguh dalam belajar ataupun menerima pelajaran.

Pentingnya komunikasi antara orang tua (terutama ayah) kepada anak-anaknya. Komunikasi dalam keluarga yang baik antara orang tua dengan anak, akan mempenagruhi kualitas mental dari anak-anak tersebut, disamping itu juga komunikasi keluarga yang baik, dapat memberikan nilai positif bagi perkembangan belajar anak, dengan memotivasi minat belajar anak-anak oleh orang tua.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Hendaklah guru menyayangi murid dan memperhatikan maslahat-maslahatnya seperti memperhatikan maslahat-maslahat dirinya dan anaknya. Iya perlakukan pelajar seperti memperlakukan anaknya dalam hal kasih sayang kepadanya, perhatian terhadap kekasaran dan adabnya yang buruk dan memaafkannya kadang-kadang atas adabnya yang kurang. Karena manusia tidak luput dari kekurangan, terutama jika umurnya masih kecil.

Guru harus menyukai kebaikan pada murid seperti ia menyukainya pada dirinya dan tidak menyukai keburukan padanya sebagaimana Ia tidak menyukai keburukan pada dirinya secara mutlak.

Diriwayatkan dalam Shahihain dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda:

عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: orang yang paling mulia disisiku ialah teman dudukku yang melangkahi orang-orang hingga duduk di hadapanku. Andaikata aku sanggup mencegah lalat hinggap di wajahnya, niscaya aku melakukannya.

Dalam satu riwayat: Sungguh aku terganggu ketika ada lalat hinggap di atasnya.

Penjelasan:

Kasih sayang terhadap anak merupakan bagian dari sifat-sifat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam konteks mendidik kasih sayang ini mutlak diperlukan, bahkan menjadi suatu keniscayaan, tidak boleh hilang dari pendidikan. Antara kasih sayang dan pendidikan sangat berkaitan erat. Maka Nabi sebagai pendidik memiliki sifat kasih sayang ini.

Mengumbar amarah adalah racun dalam dunia pendidikan. Banyak malapetaka terjadi disebabkan emosi yang tak terkendali. Inilah salah satu sisi negatif yang harus dijauhi oleh setiap pendidik. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan amarahnya, maka itu akan membawa keberhasilan dalam mendidik. Apabila tidak, maka ini akan merugikan dirinya beserta anak didiknya.

Kewajiban seseorang untuk mencintai  saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya. Karena penafian (kesempurnaan) iman dari orang yang tidak mencintai saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya (dalam hadits) menunjukkan bahwa hal tersebut wajib.

Peringatan dari sikap hasad (iri, dengki), karena orang yang hasad tidak mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya; bahkan ia mengharapkan agar nikmat Allah hilang dari saudaranya se-islam.

Dicontohkan sikap Ibnu Abbas yang memuliakan orang yang duduk di hadapannya dengan menghalau lalat.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Hendaklah guru tidak menyombongkan diri kepada para pelajar, tetapi bersikap lunak dan rendah hati kepada mereka. Banyak hal yang diceritakan tentang orang-orang yang rendah hati.

Maka Bagaimana pula dengan orang-orang ini yang seperti anak-anaknya sendiri di samping kesibukan mereka belajar Al-Qur’an dan hak sebagai murid dan kedatangan mereka berulang kembali kepadanya.

Diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda: “Bersikaplah lunak kepada murid yang kalian ajari dan guru yang kalian belajar darinya.”

Diriwayatkan dari Ayyub As-Sakhtiyani, ia berkata: Orang alim patut meletakkan tanah di atas kepalanya sebagai wujud tawadu’ terhadap Allah azza wa jalla.

Penjelasan:

Meninggalkan ujub, sombong adalah sumber keberkahan dalam memperoleh atau menyebarkan ilmu.

Kembangkan tawaduk dan jujur. Dengan kedua sifat ini, si murid dan guru disenangi dan dipercaya oleh siapapun, baik guru, teman seperjuangan maupun masyarakat sekitar.

Ciri-ciri dari sifat tawadhu adalah tidak suka atau tidak berambisi menjadi orang terkenal, menjunjung tinggi kebenaran, mau bergaul dengan fakir miskin dan bahkan tulus mencintai mereka serta ringan tangan membantu orang.

Tawadhu yang dibenarkan adalah tamalluq. Yakni sikap rendah hati seorang murid pada gurunya agar dia dapat mengambil manfaat ilmunya. Islam memerintahkan umatnya agar berendah hati tetapi melarang kita berendah diri.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم