Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, barangsiapa yang mengetahui nama-nama Allah dan sifat-sifatnya, maka pasti dia akan mencintai Allah subhanahu wata’aala. Dan jika telah mencintaiNya maka dia akan mentaati segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Kaidah dalam memahami makna sebuah istilah:

إذا اجتمعت افترقت و إذا افترقت اجتمعت

Apabila suatu istilah yang dibahas terkumpul dalam satu text maka maknanya lain, apabila istilah tersebut tidak dalam satu text maka maknanya sama.

Seperti kata iman dan islam. Jika dikumpulkan dalam satu text maka berbeda makna. Iman maknanya amalan bathin dan Islam bermakna amalan dhohir. Akan tetapi jika dipisahkan maka bermakna sama. maka makna iman mencakup makna islam.

Demikian juga kata fakir dan miskin. Jika dipisahkan bermakna sama miskin sudah termasuk dalam fakir dan sebaliknya, tetapi jika dikumpulkan maka maknanya berbeda.

Nama Allah Al-khaliq, Al-Baari, Al mushawir dan Al-Khallaq.

Alkhaliq (yang menciptakan) ada 8 tempat di alquran. Antara lain: di QS. Al Hasyir ayat 24

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam ayat ini berkumpul beberapa nama Allah ta’ala maka berlaku istilah “إذا اجتمعت افترقتApabila suatu istilah yang dibahas terkumpul dalam satu text maka maknanya berbeda.

QS. Fathir ayat 3

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ

 Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?


Al-Khalaaq. Makna sama. Tetapi ‘Sighah mubalaghah’ (صيغ المبالغة) artinya menunjukkan makna lebih.

Khaliq dan Khallaq bermakna sama: Pencipta. Akan tetapi ada tambahan tasydid pada khollaq bermakna lebih/sering. Berlaku kaidah ” زيادة المبنى تدل على زيادة المعنى” Tambahan huruf di dalam bahasa Arab menunjukan tambahan makna. Artinya terus atau sering menciptakan.

Ada 2 tempat di dalam Al-Qur’an:

QS. Al-hijr ayat 86:

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.

Pada ayat ini berlaku kaidah “إذا افترقت اجتمعتapabila istilah tersebut tidak berkumpul dalam satu text maka maknanya sama. Maka mencakup makna nama yang lain: Al-khaliq, Al-Baari, Al mushawir

QS Yasiin ayat 81.

أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

“Dan tidaklah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”.

Imam Al-azhari dalam Tahdhibul Lughoh dan Imam Al-khattabi rahimakumullah dalam Sya’nud Du’aa menyebbutkan makna Khalaqa Menciptakan sesuatu tanpa contoh sebelumnya.

Jika dimasukkan ال bermakna Rabb. Maka tidak bisa dipakai nama makhluk kecuali dijadikan sebagai mudhof. Ada tambahan mudhof ilaihi.

Nama Al-Khaliq dan Al-Khallaq merupakan tanda dan nama Alloh yang paling nampak(dhohir) diantara nama Alloh yang lainnya. Maka Alloh menanyakan orang kafir dengan kata menyebutkan kata ciptaan. Seperti dalam surat Az-Zumar ayat 38:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”.

Al-baari (yang mengadakan)

Imam Al-khatabi dalam Sya’nuddu’a mengatakan Al-Baari adalah Al-Khaliq yaitu yang menciptakan demikian juga Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Imam Ibnu Jarir dalam Tafsir Atthobari mengatakan Al baari bermakna Dialah yang menciptakan dan menjadikannya dengan qudratNya.[Dengan takdir Allah Ta’ala].

Makna ini tidak jauh dengan alkhaliq
1. Yang mengadakan
2. Dzat yang membedakan makhluk yang satu dengan yang lain.
3. Menciptakan manusia dari thuraab tanah.

QS. Thaha ayat 55.

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu[37] dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.

Di dalam Alquran ada 3 tempat antara lain di surat Al-Hasyr ayat 24 dan Al-Baqoroh ayat 54.

إِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَىٰ بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

 Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.[QS. Al-Baqoroh ayat 54].

Al-Mushawwir (yang membentuk rupa).

Ada di surat Al-Hasyr ayat 24.

Imam Az-Zujaji dalam kitab Ishtiqaq Asmaa Illahil khusna. Al-Mushawwir bermakna menunjukkan pelaku (ismul fail). Yang melakukan perbuatan membentuk. Yaitu Almushawwir.

Yang dilakukan adalah taswir atau syuurah yaitu membentuk sesuatu dengan sifat-sifat nya dan yang berkaitan dengannya.

Imam Ibnu Katsir dalam. Tafsir surat Al-Hasyr ayat 24: Dialah yang menghendaki sesuatu maka mengatakan kun fayakun dalam bentuk(sifat) rupa yang dikehendaki.

Syaikh Al-Amin AsSinqiti dalam kitab Adhoul Bayan. Makna:

Al-khaliq adalah mentaqdirkan sebelum diciptakan.
Al baari bermakna yang mengadakan dari tidak ada sesuai dengan ketentuan taqdir yang telah di tentukan (alkhaliq). Dan tidak ada sesuatu pun yang menentukan sesuatu dan pasti berhasil menciptakan kecuali Alloh ta’aala.
Al Mushawwir bermakna yang membentuk setiap makhluk dengan rupa yang telah diciptakan atasnya.

Ketiga nama tidak boleh ditujukan kepada makhluk. Dan menunjukkan sifat rububiyah Alloh ta’aala. Jika memiliki sifat seperti ini maka masuk ke dalam syirik.

Maka, membentuk rupa dengan tangannya sebagai makhluk yang bernyawa. Maka ini dilarang.

Dan hadits-hadits yang menyatakan tentang keharaman hal ini menunjukkan bahwa perbuatan ini adalah dosa besar. Diantaranya hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ الَّذينَ يصنَعونَ هذِه الصُّوَرَ يعذَّبونَ يومَ القيامةِ ، يقالُ لَهم : أحيوا ما خلقتُمْ

“orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ أشدَّ النَّاسِ عذابًا عندَ اللَّهِ يومَ القيامةِ المصوِّرونَ

“orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال اللهُ عزَّ وجلَّ : ومن أظلم ممن ذهبَ يخلقُ كخَلْقي ، فلْيَخْلُقوا ذرَّةً ، أو : لِيخْلُقوا حبَّةً ، أو شعيرةً

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).

Faedah memahami nama-nama Alloh subhanahu wata’aala:

1. Lebih menambah syukur kita kepadaNya karena menciptakan kita dengan sebaik bentuk.
2. Dengan demikian kita tunduk kepada Allah Ta’ala mencakup seluruh aspek syariat.
3. Mencintai Alloh ta’aala dan mengagungkan Nya.
4. Konsekuensi dari nama-nama Allah ini maka harus ada makna nama nama Alloh. (Dilalah Al-Iltizam).
Dilalah muthobaqoh: Nama-nama-Nya bermakna sama dengan Alloh itu sendiri.
Dilalah tadhomun sifatnya dari nama Alloh ta’aala.
Dilalah Al-Iltizam: konsukensi dari nama-nama-Nya. Maka tidak mungkin yang maha menciptakan itu tidak hidup.
5. Nama dan sifat-sifat-Nya adalah Asmaul Khusna. Nama yang baik dan tidak serupa dengan makhluk. Maka dilarang menduakan Alloh ta’aala dengan sikap yang tidak pantas untuk makhluk.

Ikuti Kajiannya materi ini:

Download MP3 File [32.2 mb]:

Download di sini