بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Ummahat Doha – Senin Pagi
Membahas: Kitab Minhajul Muslim karya Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi Rahimahullah
Bersama Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. Hafidzahullah
Ain Khalid – Doha, 9 Sya’ban 1446 / 10 Februari 2025
Bagian Kelima: Muamalat | Pasal: Beberapa Akad
Allah memerintahkan kita agar memanfaatkan nikmat dunia yang Allah berikan, untuk meraih kemuliaan akherat. Renungkanlah firman-Nya:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Carilah negeri AKHERAT pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).
Dalam bab ini terdapat delapan pembahasan materi:
Materi Pertama: Syarikah
A. Legalitas Syarikah
Syarikah disyarjatkan dalam Islam berdasarkan firman Allah ﷻ,
فَهُمْ شُرَكَاۤءُ فِى الثُّلُثِ
“Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.” (An Nisaa’:12)
Begitu pula dalam firman Nya, “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain” (Shad: 24).
Makna dari al khulatha yang terdapat dalam ayat ini adalah asy-syurakaa (orang-orang yang berserikat).
Rasulullah ﷺ juga bersabda dalam hadits qudsi,
“Allah berfirman, Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang dari mereka tidak mengkhianati sahabat dalam perserikatan itu”
HR. Al-Baihaqi, 6/78. Abu Dawud tidak berkomentar terhadap hadits ini. Sementara Ibnu Al-Qaththan menilai hadits ini ada cacatnya. Sementara Al Hakim menilai hadits ini shahih.
Begitu pula dalam sabdanya, “Tangan Allah berada di atas dua pihak yang berserikat, selama tidak saling berkhianat”’
HR. Ad-Daraquthni, 3/35. Al Mundziri tidak berkomentar terhadap hadits ini yaitu dengan lafadz, “Selama salah seorang dari mereka tidak mengkhianati pihak orang yang berserikat dengannya.”
B. Definisi Syarikah
Syarikah adalah persekutuan dua orang atau lebih yang bersama-sama memiliki hak terhadap harta karena warisan atau karena mereka kumpulkan bersama-sama secara adil untuk dijadikan investasi dalam perdagangan, industri, atau pertanian.
Berbagai jenis syarikah:
Secara umum syarikah dibagi menjadi dua:
1. Syarikah Amlak: kepemilikan (milkun) bersama atas barang tertentu. Biasanya didapatkan dari tidak adanya usaha seperti warisan atau hibah.
2. Syarikah Al-Uqud: kerjasama yang terkait dengan akad-akad. Beberapa bagian syarikah ini antara lain:
1. Jenis Pertama: Syarikah Inan (modal)
Yaitu dua orang atau lebih berserikat, mengumpulkan uang kemudian mereka mengembangkannya, keuntungan dan kerugian dibagi secara adil diantara mereka. Atau, keuntungan dan kerugian dibagi menurut saham tertentu. Masing masing berhak mengerjakan apa saja yang mendatangkan kemaslahatan bagi syarikah. Keuntungan diantara mereka dibagi sesuai dengan saham mereka dalam modal.
Demikian pula penghitungan kerugian, dibagi sesuai dengan besarnya saban seseorang. Setiap orang yang merupakan bagian dari syarikah, berhak melakukan sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri dan sebagai wakil dari syarikah. Sehingga dia boleh menjual, membeli, menerima atau membayarkan sejumlah uang, menagih utang dan lain sebagainya. Pendek kata, boleh melakukan apa saja untuk kepentingan dan kemaslahatan syarikah.
Syarat-syarat sah syarikah inan:
1. Dilakukan sesama muslim. Sebab jika non muslim, dikhawatirkan akan bermuamalah dengan cara riba atau tercampur dengan uang haram. Oleh karena itu, syarikah harus dilakukan sesama muslim, sehingga tidak ada halangan lagi, tidak perlu ada rasa khawatir atas masuknya uang haram dalam syarikah.
2. Besarnya modal dan bagian para anggota harus diketahui. Sebab, keuntungan dan kerugian terkait dengan modal dan saham.
Ketidaktahuan terhadap modal atau saham dikhawatirkan akan memakan harta yang menjadi hak orang lain dengan cara yang batil dan hal ini haram. Sebab, Allah ﷻ berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil” (Al-Baqarah: 188)
3. Keuntungan harus dibagi berdasarkan jumlah saham, sehingga tidak boleh mengatakan bahwa keuntungan dalam bentuk domba untuk si fulan: sedangkan keuntungan dalam bentuk rami untuk si fulanah. Sebab, hal itu termasuk gharar (spekulasi) yang diharamkan.
4. Modal harus dalam bentuk mata uang. Jika ada seseorang yang memiliki perhiasan dan ingin ikut serta dalam syarikah maka dia harus menukarnya dengan harga di hari itu. Kemudian baru diinvestasikan ke dalam syarikah. Sebab, perhiasan nilainya tidak diketahui dengan pasti. Bermu’amalah dengan sesuatu yang tidak jelas, diharamkan menurut syariat Islam. Hal ini juga menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak orang lain dan juga dapat menyebabkan memakan harta orang lain dengan cara yang batil.
5. Tugas harus diatur tergantung banyaknya saham sebagaimana dalam pembagian keutungan dan kerugian. Barangsiapa yang bagiannya dalam syarikah sebesar 1/4 nya maka kerjanya selama 4 hari misalnya. Jika para anggota syarikah menggaji seorang karyawan maka upahnya sesuai dengan saham masing masing anggota syarikah.
6. Jika salah satu anggota syarikah meninggal dunia maka syarikah menjadi batal, demikian pula bila salah satu anggota menjadi gila. Bisa juga diteruskan ahli warisnya atau diteruskan dengan akad yang baru.
2. Jenis yang kedua: Syarikah Abdan
Syarikah Abdan (jamak dari badan) adalah dua orang atau lebih bersyarikat untuk bekerja sesuai kekuatan badannya. Seperti keduanya bekerja sama dalam memproduksi sesuatu, menjahit pakaian, mencuci baju dan sebagainya. Apa yang dihasilkan mereka berdua dibagi fifty-fifty atau sesuai yang mereka sepakati.
Dasar legalitas syarikah ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwasanya pada saat perang Badar, Abdullah, Sa’ad dan Ammar bekerja sama (bersyarikah) untuk memperoleh harta kaum musyrikin. Ammar dan Abdullah tidak membawa apa-apa sedikitpun. Sedangkan Sa’ad membawa dua orang tawanan. Rasulullah ﷺ kemudian menjadikan Sa’ad dan Abdullah syarikat. Dimana pada saat itu belum ada syariat pembagian harta ghanimah.
Hukum-hukum Terkait Syarikah Abdan
1. Masing-masing orang yang bersyarikat berhak meminta upah dari orang yang menyewa tenaga mereka.
2. Jika salah seorang dari mereka ada yang sakit atau berhalangan hadir karena sebuah udzur maka upah yang diperoleh orang yang sehat juga menjadi bagian temannya yang sakit.
3. Jika salah satu orang yang bersyarikat berhalangan datang dalam waktu yang lama atau sakit dalam waktu yang lama maka orang yang sehat dapat menunjuk seseorang sebagai pengganti. Sedangkan upahnya tetap milik orang yang sakit atau orang yang tidak hadir.
💡 Jumhur ulama membolehkan syarikah ini, sementara madzhab Syafi’i tidak membolehkan.
3. Jenis yang ketiga: Syarikah wujuh
Syarikah wujuh (wajah) adalah dua orang atau lebih patungan untuk membeli suatu barang. Lalu keduanya menjual barang itu. Adapun keuntungan yang diperoleh dari menjual barang itu, menjadi milik mereka berdua.
💡 Madzhab Hambali membolehkan syarikah ini, sementara madzhab Syafi’i dan Maliki tidak membolehkan.
4. Jenis yang keempat: Syarikah Mufawadhah
Syarikah mufawadhah (perundingan) jangkauannya lebih luas dari syarikah inan, abdan dan wujuh. Sebab, syarikah ini mencakup syarikah sebelumnya dan bahkan mencakup mudharabah juga.
Setiap orang yang bersyarikat dalam syarikat ini mendelegasikan kepada pihak lain semua pengelolaan uang dan kekuatan fisik yang merupakan bagian dari berbagai jenis syarikah. Kemudian melakukan aktivitas jual beli, berspekulasi, digunakan untuk makan, menuntut ke pengadilan,dan melakukan perjalanan. Kemudian keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, sementara kerugian dibagi diantara mereka sesuai modal yang dikeluarkan.
💡 Jumhur ulama membolehkan syarikah ini, sementara madzhab Syafi’i tidak membolehkan.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم