بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Online – Teams Awqaf
Wakra, 9 Rajab 1445 / 21 Januari 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱



Menyia-nyiakan Masa Muda

Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits: Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : [Salahsatunya] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu… Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, maksudnya: “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.”

Berbicara tentang pemuda dalam Islam berarti berbicara masalah kekuatan besar, barisan terdepan dan pemimpin dalam perubahan sebuah masyarakat. Pemuda adalah salah satu faktor terbesar kebaikan atau kerusakan sebuah negeri.

Masa muda adalah masa-masa dimana usia paling produktif bagi setiap orang. Apalagi dengan fisiknya yang segar bugar tentu semakin produktif. Oleh karena itu selagi masa muda harus banyak dimanfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaat. Perbanyak melakukan kebaikan dan beramal sholih. Karena ketika datang masa tua, segala aktifitas kita akan terbatas dengan fisik kita yang mulai lemah.

Di negeri kita banyak generasi muda yang terpengaruh dengan Syubuhat dan syahwat. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Pengaruh Film-film

Banyak yang terpengaruh menonton film Korea misalnya. Hal ini berpengaruh terhadap efek membuka aurat, tabarruj, membiarkan perempuan yang menyerupai laki-laki dan sebaliknya.

Dewasa ini wanita yang berperilaku dan berpenampilan seperti laki-laki semakin marak dan berani menampilkan diri. Begitu juga dengan laki-laki yang menyerupai wanita dari segi dandanan, cara berbicara, tingkah laku, hingga gaya berbusana. Mereka seperti tidak ada rasa malu lagi untuk tampil di depan umum dengan tingkah polah mereka.

Rasulullah ﷺ bersabda : “Allah melaknat seorang wanita berpakaian laki-laki dan laki-laki berpakaian wanita.” (H.R. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Maka, selayaknya jaga keluarga kita dari perkara yang merusak. Allâh ﷻ berfirman dalam Surat At-Tahrim Ayat 6:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

2. Tasyabuh dengan Orang Kafir

Saat ini muslim tidak lagi punya kekhasan sendiri. Yang ada dari gaya dan penampilan bahkan akhlak dan tingkah lakunya hanya ingin mengikuti gaya barat atau gaya orang kafir (tasyabbuh). Coba kita lihat dari model rambut, cara berpakaian dan penampilan muda-mudi saat ini.

Padahal Islam mengajarkan wala’ dan bara’. Al-Wala’ wal-Bara’ merupakan kaidah prinsip di dalam akidah Islam tentang loyalitas terhadap muslimin dan pelepasan diri dari orang kafir.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

3. Penyelewengan dalam Aqidah.

Hal ini dipengaruhi oleh gaya berpikir yang liberal, sehingga menjauh dari pemikiran seorang Muslim.

Ingatlah, Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah ridha, sampai kita umat Islam mengikuti ajaran mereka.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)

4. Meninggalkan Perintah-perintah Allâh ﷻ.

Banyak anak-anak muda yang mudah dalam melanggar syari’at, seperti meninggalkan shalat. Dibiarkan memiliki kebiasaan melalaikan shalat sejak masih muda. Sehingga menjadi kebiasaan…

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!

(Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180 dan lainnya).

Demikian juga mengajarkan silaturahmi. Silaturahmi adalah berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Kadang berupa kebaikan dalam hal harta. Kadang dengan memberi bantuan tenaga. Kadang dengan mengunjungi, dengan memberi salam dan cara lainnya.

Mengajak dan mengajari anak silaturahmi sangat penting. Sekalipun sebagian masyarakat masih melakukannya, para orang tua kadang melakukan silaturahmi hanya tradisi dan tidak mengajari anak bahwa itu kewajiban.

Hal lain yang penting adalah mengajari hak-hak bertetangga. Karena pentingnya tetangga bagi kaum muslimin.

Rasulullah ﷺ adalah orang yang sangat menjunjung tinggi keharmonisan antartetangga. Tentunya tindakan beliau berbuat baik kepada tetangga merupakan anjuran bagi orang-orang muslim untuk berbuat baik kepada para tetangga dan memuliakan mereka.

Dari Aisyah Radhiyallahu’anha, dari Nabi ﷺ beliau bersabda, “Jibril terus mewasiatkanku perihal tetangga. Hingga aku menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris” (HR. Al-Bukhari).

5. Membiarkan bergaul dengan teman-teman yang buruk.

Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

6. Membiarkan Tidak Belajar Ilmu Agama

Saudaraku yang dirahmati Allah, bagi seorang muslim belajar ilmu agama bukan sekedar kegiatan sampingan. Kalau ada waktu dikerjakan dan kalau tidak ada ya tidak mengapa ditinggalkan. Bukan demikian! Ilmu adalah kebutuhan kita sehari-hari…

Dengannya kita tahu akan hak-hak Allâh ﷻ dan Rasul-Nya. Ketika kita berbicara mengenai keutamaan belajar ilmu agama sesungguhnya kita sedang membahas mengenai pentingnya seorang muslim mencapai keridhaan Allah dan cinta-Nya. Karena tidak mungkin dia bisa mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya kecuali dengan mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan bagaimana mungkin dia akan bisa mengikuti ajaran jika dia tidak membangun agamanya di atas ilmu dan pemahaman?!

Semoga Allah Ta’ala memudahkan urusan kaum muslimin dan menjadikan generasi muda kita sebagai generasi penerus penegak tauhid. Aamiin.