بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Ummahat Messaied
Wakra, 19 Sya’ban 1446 / 18 Februari 2025
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱


Menyambut Tamu yang Agung: Ramadhan

Video Kajian: Facebook Live


Mengawali kajian dengan mengucapkan syukur kepada Allah ﷻ atas nikmat yang telah diberikan kepada kita berupa keberkahan hidup dan bershalawat atas Nabi ﷺ dan para pengikutnya.

Tinggal menunggu hitungan hari kita akan memasuki bulan penuh barokah, Ramadhan mubarok. Selayaknya kita mempersiapkan segala bekal yang diperlukan dalam menyambut bulan mulia ini. Selayaknya musafir, tentu akan berbekal dalam menyambut perjalanan yang jauh.

Maka, persiapkanlah segala sesuatunya guna persiapan hidup yang kekal di akhirat kelak. Karena kehidupan dunia hanya sementara. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceirtakan tentang keluarga Fir’aun yang beriman yang mengatakan:

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. Ghâfir/al-Mukmin/40:39)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا؟! إِنَّمَا مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya. [Hasan shahih: HR. Ahmad, I/391, 441 dan at-Tirmidzi, no. 2377 dan lainnya].

Bulan Ramadhan adalah bulan keberkahan, bulan ampunan dan bulan dimana banyak yang dibebaskan dari api neraka. Para salafush shalih berlomba-lomba menyambut datangnya bulan yang mulia ini. Allah ﷻ berfirman:

تَعْرِفُ فِى وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ ٱلنَّعِيمِ

Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.

يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ

Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),

وَفِى ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ ٱلْمُتَنَٰفِسُونَ

dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (Surat Al-Muthaffifin Ayat 24-26).

Dalam Surat Al-Infitar Ayat 13:

إِنَّ ٱلْأَبْرَارَ لَفِى نَعِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,

Dalam surat Ali ‘Imran Ayat 133:

۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Beberapa persiapan sebelum Ramadhan:

1. Do’a Agar diberi Keberkahan

Diriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir – seorang ulama tabi’in –, bahwa beliau mengatakan,

Diantara doa sebagian sahabat ketika datang Ramadhan,

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Ada satu doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika masuk ramadhan. Doa itu adalah doa melihat hilal. Akan tetapi sejatinya doa ini adalah doa umum, berlaku untuk semua awal bulan, ketika seseorang melihat hilal dan tidak khusus untuk bulan ramadhan.

Teks doa itu,

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ، وَالتَّوْفِيقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

Allahu akbar, ya Allah jadikanlah hilal itu bagi kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan islam, dan membawa taufiq yang membimbing kami menuju apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan Tuhan kamu (wahai bulan), adalah Allah.” (HR. Ahmad 888, Ad-Darimi dalam Sunannya no. 1729, dan dinilai shahih oleh Syua’ib Al-Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad, 3/171).

Setelah masuk Ramadhan perbanyak seperti do’a Nabi ﷺ :

اللهم اجعلنا من عتقائك من النار

Allahummaj alna min utaqa ika minannar.

Ya Allah, jadikan aku termasuk dalam golongan yang Engkau merdekakan daripada api neraka.

Demikian juga Umar Bin Khathab, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhum dan para ulama salaf selalu memohon keberkahan (kebaikan yang banyak).

Ramadhan yang kesekian kali ini adalah kesempatan terbaik untuk memperbanyak pundi-pundi bekal guna berjumpa dengan Allah kelak. Bulan Ramadhan begitu istimewa, satu hari di bulan Ramadhan nilainya sangat besar, coba kita perhatikan hadits di bawah ini.

Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu anhu mengisahkan, Ada dua orang dari kabilah Baliy datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berdua masuk Islam pada waktu yang sama. Namun, salah satu dari mereka lebih bersungguh-sungguh beribadah daripada yang satunya. Suatu ketika, orang yang lebih rajin beribadah ikut berjihad dan wafat memperoleh syahid. Adapun yang satunya, dia hidup setahun lebih lama, kemudian wafat.

Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu’anhu melanjutkan ceritanya, Suatu malam, aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku sedang berada di pintu jannah (surga) dan bertemu dengan dua orang yang sudah wafat tersebut. Tiba-tiba, ada sosok yang keluar dari dalam jannah (surga). Dia mengizinkan orang yang meninggal setahun lebih lama untuk masuk ke dalam jannah (surga). Kemudian, sosok itu keluar lagi dari dalam jannah (surga) lalu dia mengizinkan orang yang wafat dalam jihad untuk masuk ke dalam jannah (surga). Dia pun menghampiriku seraya mengatakan, Kembalilah! Sekarang belum waktumu.

Pada pagi harinya, Thalhah menceritakan mimpinya kepada para sahabat. Setelah mendengarnya, mereka pun heran dengan mimpi Thalhah. Akhirnya hal tersebut sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat pun memperbincangkannya kepada beliau.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apa yang membuat kalian heran? Mereka mengatakan, “Wahai Rasulullah, orang yang lebih dahulu wafat adalah orang yang lebih bersungguh-sungguh beribadah dan wafat dalam syahid di medan jihad. Namun, (mengapa) justru orang yang kedua lebih dahulu diizinkan masuk ke dalam jannah (surga) sebelum orang yang pertama?”.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Bukankah orang yang kedua hidup setahun lebih lama daripada orang yang pertama?”

Para sahabat menjawab, “Benar.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, “Bukankah orang yang kedua menjumpai bulan Ramadhan, lalu dia berpuasa, shalat demikian dan demikian, dengan melakukan sujud demikian dan demikian; dalam setahun?”

Para sahabat menjawab, “Benar“.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, antara mereka berdua, jaraknya lebih jauh daripada langit dan bumi.”

(HR. Ibnu Majah no. 3925. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah no. 3185)

2. Bersyukur telah Bertemu Ramadhan

Di antara nikmat Allah ta’ala adalah nikmat dipertemukan dengan bulan Ramadhan dengan diberikan umur hingga menjumpai bulan Ramadhan.

Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni… (HR Ahmad).

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ibrahim Ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

Maka bersyukurlah dengan nikmat dipertemukan Ramadhan, hingga nikmat bertambah karena keberkahan amal di dalamnya.

3. Berbahagia dengan Kedatangan Ramadhan

Salah satu tanda keimanan adalah seorang muslim bergembira menyambut Ramadhan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang ia nanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya dan tentu hati menjadi sangat senang tamu Ramadhan akan datang. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai Ramadhan.

Lihat bagaimana para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata,

ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻧَﺎﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ

Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.” (Latha’if Al-Ma’arif hal. 232)

Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, berkah, dan keutamaan pada bulan Ramadhan. Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah ﷻ.

Kabar gembira mengenai datangnya Ramadhan sebagaimana dalam hadits berikut.

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad (8991))

4. Berazam (tekad) untuk Memanfaatkan Bulan Ramadhan

Seperti dijelaskan pada poin ketiga di atas, perasaan senang akan kedatangan Ramadhan dapat melahirkan tekad yang kuat (azam) serta niat yang tulus dan jujur untuk memanfaatkan Ramadhan. Selanjutnya tekad yang kuat (azam) dan niat yang tulus tersebut akan membuat seseorang produktif dalam mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal shaleh.

Selain itu, azam dan niat yang jujur untuk memanfaatkan Ramadhan dengan ibadah dapat menjadi sebab datangnya taufik dan kemudahan dari Allah. Artinya ketika Allah mengetahui bahwa di dalam hati hamba-Nya terhunjam tekad yang kuat dan niat sungguh-sungguh untuk meraih keutamaan Ramadhan, maka Allah akan memberikan kemudahan kep ada hamba tersebut. Allah akan memberikan kemudahan dalam melakukan ketaatan dan berbagai ibadah pada bulan Ramadhan. Berkenaan dengan soal niat dan azam yang sungguh-sungguh ini, Allah Ta’ala berfirman, ‘’Walau shadaqullaha lakana khairan lahum”.

5. Jujur dalam Menerima Syari’at Islam

Yaitu menerima syari’at puasa dengan ikhlas dan diterima dengan jujur. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 36:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

Kita harus istislam yaitu menerima, tunduk dan patuh pada syari’at Allah ﷻ. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 65:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Dalam surat Muhammad ayat 21, Allah ﷻ berfirman:

طَاعَةٌ وَّقَوْلٌ مَّعْرُوْفٌۗ فَاِذَا عَزَمَ الْاَمْرُۗ فَلَوْ صَدَقُوا اللّٰهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۚ

(Yang lebih baik bagi mereka adalah) taat (kepada Allah) dan bertutur kata yang baik. Sebab apabila perintah (perang) ditetapkan (mereka tidak menyukainya). Padahal jika mereka benar-benar (beriman) kepada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.

6. Mengilmui Ibadah Ramadhan

Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari mengatakan:

بَابٌ العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ

“Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”

(Shahih al-Bukhari, kitab: al-Ilmu, bab al ilmu qabla al-qoul wa al amal).

Bekal ini amat utama sekali agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ

Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15).

Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, kita bisa jadi hanya dapat lapar dan dahaga saja saat puasa.

7. Bertaubat

Taubat dari dosa dan maksiat perlu dilakukan dalam meyambut dan menyongsong Ramadhan karena pada bulan Ramadhan nanti, kita akan melakukan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah. Sementara, dosa dan maksiat dapat menghalangi seseorang dari ketaatan. Sebab, dosa dan maksiat dapat mengotori dan menutupi hati. Pemilik hati yang tertutupi oleh karat dosa dan maksiat biasanya berat melakukan ibadah dan amal shaleh.

8. Menyiapkan Jiwa yang Bersih

Dengan jiwa yang bersih, akan memudahkan jiwa dalam menerima kebenaran dan mengisinya dengan kebaikan. Dengan qolbin Salim akan menjadikan amal kita menjadi baik. Jika hatinya baik maka amalnya baik.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara Ayat 89:

إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

Hilangkan segala penyakit hati, dendam, iri, dengki dan nafsu yang buruk. Dengan jiwa yang sehat, akan menyehatkan lahirnya.

9. Menyiapkan dengan cara yang baik untuk berdakwah kepada Allah ﷻ

Dakwah menjadi utama karena ia adalah muhimmatur rusul (tugas para nabi dan rasul). Dakwah menjadi utama karena ia adalah ahsanul a’mal (sebaik-baik amal). Dakwah menjadi utama karena dengan berdakwah seorang muslim meraih pahala yang teramat besar.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fussilat Ayat 33:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”

Dakwah itu kewajiban. Bukan hanya tugas ulama, kiai, atau ustadz/ustadzah, tapi semua orang beriman. Aku dan kamu juga, Insyaallah…

Ketika kita memberi nasihat kebaikan, itulah dakwah. Ketika kita menginspirasi banyak orang untuk meninggalkan maksiat, itu dakwah. Status di media sosial yang bermanfaat, mengajak pada kebaikan, itu dakwah. Berprestasi di sekolah atau kampus dengan senantiasa menjaga ibadah dijalanNya, itu juga dakwah.

10. Evaluasi Kegiatan selama Ramadhan

Setelah Ramadhan, jangan biarkan amalan sunnah terabaikan. Lakukan amalan sunnah secara rutin, seperti shalat malam, membaca Al-Quran, dan berdzikir.

Karena Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya.

Semoga Allah Ta’ala memudahkan urusan kita dan keluarga kita untuk selalu bersyukur dan istiqomah dalam mengisi kegiatan Ramadhan.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم