بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 49-4
🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Al-khor, 4 Rabi’ul Awal 1446 / 7 September 2024


🎞️ Assunnah Qatar Facebook Page 

49 – باب إجراء أحكام الناس عَلَى الظاهر وسرائرهم إِلَى الله تَعَالَى

Bab 49. Menjalankan Hukum-hukum Terhadap Manusia Menurut Lahirnya, Sedang Keadaan Hati Mereka Terserah Allah Ta’ala

📖 Hadits 4:

393 – وعن أُسَامة بن زيدٍ رضي الله عنهما، قَالَ: بعثنا رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – إِلَى الْحُرَقَةِ مِنْ جُهَيْنَةَ فَصَبَّحْنَا القَوْمَ عَلَى مِيَاهِهِمْ، وَلَحقْتُ أنَا وَرَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ رَجُلًا مِنْهُمْ، فَلَمَّا غَشَيْنَاهُ، قَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ الله، فَكفَّ عَنْهُ الأَنْصَاري، وطَعَنْتُهُ برُمْحِي حَتَّى قَتَلْتُهُ، فَلَمَّا قَدِمْنَا المَدِينَةَ، بَلَغَ ذلِكَ النَّبيَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ لِي: «يَا أُسَامَة، أقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ: لا إلهَ إلاَّ اللهُ؟!» قُلْتُ: يَا رَسُول الله، إِنَّمَا كَانَ متعوِّذًا، فَقَالَ: «أقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ؟!» فما زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي لَمْ أَكُنْ أَسْلَمْتُ قَبْلَ ذلِكَ اليَوْمِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: فَقَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «أَقَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ وقَتَلْتَهُ؟!» قُلْتُ: يَا رَسُول الله، إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِن السِّلاحِ، قَالَ: «أَفَلاَ شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أمْ لاَ؟!» فمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى تَمَنَّيْتُ أنِّي أسْلَمْتُ يَوْمَئذٍ. «الحُرَقَةُ» بضم الحاءِ المهملة وفتح الراءِ: بَطْنٌ مِنْ جُهَيْنَةَ: القَبِيلةُ المَعْرُوفَةُ. وقوله: «مُتَعَوِّذًا»: أيْ مُعْتَصِمًا بِهَا مِنَ القَتْلِ لاَ معْتَقِدًا لَهَا.

Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah ﷺ mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka -musuh-. Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya -tidak menyakiti sama sekali-, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya membunuhnya. Setelah kita datang -di Madinah-, peristiwa itu sampai kepada Nabi ﷺ, kemudian beliau bertanya padaku: “Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?” Saya berkata: “Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari perlindungan diri saja -yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari selamat-, sedang hatinya tidak meyakinkan itu.” Beliau ﷺ. bersabda lagi: “Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?” Ucapan itu senantiasa diulang-ulangi oleh Nabi ﷺ., sehingga saya mengharap-harapkan, bahwa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu -yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja-, supaya tidak ada dosa dalam diriku.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia mengucapkan itu semata-mata karena takut senjata.” Beliau ﷺ bersabda: “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu karena takut senjata ataukah tidak -yakni dengan keikhlasan-.” Beliau ﷺ mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja.

📖 Syarah Hadits

Hadits ini jelas menerangkan terjaganya darah, harta dan kehormatan seseorang yang telah mengucapkan kalimat tauhid,urusan hati kita tidak bisa menghukumi. Apakah dia bohong atau tidak.

Perawi adalah Usamah Ibnu Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat Nabi ﷺ. Zaid bin Haritsah adalah budak yang menjadi anak angkat Nabi Muhammad. Ia juga termasuk dalam golongan orang-orang yang paling awal memeluk Islam, setelah Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar.

Zaid kemudian menikah dengan Zainab, yang kemudian bercerai. Atas perintah Allah ﷻ, Zainab dinikahi Nabi ﷺ. Dan Zaid menikah dengan Ummu Aiman yang akhirnya memiliki anak Usamah, yang meriwayatkan hadits ini.

Dan Usamah sangat disayang Nabi ﷺ. Meskipun demikian, tidak ada pengecualian terhadap hukum terhadapnya dalam syariat islam. Apapun kedudukannya, kalau salah, maka dalam Islam tetaplah salah.

Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ mengulang-ulang pertanyaannya, ini menunjukkan pentingnya nasehat yang beliau sampaikan.

Maksud dari perkataan Usamah: saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja. adalah bukan untuk kembali menjadi kafir, akan tetapi dia berharap terjadinya dia membunuh sebelum dia masuk Islam, karena masuknya Islam menghapus dosa-dosa sebelumnya.

Membunuh orang muslim, adalah dosa besar, bukan perkara yang ringan. Meskipun dia sebenarnya tidak sengaja membunuh. Sehingga Nabi ﷺ tidak mengqisash Usamah.

Urusan hati, pertanggung jawabannya di akhirat kelak, firman-Nya,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS Al Mulk: 2).

Ketika menjelaskan makna “Siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”, Imam Al Fudhail bin ‘Iyadh (w. 187 H) menyatakan,

أخلصه وأصوبه

“(Amal terbaik adalah) yang paling ikhlas dan paling benar.” Kemudian ditanyakan kepadanya, “Wahai Abu Ali, bagaimana yang paling ikhlas dan paling benar itu?” Kemudian beliau menjawab,

إن العمل إذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبلْ، وإذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبل، حتى يكون خالصا صوابا، والخالص أن يكون لله، والصواب أن يكون على السنة

“Sesungguhnya suatu amal, jika benar tetapi tidak ikhlas, tidak akan diterima. Jika ikhlas tetapi tidak benar, tidak akan diterima pula, hingga amal itu menjadi ikhlas dan benar. Ikhlas itu adalah semata-mata amal tersebut dikerjakan untuk Allah. Benar adalah sesuai dengan sunah Rasulullah ﷺ.” (Fawzi Sinuqart, At Taqarrub Ila Allâh, hlm 3).

📖 Faedah-faedah Hadits:

1. Pemimpin itu yang mengutus utusan, pasukan dan memberi perintah.
2. Wajib hukumnya menggantungkan hukum Islam dengan yang dzahir dan tidak mengaitkan dengan yang batin. Dan pensyariatan ini untuk segala hal yang menjatuhkan seseorang ke dalam dosa. Menghalangi orang-orang yang ingin membalas dendam dengan membunuh dan menuduh seseorang tidak benar batinnya.
3. Sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak menghukumi Usamah bin Zaid dengan Qishash karena dia membunuhnya dengan syubhat dan haad tidak berlaku padanya.
4. Tidak boleh bagi pelaku dosa besar dia berharap belum masuk Islam kecuali setelahnya. Usamah Mengucapkan itu karena takut kepada Nabi ﷺ yang menanyakan berulang-ulang, karena kerasnya pengingkaran Nabi ﷺ.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم