بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Online 18 – Daurah Ramadhan 1445H
Al-Khor, 18 Ramadhan 1445 / 28 Maret 2024
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Membenahi Aqidah, Merajut Ukhuwah [Mukadimah]
Dari segi bahasa, aqidah bermakna suatu keyakinan yang ada di dalam hati, baik itu benar maupun salah.
Pada pembahasan kali ini yang dibicarakan adalah aqidah yang shahih, yaitu aqidah islamiyah yang dipegang seorang muslim berkaitan tentang Allah ﷻ, rukun keimanan dan hal-hal ghaib yang Allah ﷻ dan Rasul-Nya telah membebankan kita untuk meyakininya.
Ada tiga istilah yang lazim kita dengar :
Sumber Aqidah yang Benar
Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih dan ijma para ulama.
Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata dalam Majmu Fatawa berkata: urusan aqidah tidak boleh diambil dariku dan orang-orang yang lebih hebat dariku, tapi diambil dari Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih dan ijma para ulama pendahulu kita.
Qiyas tidak dapat dipakai dalam masalah Aqidah. Kecuali masalah hukum dibawahnya seperti Fiqh dan muamalah. Maka, tidak mungkin aqidah berlandaskan hawa nafsu.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 74:
فَلَا تَضْرِبُوْا لِلّٰهِ الْاَمْثَالَ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sungguh, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Peranan Aqidah yang Benar dalam Islam
Aqidah adalah perkara yang urgent, karena berbicara tentang Allah ﷻ, Nabi-Nya dan hal-hal ghaib yang menjadi sebab keberuntungan seorang muslim.
1. Manusia dan jin diciptakan untuk beribadah.
Inilah tujuan penciptaan manusia yang Allah jelaskan dalam firmanNya:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُون
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. [Adz Dzaariyaat/51:56].
Ibnu Abbas 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni kecuali untuk beribadah.
2. Tujuan Diutusnya para Nabi dan Rasul untuk Menyampaikan Aqidah.
Dakwah kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan dasar dan jalan dakwah para rasul seluruhnya, sebagaimana dikhabarkan Allah dalam firmanNya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu. [An Nahl/16 :36].
3. Umumnya ayat-ayat Al-Qur’an berbicara tentang Aqidah.
Terutama ayat-ayat Makiyyah.
4. Sebab Meraih Keamanan dan Petunjuk di Dunia dan di Akhirat.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Semakin besar kadar iman seorang hamba, makin besar pula kadar keamanan yang ada padanya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَمَنْ اٰمَنَ وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. [Al-An’âm/ 6: 48]
Korelasi antara Aqidah dan Ukhuwah
Persaudaraan bisa dilakukan berdasarkan bermacam latar belakang, seperti suku, nasab, dan perkara dunia lainnya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :
الأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ . فما تعارف منها ائتَلَف . وما تناكَر منها اختلف
“Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (HR. Muslim 6376)
Maka ruh-ruh yang baik akan berkumpul dengan yang baik, sedangkan yang buruk akan berkumpul dengan yang buruk.
Mereka akan saling menyalahkan di akhirat. Saling berlepas diri dan saling menyesal. Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 67:
وَقَالُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۠
Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Dalam ayat lainnya :
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allâh memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. [al-Baqarah/2:166-167].
Namun ada persahabatan yang abadi sampai akhirat. Itulah Ukhuwah yang dilandasi Aqidah Shahihah.
Latar belakang Pentingnya Ukhuwah
1. Jumlah Ahlussunnah adalah sedikit, sehingga diharapkan untuk saling bersatu dan jangan bercerai berai.
Inilah nasehat yang diberikan oleh para ulama, agar kita berlemah lembut sesama kaum muslimin dan ahlus sunnah.
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
يا أهل السنة ترفقوا رحمكم الله فإنكم من أقل الناس
“Wahai Ahlus sunnah, hendaknya kalian saling berlemah lembut -semoga Allah merahmati kalian- karena kalian sangat sedikit.” [Al-Laalikaa’i 1/57/19]
- Nasehatilah dengan cara yang baik dan mengedepankan husnudzan
Sufyan Ats-Tsauri rahiahullah berkata,
استوصوا بأهل السنة خيرا فإنهم غرباء
“Hendaknya kalian saling menasehati sesama ahlus Sunnah dengan cara yang baik karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang asing (ghuroba)/jumlahnya sedikit.” [Al-Laalikaa’i 1/64/49]
2. Banyaknya Perpecahan di Tubuh Kaum Muslimin dan Ahlussunnah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.“ (Ali-Imran:103)
Betapa sekarang negara-negara Islam hancur karena peperangan antar saudara dan musuh Islam, lihatlah Irak, Libya, Sudan, Syria, Yaman, Palestina dan lainnya.
Bahkan nasionalisme lebih menonjol daripada fanatisme agama. Kepedulian sesama kaum muslimin menjadi lemah.
3. Sikap saling serang di antara sesama Ahlussunnah.
Padahal perbedaan yang kontemporer dan bukan masalah yang seharusnya diperbesar. Seperti perbedaan masalah pemilu dan lainnya.
Padahal para salaf, juga kerap terjadi perselisihan meskipun demikian mereka berlapang dada.
Bagaimana cara mengikuti teladan mereka?
1. Ikutilah apa yang sudah disepakati para salaf
Seperti para sahabat dan Tabi’in sepakat nikmat dan azab kubur. Tetapi ada yang menyelisihi mereka, setelah diingatkan tetapi masih menyimpang, maka boleh kita katakan sebagai ahli bid’ah.
2. Berlapang dada terhadap Apa yang Diperselisihkan para Ulama
Seperti pada peristiwa Isra Mi’raj. Yang menjadi perbedaan ulama adalah apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Allah ketika isra mi’raj ataukah tidak?
Syaikhul Islam mengatakan, Perselisihan yang terjadi di kalangan para sahabat adalah apakah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Tuhannya pada malam isra mi’raj? Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan mayoritas ulama ahlus sunah berpendapat bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Tuhannya ketika isra mi’raj. Sementara Aisyah dan beberapa tokoh yang bersamanya, mengingkari aqidah ini. (Majmu’ Fatawa, 3/386).
Perselisihan semacam ini adalah perselisihan yang masing-masing bisa ditoleransi. Karena itu, memilih pendapat apapun yang dipilih dalam perselisihan ini tidak dihukumi bersalah atau layak divonis memiliki aqidah menyimpang.
3. Dengan Mengikuti Ijtihad Mereka.
Ijtihad dalam Islam adalah mengerahkan kemampuan untuk mengetahui hukum syar’i dari dalil-dalil syari’at nya. Tentu bagi kita yang masih awam adalah dengan mengikuti ijtihad yang difatwakan oleh para ulama yang tsiqoh.
Inilah latar belakang dan pentingnya pembahasan yang berkaitan antara Aqidah shahîhah dengan Ukhuwah Islamiyah.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan untuk melanjutkan pembahasan ini selanjutnya…
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم