بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 28 Rabi’ul Awal 1445 / 13 Oktober 2023



Bab 13 – 2 – Melumpuhkan Senjata-senjata Setan

Setan Menyesatrkan Manusia dari Segala Arah

Allah Ta’ala befirman mengabarkan tentang musuhnya iblis saat Dia menanyakan padanya mengapa menolak bersujud kepada Adam serta alasannya bahwa dia lebih baik dari Adam, sehingga Dia mengusirnya dari surga lalu iblis meminta tenggang waktu, dan Allah pun memberikannya, kemudian berkatalah musuh Allah tersebut, bisa terlihat pada surat Al-A’raf ayat 16-17 yang berbunyi:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيم ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”

Makna bahwa: saya akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus adalah seakan-akan syetan itu berkata, “Saya akan tekan mereka, saya akan terus mengintai mereka, dan saya akan senantiasa membelokkan mereka dan sebagainya.”

Syaqiq berkata, “Tidaklah datang suatu pagi kecuali syetan mengintaiku dari empat arah: Dari arah muka, belakang, kanan dan kiri, lalu dia berkata, ‘Janganlah kamu takut sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’, maka aku pun membaca ayat,

وَاِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدٰى

Thaha ayat 82. Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.

Adapun dari belakangku, maka syetan menakut-nakutiku akan terlantarnya orang yang aku tinggalkan maka aku membaca ayat,

۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا

Hud ayat 6. Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.

Dan dari sebelah kananku, syetan mendatangiku melalui wanita, maka aku membaca ayat,

وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ

“Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-A’raaf: 128).

Dan dari sebelah kiriku syetan mendatangiku melalui berbagai syahwat dan keinginan, maka aku membaca ayat,

وَحِيْلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُوْنَۙ

“Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini.” (Saba’: 54).

Saya berkata, “Jalan-jalan yang dilalui oleh manusia hanya ada empat. la terkadang memilih jalan kanan, terkadang memilih jalan kiri, terkadang ia kembali ke belakang (di samping ia berjalan ke depan). Jalan mana saja yang ia tempuh dari berbagai jalan ini ia akan mendapati syetan senantiasa mengintai dirinya. Jika ia berjalan padanya dalam ketaatan, maka ia akan mendapati syetan berada padanya untuk merintangi, memutuskan, menghalang-halangi atau melambatkannya. Tetapi jika pada jalan itu ia melakukan maksiat, maka ia akan mendapati syetan tersebut mendorongnya, membantu, menolong dan memberinya angan-angan. Dan seandainya ia bisa berjalan ke bawah, niscaya syetan akan mendatanginya dari arah itu.”

Di antara yang menjadi bukti kebenaran apa yang dikatakan para salaf di muka adalah firman Allah, “Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka.” (Fushshilat: 25).

Al-Kalbi berkata, “(Maksudnya) Kami jadikan syetan-syetan sebagai teman-teman setia mereka.” Muqatil berkata, “Kami sediakan untuk mereka teman-teman dari bangsa syetan.”

Ibnu Abbas berkata, “Apa yang ada di hadapan mereka berupa urusan dunia dan apa yang ada di belakang mereka berupa urusan akhirat.”

Dan maknanya adalah syetan-syetan itu menjadikan mereka memandang baik masalah dunia sehingga mereka mengutamakannya, serta mengakibatkan mereka mendustakan akhirat dan berpaling daripadanya. Karena itu ucapan musuh Allah, “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari arah muka dan belakang mereka”, menghimpun urusan dunia dan akhirat.

Sedangkan maksud firman-Nya, “Dari kanan dan kiri mereka”, adalah bahwa malaikat kebaikan dari sisi kanan menganjurkan temannya agar melakukan kebaikan, lalu dari arah yang sama syetan datang untuk menghentikannya dari melakukan hal tersebut. Dan bahwa malaikat keburukan dari arah kiri melarang dari yang demikian, tetapi kemudian syetan datang dari arah yang sama untuk menganjurkannya.

Hal ini merupakan keterangan rinci dari firman-Nya, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Shaad: 82).

Allâh ﷻ juga berfirman: “Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syetan yang durhaka, yang dilaknati Allah dan syetan itu mengatakan, ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benarbenar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan anganangan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga unta), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syetan menjadi pelindung selain Allah maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syetan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An-Nisa’: 117-120).

Adh-Dhahhak berkata, “Kata mafrudha dalam ayat di atas berarti yang telah diketahui.” Az-Zajjaj berkata, “Maknanya, bagian yang saya haruskan untuk saya.” Al-Farra’ berkata, “Yaitu jalan yang diberikan untuknya oleh manusia, sehingga ia seakan-akan sesuatu yang diharuskan.” Saya berkata, “Hakikat al-fardh adalah at-taqdir (ukuran).”

Maknanya, siapa yang mengikuti dan mentaati syetan maka orang itu menjadi bagian yang diperoleh syetan. Setiap orang yang mentaati musuh Allah maka dia merupakan bagian musuh itu. Maka manusia terbagi menjadi dua: Bagian dan perolehan syetan, sedang yang lain kekasih dan golongan Allah.

Dan firman-Nya, “Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka maksudnya dari kebenaran. Lalu firman-Nya, “Dan aku akan membangkitkan angan-angan kosong bagi mereka”, menurut Ibnu Abbas yaitu syetan ingin membelokkan dari taubat serta mengakhirkannya. Kata al-batku dalam ayat di atas berarti al-qath’u (memotong). Dan dalam hal ini, para mufassir sepakat bahwa maksudnya adalah memotongi telinga-telinga bahirah.’

🏷️ Yakni unta, pada zaman Jahiliyah jika ada unta telah melahirkan lima kali maka mereka memotong telinganya. ) Dalam Tuhfatul Maurud (130-131) karya pengarang kitab ini, terdapat keterangan rinci dalam masalah tersebut.

Dari sini lalu para ahli ilmu membenci dilubanginya kedua telinga anak kecil untuk anting-anting, tetapi sebagian membolehkannya bagi perempuan dan bukan untuk laki-laki,”‘ karena dibutuhkan untuk perhiasan. Mereka mendasarkannya pada hadits Ummu Zar’, yang di dalamnya disebutkan, “Ada orang-orang yang memakai perhiasan di telinganya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim dari Aisyah). Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Saya bagimu adalah seperti, Abu Zar’ terhadap Ummu Zar’.”

🏷️ Madzhab Syafi’i tidak membolehkan melubangi telinga meskipun wanita, Imam Ahmad dan Hanafi Rahimahumallah membolehkan hal tersebut bagi anak perempuan, dan tidak terhadap anak laki-laki.

Dan firman-Nya, “Dan akan aku suruh mereka, lalu benar-benar mereka mengubahnya.” Ibnu Abbas berkata. ‘Yang dimaksudkan adalah agama Allah.”

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ibrahim, Mujahid, Al-Hasan, Adh-Dhahhak, Qatadah, As-Suddy, Sa’id bin Musayyib dan Sa’id bin Jubair. Dan itu maknanya bahwa Allah telah menjadikan segenap hambanya di atas fitrah yang lurus, yaitu agama Islam, sebagaimana firman Allah, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya.” (Ar Ruum: 30-31).

Karena itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah seorang anak itu dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana binatang dihasilkan dari binatang seluruhnya, apakah kalian melihat bagian tubuhnya terpotong, kecuali kalian sendiri yang memotongnya? Lalu Abu Hurairah membaca ayat, ‘Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu’.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim) .

🏷️ Dalam Jami’ul Ushul (1/371) Ibnul Atsir berkata, “Makna hadits ini adalah anak dilahirkan dengan suatu tabi’at, dan itu adalah fitrah yang diberikan Allah Ta’ala, ia siap menerima kebenaran secara tabiat dan keinginan. Bahkan meskipun syetan dari golongan manusia dan jin mengisinya dan ia harus memilih, maka ia tidak akan memilih kecuali kebenaran. Dan untuk itu dimisalkan dengan binatang yang dipotong sebagian anggota tubuhnya. Pada mulanya binatang itu dilahirkan dengan anggota tubuh yang sempurna, ia selamat dari pemotongan anggota tubuh atau sejenisnya, seandainya bukan karena ulah manusia, niscaya binatang itu akan selamat seperti sedia kala.

Dalam hadits di atas Nabi Shallallahu Alaihi uia Sallam menghimpun antara dua hal: Pengubahan fitrah dengan menjadikannya sebagai orang Yahudi dan Nasrani, dan pengubahan bentuk kejadian dengan memotong anggota badan.

Dan dua hal itulah yang dikabarkan iblis, yang benar-benar bakal ia lakukan. Maka ia pun mengubah fitrah Allah dengan kekafiran, dan itu berarti mengubah penciptaan yang di atasnya ia diciptakan. Lalu iajuga mengubah bentuk kejadian dengan memotong anggota tubuh. Fitrah ia ubah kepada kemusyrikan dan bentuk kejadian ia ubah dengan memotong anggota badan. Yang pertama pengubahan penciptaan ruh, dan yang kedua pengubahan penciptaan bentuk.

Kemudian Allah befirman, “Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka.” Janji syetan adalah apa yang masuk ke dalam hati manusia, seperti umurmu akan panjang, engkau akan mendapatkan kenikmatan dunia, engkau akan melampaui kedudukan kawan-kawanmu, engkau akan menang atas musuh-musuhmu, dunia ini berputar karena itu ia akan menjadi milikmu sebagaimana telah menjadi milik orang lain dan sebagainya. Demikianlah, syetan terus memperpanjang angan-angan mereka, menjanjikan yang baik-baik kepada sekutunya dan para ahli maksiat, juga memberikan angan-angan kosong dengan segala macamnya.

Perbedaan antara janji dan angan-angan yang diberikan syetan adalah janji itu janji batil, dan ia memberikan angan-angan yang mustahil. Tetapi jiwa yang hina, yang tak kuasa melakukan sesuatu akan menelan saja janji dan angan-angan yang diberikan syetan, sebagaimana dikatakan,

Angan-angan itu jika benar, maka ia adalah sebaik-baik angan-angan.
Jika tidak, maka kami telah hidup bahagia dengannya beberapa saat.

Jiwa yang batil dan nista akan merasa nikmat dengan angan-angan yang batil dan janji-janji dusta. Ia akan senang dengannya sebagaimana para wanita (bodoh) dan anak-anak senang dengannya, bahkan berusaha menggapainya. Ucapan-ucapan yang batil sumbernya adalah janji-janji dan angan-angan kosong syetan. Syetan menjanjikan kepada orangorang perdayaannya bahwa mereka bakal mendapatkan kebenaran, serta menjanjikan bahwa kebenaran itu bakal sampai kepadanya tanpa melalui jalannya. Maka, setiap kebatilan adalah masuk dalam firmanNya, “Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syetan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An-Nisa’: 120).

Termasuk di dalamnya adalah firman Allah, “Syetan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.” (Al-Baqarah: 268).

Dikatakan, “Syetan menjanjikan kamu dengan kemiskinan”, maksudnya menakut-nakutimu dengan kemiskinan. Syetan itu berkata bahwa jika kamu menginfakkan hartamu maka kamu akan jatuh miskin. “Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan.” Kejahatan dalam ayat ini secara khusus maksudnya adalah perbuatan kikir.

Dan disebutkan dari Muqatil dan Al-Kalbi, “Setiap fasya’ (kejahatan) dalam Al-Qur’an maksudnya adalah zina, kecuali yang ada dalam ayat ini, maksudnya adalah kekikiran.”

Yang benar adalah kejahatan tergantung pada sebabnya. la berarti setiap kejahatan. la merupakan sifat bagi sesuatu yang tidak diketahui. Dan tidak diketahuinya sesuatu yang disifati adalah tanda keumumannya, yakni perbuatan jahat dan keinginan jahat, termasuk di dalamnya kekikiran. Maka Allah menyebutkan janji syetan dan perintahnya, yakni syetan itu memerintahkan mereka berbuat kejahatan dan menakut-nakuti mereka dari berbuat baik. Dan dua hal ini merupakan inti dari apa yang dicari syetan dari manusia. Sebab jika syetan menakut-nakuti manusia dari perbuatan baik maka ia akan meninggalkannya, dan jika ia memerintahkan manusia berbuat jahat dan menganggapnya sebagai hal yang baik maka manusia pun melakukannya. Dan Allah menamakan perbuatan syetan yang menakut-nakuti itu sebagai janji untuk menunggu terhadap sesuatu yang kepadanya seseorang ditakut-takuti itu, sebagaimana orang yang diberi janji menunggu terhadap apa yang kepadanya ia dijanjikan. Kemudian Allah menyebutkan janji-Nya bagi orang yang mentaati-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan ampunan dan karunia. Adapun ampunan adalah penjagaan terhadap kejahatan sedang karunia adalah pemberian kebaikan.


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم