بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Online Dzulhijjah – Teams Awqaf
Wakra, 28 Muharram 1446 / 4 Agustus 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱



Masuk Islamnya Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu dan Perubahan Dakwah Nabi ﷺ

Setelah Islamnya Hamzah dan Umar, dakwah Rasulullah semakin kokoh. Dua tokoh berpengaruh itu berjasa besar dalam penyebaran agama Islam. Sejarah mencatat, kedua sahabat ini aktif menyebarkan ajaran Islam dan terlibat di sejumlah medan jihad melawan kafir Quraisy, bahkan Umar meneruskan misi dakwah setelah Rasulullah wafat dengan menjabat sebagai khalifah yang kedua.

Masuk Islamnya Umar bin Khattab menimbulkan goncangan yang luar biasa di kalangan kafir Quraisy dan membuat mereka semakin terhina, terpojok dan dipermalukan, sementara bagi kaum muslimin, hal ini menambah kemuliaan, kegembiraan dan pengaruh yang besar. Umar masuk Islam dengan semangat yang tinggi membela Islam sebagaimana dulu ia memerangi Islam.

Pernah suatu hari, Umar bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Bukankah kita berada di jalan kebenaran, baik di dunia maupun akhirat?”

“Tentu saja, aku bersumpah demi Allah yang nyawaku berada di tangannya, sesungguhnya kalian berada di jalan yang benar, baik di dunia maupun akhirat,” jawab Rasulullah ﷺ.

“Kalau begitu mengapa kita bersembunyi? Demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Kami akan keluar dari persembunyian ini,” ucap Umar.

Rasulullah ﷺ kemudian membuat strategi, maka kaum Muslimin keluar dalam dua kelompok, Hamzah memimpin satu kelompok dan Umar di rombongan yang lain. Mereka beranjak menuju Masjidil Haram di siang bolong.

Saat itu kaum kafir Quraisy amat banyak jumlahnya. Mereka menatap Hamzah dan Umar yang telah bergabung dalam barisan Islam. Wajah mereka menjadi pucat, terlihat betul kesedihan dan kekesalan luar biasa yang tak pernah nampak sebelumnya.

Karena kejadian itu, Rasulullah ﷺ akhirnya menyebut Umar sebagai al-Faruq, sang pembeda antara yang hak dan batil.

Umar bin Khattab juga mendatangi pamannya Abu Jahal untuk menyampaikan bahwa ia telah masuk Islam. Setelah menyatakan keislamannya Abu Jahal panik dan marah, dia banting pintu di hadapan Umar dan berkata kepadanya, ”Semoga Allah menjelekkanmu dan apa yang telah kamu bawa.”

Umar bin Khattab tidak mau menyembunyikan keislamannya, dia mendatangi Jamil bin Ma’mar – yang merupakan orang Quraisy yang terkenal paling cepat menyebarkan berita- dan ia memberitahukan bahwa dia telah masuk Islam. Jamil pun berteriak dan berkeliling untuk menyebarkan berita ini dan berkata, ”Wahai seluruh kaum Quraisy, dengarkanlah, Umar bin Khattab telah murtad.” Umar pun menjawab, ”Dia berdusta akan tetapi aku telah berislam dan bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.“

Umar bin Khattab tidak rela kaum Muslimin melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi. Menurutnya, kaum Muslimin harus beribadah di Ka’bah, melaksanakan shalat secara terang-terangan dengan disaksikan dan didengarkan orang-orang.

Kemudian orang-orang Quraisy memukuli Umar akan tetapi beliau tegar: Silakan kalian memukuli kami, suatu saat tatkala kami telah banyak (300 orang) maka kami akan membalasnya. Dan ini terbukti dalam perang selanjutnya.

Abdullah bin Mas’ud menyebutkan bahwa, ”Sungguh, Islamnya Umar adalah sebuah kejayaan, hijrahnya adalah kemenangan, dan kepemimpinannya adalah kasih sayang. Dahulu kami tidak mungkin untuk shalat di Ka’bah hingga islamnya Umar. Saat dia masuk Islam, dia shalat di Ka’bah dan kami shalat bersamanya, kami senantiasa berjaya semenjak masuk Islamnya Umar bin Khattab.”

Pengaruh besar Umar bin Khattab memberikan kekuatan dan keberanian kaum muslimin untuk menjalankan agama Islam, dan bagi kafir Quraisy masuk islamnya Umar menjadikan mereka lemah dan enggan untuk melakukan penyiksaan dan penindasan kepada kaum muslimin.

Sunnatullah, kebenaran dan kebatilan akan berseberangan. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-ahzab ayat 62:

سُنَّةَ اللّٰهِ فِى الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۚوَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللّٰهِ تَبْدِيْلًا

Sebagai sunnah Allah yang (berlaku juga) bagi orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.

Kemudian Orang-orang Quraisy datang kepada Abu Thalib, lalu mereka melaporkan: “Apakah Engkau melihat Ahmad? Ia benar-benar mengganggu dengan adzan dalam menyeru kepada kami di masjid kami. Tolong hentikan perbuatannya itu.”

Kemudian Abu Thalib berkata: “Wahai Uqail, tolong panggilkan Ahmad (Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam ) ke sini.”

Perawi melanjutnya kisahnya: “Setelah itu aku mencarinya dan membawanya menghadap ayah. Setibanya di hadapan ayah, beliau memberi tahu: “Wahai keponkakanku, kaum Quraisy melaporkan bahwa engaku telah mengganggu mereka. JIka benar maka hentikanlah.”

Perawi masih menuturkan: “Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melirik pamannya itu (riwayat lain menyebutkan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengernyitkan matanya) kemudian menengadah dan bersabda:

مَا اَنَابِاَقْدَرَ عَلٰى اَنْ اَدَعَ لَكُمْ ذٰلِكَ ، عَلٰى اَنْ تَشْعَلُوْا لِىْ مِنَهَا شَعْلَةً : يَعْنِى الشَّمْسَ .

“Aku tak kuasa meninggalkan hal itu, meskipun karenanya kalian akan meletakkan matahari di atasku.”

Perawi mengakhiri kisahnya: “Kemudian Abu Thalib berseru, “Keponakanku ini tidak berbohong, karena itu, pulanglah kalian.”

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم