بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab Masail Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 15: 1 Ramadhan 1446 / 1 Maret 2025



Masail Jahiliyah – 15

Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah:
1. Mereka Ahlu Jahiliyyah beribadah dengan menjadikan orang-orang sholih sekutu didalam berdo’a dan beribadah kepada Allah ﷻ. (Syirik).
2. Mereka berpecah belah dalam agamanya.
3. Mereka senang menyelisihi Ulil Amri (pemimpin) dan perbuatan mereka tidak taat kepada pemimpinnya dianggap sebagai keutamaan, sedangkan mendengar dan taat kepadanya dianggap kenistaan dan kerendahan.
4. Agama mereka dibangun di atas pondasi yang paling utama bagi mereka yaitu taklid.
5. Termasuk kaidah besar yang mereka yakini, mereka terpedaya dengan jumlah yang banyak.
6. Mereka berhujjah dengan nenek moyang mereka.
7. Mereka berdalil bahwa kebenaran adalah ketika yang mengikutinya kaum yang telah diberi kekuatan dalam pemahaman, perbuatan, kerajaan, harta dan kedudukan.
8. Mereka berdalil batilnya sesuatu ketika yang mengikutinya hanyalah orang-orang yang lemah.
9. Mereka mengikuti ulama fasik dan hamba yang bodoh.
10. Mereka Menjuluki Ahli Agama Islam dengan Kurang Pemahaman dan Tidak Punya Hafalan (Tidak Pandai).
11-12. Mengambil Kias ( analogi ) yang Salah Dan Membuang Kias ( analogi ) yang Benar.
13. Ghuluw ( sikap berlebihan ) Terhadap Ulama dan Orang Shalih.
14. Menafikan Kebenaran Dan Menerima Kebatilan.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

15. Tidak Mau Menerima Kebenaran dengan Alasan yang Batil

Mereka tidak mau mengikuti apa yang datang kepada mereka dari Allah ﷻ dengan alasan tidak paham. Seperti perkataan mereka :

وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ

Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup“. ( QS. al-Baqarah : 88 ).

يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيراً مِمَّا تَقُولُ

Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan “. ( QS. Hud : 91 ).

Maka Allah mendustakan mereka dan menjelaskan bahwa ketidakpahaman mereka disebabkan ada penutup pada hati mereka, dan penutup itu karena kekufuran mereka.

📃 Penjelasan:

Yakni mereka tidak mau menerima kebenaran karena mereka tidak memahami kebenaran tersebut, sebagaimana Allah sebutkan tentang Yahudi ketika Rasulullah menyeru mereka untuk masuk Islam, maka mereka pun berkata :

قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلاً مَا يُؤْمِنُونَ

“Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang berima “. ( QS. al-Baqarah : 88 ).

Makna ( ghulf غُلْفٌ ) yakni di atas hati ada penutup. Perkataan Rasulullah tidak sampai kepadanya dan hati mereka tidak tenang dengan perkataan Rasulullah ﷺ.

Maka mereka pun beralasan dengan hal itu dalam mendustakan Rasulullah ﷺ. Inilah makna yang dikenal ( oleh para ulama ) untuk ayat ini.

Makna kedua وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ ( hati kami tertutup ), yakni hati kami dipenuhi ilmu maka kami tidak butuh kepada perkataan siapa pun. Mereka mengklaim tidak butuh kepada Rasulullah ﷺ.

Islam dari kata Al-istislam yang bermakna berserah diri. Maka, jika sudah masuk Islam kita harus berserah diri, tunduk dan patuh kepada Allah ﷻ.

Dan orang-orang Jahiliyyah beralasan (udzur) karena kebodohan. Maka, dia merasa kami belum tegak hujah, padahal sengaja agar tidak tahu hukum. Maka sebagian ulama berpendapat tidak ada udzur biljahli. Meskipun ini adalah alasan ekstrim yang terlalu berlebihan. Inilah yang dijelaskan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, dimana beliau mengambil sikap pertengahan.

💡 Imam as-Suyuti berkata, setiap orang yang jahil akan Keharaman sesuatu dimana manusia mengetahui akan keharamannya, maka alasan tersebut tidak diterima. Seperti hukum zina, khamr, membunuh dan lainnya. Kecuali kalau orang tersebut baru masuk islam atau tinggal di tempat yang jauh dan tersembunyi.

💡Imam Az-Zarkasy dalam kitabnya Al-Mansur berkata udzurnya udzur karena jahil termasuk bab keringanan (tahfif), bukan dari segi kejahilannya (sifat yang mutlak). Karena itu imam Syafi’i rahimahullah mengatakan kalau seandainya udzur orang jahil tersebut diterima karena tidak tahu (sifat jahilnya), maka jadinya kejahilannya lebih baik dari pada ilmu.

Maka udzru bil jahil tidak diterima secara mutlak, ditolerir dalam keadaan tertentu saja. Maka, orang yang tidak mau menuntut ilmu, sifat jahilnya tidak diterima, tetapi jika kadang tidak tahu karena manusia tempat lupa dan salah, kejahilannya pada saat itu Engkau diterima.

Seperti perempuan yang sudah dinasihati tetapi tetap tidak mau berhijab, dan membantah maka dia bersifat sifat jahil yang melekat dan tidak mau diperbaiki. Kecuali jika dinasehti baru paham, maka ini artinya memang dia jahil karena tidak tahu.

💡Imam Al-Qurofy rahimahullah dalam Al-Furud berkata karena kaidah syari’at menunjukkan bahwa setiap mukallaf (kejahilan yang boleh dihilangkan oleh seorang mukallaf) tidak menjadi hujjah baginya. Sesungguhnya Allah ﷻ telah mengutus para Rasul kepada manusia dengan membawa risalah, maka Allah ﷻ mewajibkan manusia memahami risalah para rasul tersebut dan mengamalkannya. Maka, ilmu dan amal adalah dua kewajiban, maka barangsiapa yang meninggalkan menuntut ilmu dan tidak mengamalkannya dan masih jahil maka dia melakukan dua kemaksiatan. Barangsiapa yang mengetahui tetapi tidak beramal, maka dia bermaksiat sekali.

Kebodohan (Jahil) karena Lupa

Secara mutlak dihitung sebagai udzur.
Kaidah lupa dalam beribadah adalah tidak tercela, sedangkan jahil bersifat tercela. Meskipun keduanya mengandung persamaan sama-sama tidak tahu.

Imam Az-Zarkasy menjelaskan hukum orang yang melakukan sesuatu karena pikirannya sendiri. Imam Al-qurofy menjawab belum mengetahui, tetapi Imam Izuddin Abdi Salam mengatakan tetap berdosa. Karena setiap orang wajib atasnya mengilmui sebelum mengatakan sesuatu. Orang tersebut berdosa karena meninggalkan menuntut ilmu, tapi jika permasalahan yang sudah terjadi diketahui orang banyak, maka dia berdosa, tetapi jika permasalahan yang tidak diketahui orang banyak, maka dia tidak berdosa.

Maka, bagaimanapun juga, menuntut ilmu lebih aman dilihat dari sisi hukum. Maka malas adalah sifat kejahilan. Sabda Rasulullah ﷺ : Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya faham tentang agamanya. (HR. Bukhari Muslim).

Barangsiapa yang tidak menerima kebenaran maka Allah memberikan musibah kepadanya dengan kebatilan, setelah itu ia pun tidak menerima kebenaran karena Allah merusak hatinya, na’uzdibillah.

Sebagaimana Allah  berfirman :

بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلاً مَا يُؤْمِنُونَ

Sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman “. ( QS. al-Baqarah : 88 ).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم