بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab Masail Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 14: 23 Sya’ban 1446 / 22 Februari 2025



Masail Jahiliyah – 14

Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah:
1. Mereka Ahlu Jahiliyyah beribadah dengan menjadikan orang-orang sholih sekutu didalam berdo’a dan beribadah kepada Allah ﷻ. (Syirik).
2. Mereka berpecah belah dalam agamanya.
3. Mereka senang menyelisihi Ulil Amri (pemimpin) dan perbuatan mereka tidak taat kepada pemimpinnya dianggap sebagai keutamaan, sedangkan mendengar dan taat kepadanya dianggap kenistaan dan kerendahan.
4. Agama mereka dibangun di atas pondasi yang paling utama bagi mereka yaitu taklid.
5. Termasuk kaidah besar yang mereka yakini, mereka terpedaya dengan jumlah yang banyak.
6. Mereka berhujjah dengan nenek moyang mereka.
7. Mereka berdalil bahwa kebenaran adalah ketika yang mengikutinya kaum yang telah diberi kekuatan dalam pemahaman, perbuatan, kerajaan, harta dan kedudukan.
8. Mereka berdalil batilnya sesuatu ketika yang mengikutinya hanyalah orang-orang yang lemah.
9. Mereka mengikuti ulama fasik dan hamba yang bodoh.
10. Mereka Menjuluki Ahli Agama Islam dengan Kurang Pemahaman dan Tidak Punya Hafalan (Tidak Pandai).
11-12. Mengambil Kias ( analogi ) yang Salah Dan Membuang Kias ( analogi ) yang Benar.
13. Ghuluw ( sikap berlebihan ) Terhadap Ulama dan Orang Shalih.

14. Menafikan Kebenaran Dan Menerima Kebatilan

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Sesungguhnya semua masalah kaum Jahiliyah sebelumnya dibangun di atas sebuah kaidah yaitu : Nafi ( menafikan ) dan itsbat (menetapkan ). Mereka mengikuti hawa nafsu dan prasangka serta menolak risalah yang dibawa oleh para Rasul.

📃 Penjelasan:

Menafikan disini yang dimaksud adalah menafikan syari’at Allah ﷻ. Dan menetapkan sesuatu yang hanya mereka yakini.

Semua permasalahan Jahiliyah yang telah disebutkan oleh Syaikh sebenarnya dibangun di atas kaidah nafi dan itsbat. Mereka menetapkan apa yang dihapus oleh Allah dan menghapus apa yang ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu mereka berada dalam kesesatan.

– Nafi (peniadaan) dalam kalimat “La ilaha illallah” adalah “Laa ilaha” yang membatalkan syirik dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
– Isbat (penetapan) dalam kalimat “La ilaha illallah” adalah “illallah” yang menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah.

Allah ﷻ telah menolak syirik dan menetapkan tauhid dan memerintahkan untuk bertauhid. Akan tetapi kaum Jahiliyah sebaliknya; menetapkan syirik dan menolak tauhid, mereka membalik makna Laa ilaaha illallah seutuhnya.

Allah ﷻ berifrman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi“. (QS. al-Ankabut : 52 ).

Iman kepada kebatilan adalah penafian, sedangkan mereka beriman kepadanya dan menetapkannya bukan kufur kepadanya.

Beriman kepada Allah adalah itsbat sedangkan mereka kufur kepada-Nya. Maka mereka menafikan yang telah ditetapkan dengan beriman kepada kebatilan. Mereka menetapkan yang dinafikan dan menafikan yang ditetapkan dengan kufur kepada Allah ﷻ.

Inilah kaidah kaum Jahiliyah yang menjadi jalan hidup mereka dan mereka berjatuhan dalam kesasatan. Jika anda memperhatikan kondisi mereka maka kondisi mereka tidak keluar dari kaidah ini.

Barangsiapa menyekutukan Allah maka ia telah menafikan apa yang telah di tetapkan Allah dan menetapkan apa yang dinafikan Allah.

Barangsiapa yang menghalalkan apa yang diharamkan atau mengharamkan apa yang dihalalkan, maka ia termasuk dari golongan ini.

Barangsiapa yang menafikan apa yang dihalalkan Allah dan menetapkan apa yang Allah haramkan maka ia termasuk dalam kaidah ini yang tidak keluar dari prilaku Jahiliyah.

Barangsiapa yang memusuhi ahli tauhid dan menolong ahli syirik maka ia telah menafikan apa yang telah ditetapkan Allah dan menetapkan apa yang dinafikan Allah, karena Allah memerintahkan untuk menolong orang-orang mukmin dan melarang menolong orang-orang musyrik.

Mereka mengikuti hawa nafsu dan prasangka serta menolak risalah yang dibawa oleh para Rasul.

Hawa nafsu di sini maksudnya bukan hanya nafsu seksual saja, Hawa nafsu adalah dorongan atau keinginan yang kuat dalam diri manusia yang dapat diarahkan. Hawa nafsu dapat berupa dorongan untuk pengetahuan, kekuasaan, atau seksual.

Sementara dalam hal prasangka, mereka menggunakan dzan dalam Masail fiqhiyyah. Maka istinbath hukumnya tidak sesuai dengan tujuan syariat.

Karena setiap perintah syariat harus berlandaskan dalil yang qath’i. Qath’iyah adalah masalah yang hukumnya sudah ditetapkan dengan dalil-dalil yang pasti.

Hukum qath’iyah berlaku sepanjang masa dan tidak bisa diubah atau dimodifikasi. Seperti Kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji.

Pemuka ulama Bani Israil dicela oleh Allah ﷻ karena selalu menggunakan prasangka.

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-A’raf Ayat 176:

وَلَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنٰهُ بِهَا وَلٰـكِنَّهٗۤ اَخۡلَدَ اِلَى الۡاَرۡضِ وَاتَّبَعَ هَوٰٮهُ‌ ۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الۡـكَلۡبِ‌ ۚ اِنۡ تَحۡمِلۡ عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ اَوۡ تَتۡرُكۡهُ يَلۡهَث ‌ؕ ذٰ لِكَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِيۡنَ كَذَّبُوۡا بِاٰيٰتِنَا‌ ۚ فَاقۡصُصِ الۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُوۡنَ

Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.

Dalam Surat Al-Qashash Ayat 50:

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Dan tidak ada orang yang lebih besar kesesatannya daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak memberikan taufik untuk berada di atas kebenaran kepada kaum yang berbuat zhalim yang melanggar perintah Allah dan telah melampaui batas-batas ketetapanNya.

Penyimpangan kedua setelah menolak syari’at adalah mengoreksi dalil-dalil yang sudah qath’i dan hasilnya adalah menambah aturan-aturan syari’at baru, padahal agama Islam telah sempurna, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Kewajiban umat Islam adalah ittiba’.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3]

Dan Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 115:

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dalam kitab minhaj Assunnah an-Nabawiyah berkata orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dibutakan oleh hawa nafsu tersebut dan dikunci mulutnya mereka melupakan perintah Allah ﷻ dan Rasul-Nya dan mereka Tidak ridha terhadap apa yang diridhai Allah ﷻ dan Rasul-Nya dan mereka tidak marah terhadap apa yang Allah ﷻ dan Rasul-Nya marah kepadanya.

Maka, wala’ dan bara’ nya sudah hilang dari dirinya.

Atsar dari Ali Radhiyallahu’anhu dalam kitab Fadhail Shahabah karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah : sesungguhnya suatu hal yang paling aku takuti dari kalian ada dua hal: panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Adapun banyak angan-angan menyebabkan lupa akhirat. Adapun mengikuti keinginan hawa nafsu bisa menyebabkan menolak kebenaran. Ketahuilah sesungguhnya dunia itu berlalu dan akhirat akan datang, dan keduanya memiliki anak. Maka jadilah kamu anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, dan sesungguhnya hari ini adalah saatnya beramal dan tidak ada hisab, sementara di akhirat saatnya dihisab tanpa beramal.

Surat Al-Baqarah Ayat 195:

وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Suatu ketika, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpesan:

ثَلاثٌ مُنَجِّيَاتٌ، وثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ، فَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ : فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ، وَالْقول بالحق فِي الرِّضَا والسخط، وَالْقَصْدُ فِي الْغِنَى وَالْفَقْرِ . وأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Ada tiga hal yang bisa menyelamatkan dan tiga hal yang bisa merusak. Yang menyelamatkan antara lain (1) takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai, (2) berkata benar (adil) dalam kondisi ridha maupun marah, dan (3) bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin.

Sedangkan yang merusak antara lain (1) bakhil yang kelewatan, (2) mengikuti nafsu, dan (3) ujub terhadap diri sendiri. (HR Baihaqi).

Sifat manusia ada dua jenis:
– Sifat jibilli : sifat bawaan sejak lahir
– Sifat muhtasab: sifat yang diusahakan.

Dengan ilmu, keburukan itu bisa dirubah, diperbaiki dan berdo’a agar bisa dirubah menjadi lebih baik.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم