بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab Masail Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 10: 25 Rajab 1446 / 25 Januari 2025
Masail Jahiliyah – 10
Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah:
1. Mereka Ahlu Jahiliyyah beribadah dengan menjadikan orang-orang sholih sekutu didalam berdo’a dan beribadah kepada Allah ﷻ. (Syirik).
2. Mereka berpecah belah dalam agamanya.
3. Mereka senang menyelisihi Ulil Amri (pemimpin) dan perbuatan mereka tidak taat kepada pemimpinnya dianggap sebagai keutamaan, sedangkan mendengar dan taat kepadanya dianggap kenistaan dan kerendahan.
4. Agama mereka dibangun di atas pondasi yang paling utama bagi mereka yaitu taklid.
5. Termasuk kaidah besar yang mereka yakini, mereka terpedaya dengan jumlah yang banyak.
6. Mereka berhujjah dengan nenek moyang mereka.
7. Mereka berdalil bahwa kebenaran adalah ketika yang mengikutinya kaum yang telah diberi kekuatan dalam pemahaman, perbuatan, kerajaan, harta dan kedudukan.
– Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
8. Mereka berdalil batilnya sesuatu ketika yang mengikutinya hanyalah orang-orang yang lemah.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
قَالُوٓا۟ أَنُؤْمِنُ لَكَ وَٱتَّبَعَكَ ٱلْأَرْذَلُونَ
Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”. (QS Asy-Syu’ara ayat 111).
Dan firman-Nya :
أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا
“Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka “. (QS. al-An’am : 53 ).
Maka Allah membantahnya dengan firman-Nya :
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
“Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” . (QS. al-An’am : 53 ).
Kaumnya berkata kepadanya, “Apakah kami akan beriman kepadamu -wahai Nuh- dan mengikuti serta mengamalkan apa yang engkau bawa, padahal faktanya yang mengikutmu hanyalah orang-orang yang hina, dan tidak ada di antara mereka seorang pemuka dan pemilik kemuliaan pun?”
Masalah ini kebalikan dari masalah sebelumnya yang berargumen bahwa pihak yang kuat adalah yang benar. Dalam masalah ini mereka berargumen bahwa orang-orang lemah tidak berada dalam kebenaran, jika mereka benar tidak mungkin mereka menjadi orang lemah. Inilah timbangan kaum Jahiliyah dalam mengetahui kebenaran dan kebatilan.
Mereka tidak tahu bahwa kekuatan dan kelemahan di tangan Allah, dan kelemahan terkadang benar meskipun ia lemah. Dan yang kuat kadang berada dalam kebatilan. Inilah logika kaum Nabi Nuh ketika diseru kepada Allah :
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ
“Mereka mengatakan : “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-Morang yang hina?”. ( QS. asy-Syu’ara : 111 ).
Yakni orang-orang lemah di kalangan kami, jika anda benar pasti orang-orang kuat mengikuti anda. Dalam ayat yang lain :
وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِي الرَّأْيِ
“… dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja…”. ( QS. Hud : 27 ).
Yakni orang-orang yang tidak memiliki pendapat yang mengikuti anda, tanpa melihat dan berfikir.
Demikian juga orang-orang musyrik di zaman Rasulullah, mereka merendahkan orang-orang lemah dari kalangan mukmin, seperti Bilal, Salman, Ammar bin Yasir beserta ibu dan bapaknya. Mereka juga merendahkan orang-orang lemah dari kalangan sahabat, sampai mereka berkata : “Kami tidak mau duduk denganmu jika ada mereka, buat majelis lagi bagi kami selain majelis mereka sehingga kami membuat kesepahaman denganmu”.
Maka Nabi dengan semangatnya untuk memberikan petunjuk kepada mereka ingin membuat majelis khusus untuk mereka, maka Allah pun menegur beliau dalam firman-Nya :
وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا
“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim). Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?”. ( QS. al-An’am : 52 – 53 ).
Maksud firman-Nya : “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?”; Yakni mereka orang-orang lemah dari kalangan sahabat tidak mungkin mendahului kami dalam kabar berita;
لَوْ كَانَ خَيْراً مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ
“Kalau sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya”. ( QS. al-Ahqaf : 11 ).
Orang-orang semisal mereka menjuluki para ulama bahwa mereka tidak memliki ide dan pemikiran, pikiran mereka pendek, mereka suka menjauh dan bersikap kasar dan sebagainya.
9. Mereka mengikuti ulama fasik dan hamba yang bodoh.
Mereka mengikuti ulama yang fasik dan orang-orang bodoh. Syaikh membawakan firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيراً مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Hai orang-orang yang beriman,sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah”. ( QS. at-Taubah : 34 ).
Dan firman-Nya :
لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُوَأَضَلُّوا كَثِيراً وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
“…Janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. (QS. al-Maidah : 77
Diantara masalah Jahiliyah adalah berargumen dengan pendapat ulama fasik. Orang yang fasik adalah orang yang keluar dari keta’atan kepada Allah dalam ilmu dan amalnya. Dan ulama fasik yaitu mereka yang tidak mengamalkan ilmunya atau mereka berkata dusta atas nama Allah sedangkan mereka tahu, dengan mengatakan: ini halal dan ini haram sedangkan mereka sadar mereka berbohong dengan tujuan mendapatkan tujuan mereka dan mengikuti hawa nafsu di bawah payung ulama dan masyarakat percaya pada mereka. Dan hamba-hamba yang fasik yaitu yang beramal tanpa ilmu dan masyarakat percaya kepadanya, mereka berkata : “mereka orang-orang shalih “.
Janganlah tertipu dengan gelar ahli ilmu dan ahli ibadah sehingga semuanya istiqamah di atas agama Allah. Allah berfirman tentang Yahudi dan Nasrani :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah “. ( QS. at-Taubah : 34 ).
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah …”. (QS. at-Taubah : 31).
Yaitu dengan menghalalkan yang haram dan mereka pun mentaatinya, dan mereka mengharamkan yang halal lalu mereka pun mentaatinya, maka dengan begitu para pendeta itu menjadi sembahan selain Allah, na’udzubillah. Karena penghalalan dan pengharaman hanyalah hak Allah, tidak boleh seorangpun menghalalkan dan mengharamkan menurut hawa nafsunya dan menurut kehendaknya, membuat manusia ridha dan mempermudah kepada manusia.
Sekarang ini ada orang-orang yang mengakali syariat, mereka menghalalkan perkara haram demi mempermudah manusia dan keridhaan manusia – menurut mereka -, mereka memutar otak dan mencari-cari rukhsah (keringanan) atau berdusta atas nama Allah bahwa Allah menghalalkan ini atau mengharamkan ini demi kepentingan oknum.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم