بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab Masail Al-Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 4: 13 Jumadil Akhir 1446 / 14 Desember 2024



Masail Al-Jahiliyah – Pertemuan 4

Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱:

2. Mereka berpecah belah dalam agamanya

Sebagaimana Firman-Nya :

كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

“Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. ( Ar-Rum ayat 32).

Demikian juga dalam perkara dunia (mereka juga berselisih) dan menganggapnya itu adalah suatu kebenaran. Kemudian (Para Rosul) membawa misi untuk bersatu padu dalam agama Allah, sebagaimana Firman-Nya :

شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ ۚ

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. ( As-Syura ayat 13)

Dan Firman-Nya :

إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ ۚ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka”. (Al-An’am ayat 159).

Allah melarang kita menyerupai Ahlu Jahiliyyah, dalam Firman-Nya :

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخْتَلَفُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ ۚ

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka”. ( QS. Ali Imran ayat 105)

Allah juga melarang berpecah belah dalam perkara dunia, dalam FirmanNya :

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. ( QS. Ali Imran ayat 103)

————–
Penjelasan:

Islam dibangun di atas persatuan atau Jama’ah, yaitu mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau berpecah-belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam (yang berpegang kepada) al-haqq (kebenaran), tidak mau keluar dari jama’ah mereka dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful Ummah.

Lawannya adalah ahlul firqah wal ahwa’. Yaitu kelompok yang berpecah belah dan mengikuti hawa nafsu. Mereka suka berkelompok-kelompok. Maka siapa saja yang menyelisihi Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya maka disebut ahlul firqah wal ahwa’.

Persatuan dalam hal ini adalah persatuan ukhrawi dan duniawi. Konsekuensi dari persatuan ukhrawi adalah persatuan duniawi demikian juga sebaliknya. Sama halnya wujud persatuan badan dalam shalat berjama’ah.

– Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 32. Dan Janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, pengikut hawa nafsu dan bid’ah dalam agama yang mengganti agama dan merubahnya, yang mana mereka mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, hanya untuk mengikuti hawa nafsu mereka, sehingga mereka terbelah menjadi aliran-aliran dan kelompok-kelompok, mereka menginduk kepada tokoh-tokoh mereka, aliran-aliran dan pendapat-pendapat mereka, sebagian membantu sebagian yang lain di atas kebatilan, masing-masing aliran berbahagia dan berbangga dengan apa yang dimilikinya. Mereka menetapkan diri mereka di atas kebenaran, sedangkan selain mereka di atas kebatilan.

Maka jika ada kelompok yang mengajak kepada golongannya seperti dengan baiat atau kegiatan yang tertutup dan diam-diam, maka mereka adalah kelompok yang sesat.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits yang dikenal dengan hadits Iftiraqul Ummah:

افترقَتِ اليهودُ على إحدى وسبعين فرقةً، وتفرَّقت النَّصارى على اثنتين وسبعين فرقةً، وتَفتَرِقُ أمَّتي على ثلاث وسبعين فرقةً كلها في النار إلا واحدة، قيل: من هي يا رسول الله؟ قال: ما كان أنا عليه وأصحابي. وفي رواية: وهي الجماعة.

“Orang Yahudi telah terpecah belah menjadi 71 golongan, Orang Nasrani telah terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke Neraka, kecuali satu. Sahabat bertanya: “Siapa itu gerangan wahai Rasulullah?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Orang yang mengikutiku dan para sahabatku.” Dalam riwayat lain: “Mereka adalah al-Jamā’ah.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)

Al Jama’ah adalah orang-orang yang berada dalam ketaatan, mereka berkumpul dalam kepemimpinan. Barangsiapa yang mengingkari baiat terhadap pemimpinnya (baca: merasa tidak berkewajiban untuk mentaati pemimpin sah kaum muslimin, ed), maka ia telah keluar dari Al Jama’ah” (Fathul Baari, 13/37).

Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu, menafsirkan istilah Al Jama’ah:

الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك

Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendiri

Dalam riwayat lain:

وَيحك أَن جُمْهُور النَّاس فارقوا الْجَمَاعَة وَأَن الْجَمَاعَة مَا وَافق طَاعَة الله تَعَالَى

Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan manusia telah keluar dari Al Jama’ah. Dan Al Jama’ah itu adalah yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala” (Dinukil dari Ighatsatul Lahfan Min Mashayid Asy Syaithan, 1/70).

Nama lain al-Jama’ah antara lain Salafiyun, ahlul hadits dan lainnya.

Tiada contoh penghentian permusuhan yang terbaik sepanjang sejarah manusia, melainkan perdamaian antara Bani Aus dan Khazraj yang dilakukan Rasulullah ﷺ yang dikenal dengan Perang Bu’ats (lima tahun sebelum hijrah). Yang terjadi lebih dari 100 tahun. Begitu suksesnya hingga mampu mempersaudarakan orang-orang yang sebelumnya saling membunuh. Jangankan terjadi pertempuran, pertengkaran pun tidak pernah lagi hingga kini.

Tidak ada tarikat sesuai dengan madrasah-Madrasah yang dibentuk oleh para sahabat, seperti Tarikat Abdullah Ibnu Abbas di Mekah, tarikat Ubay bin Ka’ab di Madinah, Tarikat Abdullah Ibnu Mas’ud di Irak dan lainnya.

Ikatlah diri kita di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaful Ummah. Tidak perlu bergabung dengan kelompok yang dibangun di atas loyalitas dan baiat. Bergerak sesuai dengan tujuan kelompoknya… Maka disebut sebagai hizbiyyun. Hizbiyyah adalah istilah dalam Islam yang menunjukkan kepada sifat fanatik sempit terhadap kelompok/organisasi. Hizbiyyah memiliki makna yang serupa dengan Ashabiyah, yang dianggap berlawanan dengan karakteristik Hizbullah. Sedangkan pelakunya disebut Hizbi atau Hizbiyyun.

Dari Samurah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ نَبِىٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً وَإِنِّى أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً

Sesungguhnya setiap nabi memiliki Haudh (telaga). Dan mereka akan saling berlomba, siapa diantara mereka yang telaganya paling banyak pengunjungnya. Dan saya berharap, aku adalah orang yang telaganya paling banyak pengunjungnnya. (HR. Turmudzi 2631 dan dishahihkan al-Albani)

Ada yang disesatkan, sehingga tidak bisa mendekat ke telaga

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ لِي رِجَالٌ مِنْكُمْ، ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، أَصْحَابِي، فَيُقَالُ لِي: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

Aku menunggu kalian di telaga. Sungguh ditampakkan kepadaku beberapa orang diantara kalian, kemudian dia disimpangkan dariku. Lalu aku mengatakan, “Ya Rabbi, itu umatku.” Kemudian disampaikan kepadaku, “Kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu meninggal.” (HR. Ahmad 4180 dan Bukhari 6576).

Mengapa mereka diusir dari telaga?

Karena sewaktu di dunia mereka tidak mau minum sunah dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka lebih memihak bid’ah dengan sejuta alasannya, demi membela ajaran tokohnya. Sebagaimana mereka tidak minum telaga sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka di akhirat kelak mereka tidak boleh minum air telaga beliau, yang merupakan janji indah untuk ahlus sunah.

– Dalam surat Al-An’am ayat 159, Allah mengancam orang-orang yang membuat perpecahan dan perselisihan dalam agama, dan memerintahkan nabi untuk berlepas diri dari mereka dan dari amal perbuatan mereka, serta menekankan bahwa Dia yang akan memberi balasan dan siksaan bagi mereka. Kemudian Allah menyampaikan kepada mereka kemaksiatan kemaksiatan yang telah mereka lakukan.

– Dalam Surat Ali Imran ayat 103 Allah ﷻ menjelaskan: dan berpeganglah kalian semua pada al-Qur’an, jauhilah perpecahan dan perselisihan, dan bersyukurlah kepada Allah atas kenikmatan yang telah Dia berikan berupa persatuan dan kasih saying di antara kalian, setelah kalian saling berselisih pada masa jahiliyah; kemudian dengan karunia Allah kalian menjadi saling bersaudara dan menyayangi. Dan sebelumnya kalian hampir jatuh ke jurang neraka Jahannam kemudian Islam menyelamatkan kalian.

– Dalam Surat Ali Imran ayat 105 Allah ﷻ melarang orang-orang beriman dari perpecahan dan permusuhan, sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani terpecah belah setelah datang kepada mereka ayat-ayat yang jelas, mereka adalah orang-orang yang jauh dari rahmat Allah dan akan mendapat azab yang berat dan pedih.

Perbedaan pendapat dalam permasalahan agama terbagi menjadi dua:

1. Perbedaan pendapat yang dibolehkan (khilaf mu’tabar).
2. Perbedaan pendapat yang terlarang (khilaf ghairu mu’tabar).

Maka perbedaan pendapat dalam masalah fikih adalah hal yang biasa karena para ulama memiliki banyak pandangan dalam suatu masalah. Dan ini diluar pembahasan ikhtilaf yang dilarang dalam bahasan kitab ini. Wallohu’alam.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم