بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Online – Ahad
Wakra, 8 Jumadil Awwal 1446 / 10 November 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Manfaat Hati yang Bersih
1. Mendapatkan Ketenangan Hati dan Kebahagiaan
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Ini adalah janji Allah kepada orang yang beramal shalih, yaitu amal yang mengikuti kitab Allah ﷻ dan sunnah NabiNya baik laki-laki maupun perempuan dari kalangan anak cucu Adam, dan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan RasulNya, dan amal ini merupakan amal yang diperintahkan dan disyariatkan dari sisi Allah, bahwa Allah memberinya kehidupan yang baik di dunia, dan membalasnya sesuatu yang lebih baik daripada amalnya di akhirat. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai segi.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan mayoritas ulama bahwa mereka menafsirkannya dengan rezeki yang halal dan baik.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa maknanya adalah kebahagiaan.
Al-Hasan, Mujahid, dan Qatadah berkata.”Tidak ada kehidupan pun yang baik seseorang kecuali di surga”
Pendapat yang benar bahwa kehidupan yang baik itu mencakup semua itu. (Tafsir Ibnu Katsir).
Maka, orang yang berbahagia didapatkan setelah membersihkan hatinya untuk taat kepada Allah ﷻ, dan Itu harus diusahakan karena Allah ﷻ tidak akan pernah merubah nasib kita jika kita tidak berusaha merubahnya.
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d: 11).
Suatu ketika Ibrahim bin Adham berkata, “Seandainya para raja dan sultan itu mengetahui betapa nikmatnya hidup yang sedang aku jalani saat ini, niscaya mereka akan merebutnya walau dengan menggunakan pedang-pedang mereka”. Perkataan ini niscaya hanya keluar dari orang yang bahagia hidupnya.
Imam Ahmad 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 pernah ditanya tentang hukum bermajelis dengan orang yang selaku membenci dirinya (Yaitu Hamad bin Mansur at Tusi), kalau kita tidak mengambil ilmu darinya, maka kemana lagi kita mau mencari ilmu. Dia menjawab, bahwa majelisnya selalu menjelekkan tentang kamu Wahai Imam Ahmad. Kemudian beliau menjawab : Dia adalah orang shaleh yang sedang diuji oleh Allah ﷻ tentang aku, maka tetaplah belajar! Subhanallah, betapa ini menunjukkan kebersihan hati imam Ahmad.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan,
وَمَا يَنْفَعُكَ أَنْ يُعَذِّبَ اللَّهُ أَخَاكَ الْمُسْلِمَ فِيْ سَبَبِكَ
Tidak bermanfaat bagi anda jika Allah menimpakan azab untuk saudaramu sesama muslim karena dirimu. (Siyar A’lam Nubala’ 11/261).
Khalid bin Walid pernah berseteru dengan Sa’ad bin Abi Waqash Radhiyallahu’anhuma, kemudian ada seseorang yang mencela Khalid di depan Sa’ad, kemudian beliau berkata sesungguhnya yang terjadi kepada kami tidak sampai kepada agama kami, jangan sampai mencela dia.
2. Mencintai kebaikan dan Memberi Manfaat kepada Orang lain.
Dia menginginkan kebaikan kepada orang lain sebagaimana dia menginginkan kebaikan untuk diri sendiri.
Ada sebuah hadis yang menyatakan,
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani).
Maka, jika ada yang tidak suka dengan kebaikan kepada orang lain, menandakan ada penyakit di dalam hatinya.
3. Mendapatkan kecintaan Allah ﷻ dan Makhluk.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ. وَذَكَرَ ٱسْمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.
Sungguh beruntunglah orang-orang yang telah membersihkan diri dari kesyirikan dan kemaksiatan dengan mendapatkan apa yang diinginkannya. Dan mengingat Rabbnya sesuai cara yang disyariatkan-Nya dengan berbagai zikir dan mendirikan shalat dengan tata cara yang seharusnya.
4. Membuat sibuk kita untuk Melakukan Kebaikan
Jika kita tidak disibukkan dengan ketaatan kepada Allah ﷻ maka akan menyibukkanmu dengan yang lain.
Maka hati yang kotor akan senang melihat keburukan atau aib orang lain. Kadang kita membicarakan jelek orang lain (ghibah), padahal diri kita sendiri penuh kekurangan. Seharusnya kita pandai bercermin, melihat kekurangan sendiri.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاةَ فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذْلَ- أَوْ الجَذْعَ – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 592, riwayat yang shahih)
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم