بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 51-9
🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Syarah: Prof. Dr. Khalid Utsman Ats-Tsabt 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Al-khor, 16 Sya’ban 1446 / 15 Februari 2025

51 – باب الرجاء

Bab 51-9: Berharap kepada Allah ﷻ

Allah ﷻ Membagi Satu RahmatNya untuk Makhluk dari Seratus Bagian MilikNya



📖 Hadits ke-9:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu pula, katanya: “Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah menjadikan kerahmatan itu sebanyak seratus bagian, olehNya ditahanlah yang sembilan puluh sembilan dan diturunkanlah ke bumi yang satu bagian saja. Maka dari kerahmatan yang satu bagian itu sekalian makhluk dapat saling sayang-menyayangi, sehingga seekor binatangpun pasti mengangkat kakinya dari anaknya karena takut kalau akan mengenai -menginjak- anaknya itu.”

Lihat pembahasan sebelumnya: https://www.assunnah-qatar.com/rahmat-allah-mendahului-murkanya/

🏷️ Fiqhul Hadits:

Rahmat Allah ﷻ jadikan di hati hamba-hamba-Nya dari ciptaanNya. Kebaikan yang diturunkan untuk mereka adalah dari karuniaNya. Semuanya ini hanya satu bagian dari yang Allah ﷻ simpankan untuk hamba-Nya di hari kiamat. Dan apabila seorang tersebut dengan satu rahmat ini terjadi di muka bumi timbul kelemah lembutan di antara makhluk, dan akan ditambah 99 rahmatNya di hari kiamat.

Luasnya Rahmat dan Ampunan Allah ﷻ

📖 Hadits ke-10:

421 – وعنه، عن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – فيما يحكِي عن ربهِ تبارك وتعالى، قَالَ: «أذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا، فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ الله تَبَاركَ وَتَعَالَى: أذنَبَ عبدي ذَنبًا، فَعَلِمَ أنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأذْنَبَ، فَقَالَ: أيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبي، فَقَالَ تبارك وتعالى: أذنَبَ عَبدِي ذَنبًا، فَعَلِمَ أنَّ لَهُ رَبًّا، يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بالذَّنْبِ، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وقوله تَعَالَى: «فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ» أيْ: مَا دَامَ يَفْعَلُ هكذا، يُذْنِبُ وَيَتُوبُ أغفِرُ لَهُ، فَإنَّ التَّوْبَةَ تَهْدِمُ مَا قَبْلَهَا.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu pula dari Nabi ﷺ dalam suatu riwayat yang diceritakannya dari Tuhannya yakni Allah Ta’ala sabdanya: “Jikalau seorang hamba itu melakukan suatu dosa lalu ia berkata: “Ya Allah, ampunilah dosaku,” maka berfirmanlah Allah Tabaraka wa Ta’ala: “HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa, lalu ia mengerti bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu.” Kemudian apabila hamba itu mengulangi untuk berbuat dosa lagi, lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa lagi, tetapi ia tetap mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu.” Seterusnya apabila hamba mengulangi dosa lagi lalu berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu berbuat dosa lagi, tetapi ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu. Aku telah mengampuni dosa hambaKu itu, maka hendaklah ia berbuat sekehendak hatinya.” (Muttafaq ‘alaih)

Firman Allah Ta’ala: Falyaf’al ma-sya’a yakni bolehlah ia mengerjakan sekehendak hatinya itu maksudnya ialah selama melakukan yang sedemikian itu yakni melakukan dosa lalu segera bertaubat, maka Aku -Allah- mengampuninya, sebab sesungguhnya taubat itu dapat melenyapkan dosa-dosa yang sebelumnya.

📃 Penjelasan:

Hadits ini dimasukkan juga oleh Imam Bukhari dalam kitab Tauhid yang merupakan hadits qudsi. Dimana Allah ﷻ memberikan rahmat-Nya kepada hamba yang bertaubat dari dosa-dosa yang telah dilakukan selama nyawanya belum dikerongkongan atau matahari terbit dari barat.

Orang-orang yang berlaku kejam dan aniaya terhadap orang-orang beriman seperti dalam kisah ashabul uhdud dalam surat Al-Buruj, kelak akan dibalas Allah dengan neraka yang lebih panas daya bakar dan apinya. Padahal Allah membuka pintu taubat. Dengan syarat taubat tersebut dilakukan sebelum diturunkannya adzab dan sebelum nyawa mereka dicabut oleh malaikat pencabut nyawa.

Dalam surat At-Taghobun ayat 14 Allah ﷻ berfirman:

وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۝١٤

Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

– Al maghfirah : dosa-dosa ditutup seakan tidak kelihatan
– Al-afwu: dosa-dosa dihapus dari catatan.

Maka, disunnahkan memperbanyak do’a ini di bulan Ramadhan dan boleh dibaca di luar Ramadhan:

اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Tuhanku, sungguh Engkau maha pengampun lagi pemurah. Kau menyukai ampunan, oleh karenanya ampunilah aku.”

Jangan terjebak dalam perangkap setan, yang pada akhirnya menjadi malas untuk bertaubat, bahkan bangga dengan dosa-dosanya.

Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” [H.R. Bukhari (6069) dalam kitab Fathul Bari dan lafadz ini milik Bukhari, dan riwayat Muslim (2990)]

Jangan menjadi seorang mujahir. Mujahir adalah perbuatan maksiat yang dilakukan atau diceritakan secara terang-terangan. Atau membuka aib sendiri dan merasa bangga atasnya. Terang-terangan berbuat dosa atau membuka aib sendiri merupakan perbuatan maksiat di luar dosa yang dilakukan.

Maka, jaga rahasia dosa-dosa kita dan banyak beristighfar. Taubat ini menghapuskan dosa-dosa sebelumnya jika dilakukan serius dan saat mengucap jika hanya istighfar, tanpa ada penyesalan, maka ini adalah taubatnya para pendusta.

Imam Ghazali rahimahullah mengatakan jika seseorang beristighfar tetapi berniat untuk berbuat lagi, maka itu bukan taubat yang sebenarnya.

Imam Fudhoil bin Iyadh rahimahullah berkata permohonan ampun tanpa berhenti adalah taubatnya para pendusta.

Istighfar harus dilakukan dengan tulus dari dalam lubuk hatinya dan diungkapkan dengan ucapan istighfar yang benar.

Dan dia perlu istighfar dari istighfar yang dilakukan dengan main-main. Agar tidak termasuk dalam pendusta. Meskipun dosa yang dilakukan sangat banyak. Apalagi di dalam bulan Ramadhan sebagai bulan pengampunan. Dia membersihkan hatinya dan dirinya

🏷️ Fiqhul Hadits:

1. Luasnya karunia Allah ﷻ dan rahmat kasih sayangNya. Selama meyakini bahwasanya kalau Allah ﷻ berkendak Dia mengampuni dan kalau berkehendak Dia menyiksanya. Ini adalah bagian dari prinsip Tauhid.
2. Taubat yang benar dapat mengampuni dosa-dosa, tetapi jika tidak benar, maka istighfarnya perlu diistighfari lagi.
3. Orang yang beriman kepada Allah ﷻ hatinya bersih dengan taubat. Dia selalu berharap dengan ampunan TuhanNya. Dan dia kembali terus melakukan kebaikan dan perbaikan diri. Kalau dia terjatuh perbuatan dosa dia cepat bertaubat dan tidak terus menerus berbuat maksiat.
4. Hadits ini menunjukkan seandainya dosa berulangkali dan dia taubat setiap kali berdosa maka dosanya diampuni, dan jika setelah beratus kali berbuat dosa dan bertaubat sekali saja di akhirnya, maka dosanya diampuni.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

Tarhib Ramadhan (Mukhtasor Fiqhul Islami)

Puasa ada dua:
1. Puasa kecil: puasanya badan untuk menahan diri dari makan dan minum serta yang membatalkan dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
2. Puasa besar: puasanya hati dan anggota badan dari yang diharamkan Allah ﷻ dari niat, ucapan, perbuatan akhlak, malam dan siang dari seluruh hayatnya.

Puasa ini mulai baligh sampai mati, karena sudah mukallaf (dibebani) syariat. Dia berbuka setelah mati dengan air al-kautsar. Kekal di dalamnya yang tidak terlihat mata, tidak terdengar dan tidak terlintas di hati. Di antara rahmat Allah ﷻ adalah menjadikan puasa kecil ini untuk memudahkan wasilah menuju puasa yang besar.

Ketika berpuasa, seseorang harus mengetahui kedudukannya, karena dengan mengetahui kedudukan puasa maka dia akan menghayati tingkat penghormatan dan penghargaannya. Maka tidak heran, para salaf berdo’a agar bertemu Ramadhan, jauh hari.

Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.” (Latha’if Al-Ma’arif hal. 232).

Kedudukan Bulan Ramadhan antara lain:

Ramadhan adalah bulan pembebasan dari neraka dan Pengampunan dosa.

Dalam sebuah hadits dinyatakan :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka diampuni semua dosanya yang telah lewat. [al-Bukhâri dan Muslim]

Pahala puasa tak terhingga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan sedekah

Terutama di bulan Sya’ban, berlatih membaca Al-Qur’an agar terbiasa di bulan Ramadhan.

Demikian juga sedekah yang dilakukan secara kontinu. Berikan sedekah terbaik di bulan Ramadhan, sesuai dengan tingginya kedudukan Ramadhan.

Lakukan Shalat Tarawih

Targetkan dilakukan dengan penuh dan mengharap ganjaran di sisi Allah ﷻ.

Dalam hadis lain menyebutkan orang yang mengerjakan shalat Tarawih akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).

Shalat sunnah terbaik adalah shalat rawatib yang mengiringi shalat fardhu. Apalagi dilakukan di dalam bulan Ramadhan.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم