بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 13 Sya’ban 1446 / 12 Februari 2025.



Kajian Ke-27 | Bab 5: Adab-Adab Pembawa Al-Qur’an.

Dianjurkan Menjaga Tilawah dan Hafalan Bacaan Al-Qur’an

Banyak kisah-kisah dan contoh-contoh teladan para salaf dalam kehidupan dan kepahlawanan mereka.

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Hendaklah penghafal Alquran memelihara pembacaannya dan banyak melakukannya.

📃 Penjelasan:

Imam Nawawi rahimahullah membuat judul dengan kata Tilawah. Perbedaan Tilawah dan Qiraah, tilawah maknanya membaca dengan tafsirnya dan berusaha mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an yang ada di dalamnya. Sedangkan qiraah lebih menekankan pada cara membaca dan pengucapannya.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat

وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ لَمَن يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِمْ خَٰشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Para ulama salaf mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda mengenai kadar pengkhatamannya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud dari sebagian ulama salaf bahwa mereka mengkhatamkan Al-Qur’an dalam setiap dua bulan sekali. Sebagian mereka mengkhatamkan dalam setiap delapan malam sekali.

Banyak orang yang mengkhatamkan dalam setiap tujuh malam. Sebagian mereka mengkhatamkan dalam setiap lima malam. Sebagian mereka mengkhatamkan dalam setiap empat malam. Banyak orang yang mengkhatamkan dalam setiap tiga malam dan sebagian mereka mengkhatamkan dalam setiap dua malam dan sebagian mereka mengkhatamkan dalam sehari sekali.

📃 Penjelasan:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ » . قُلْتُ إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ « فَاقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ »

Bacalah (khatamkanlah) Al Quran dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu berkata, “Aku mampu menambah lebih dari itu.” Beliau pun bersabda, “Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari, jangan lebih daripada itu.” (HR. Bukhari No. 5054).

Rasulullah ﷺ selalu menasehati sahabat yang bertanya dengan jawaban yang berbeda meskipun dengan pertanyaan yang sama, ditentukan oleh kondisi sahabat yang bertanya.

Rasulullah ﷺ membatasi aktivitas ibadah dengan menempatkan segala sesuatu pada porsinya. Juga sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdullah bin ‘Amr bin Ash, yaitu manakala sahabat ini sibuk dengan shalat malam dan sibuk dengan puasa, sehingga lupa dan lalai terhadap isterinya, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ”Puasalah dan berbukalah. Tidur dan bangunlah. Puasalah sebulan selama tiga hari, karena sesungguhnya kebaikan itu memiliki sepuluh kali lipat. Sesungguhnya engkau memiliki kewajiban atas dirimu. Dirimu sendiri memiliki hak, dan engkau juga mempunyai kewajiban terhadap isterimu, juga kepada tamumu. Maka, berikanlah haknya setiap orang yang memiliki hak” [Muttafaqun ‘alaihi].

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR Muslim no. 783).

Kita lebih disuruh untuk beramal kontinu, ketimbang sekaligus banyak tapi tidak bisa lanjut kemudian hari. Lebih baik sesuai dengan yang kita mampu, tapi kita bisa terus mengamalkannya hingga kita menghadap Allah ﷻ dalam keadaan itu pula.

Abdullah bin Amr menyesal, kenapa dulu ia tidak mengikuti nasihat Rasulullah untuk meringankan ibadahnya. Karena di masa tua, ia tak lagi mampu melakukannya lagi & tidak bisa kontinu hingga akhir hayatnya.

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Diantara mereka ada yang mengkhatamkan dalam sehari semalam dua kali dan di antara mereka ada yang mengkhatamkan delapan kali, yaitu empat kali di waktu malam dan empat kali di waktu siang.

Di antara orang-orang yang mengkhatamkan sekali dalam sehari semalam ialah: Utsman bin Affan, Tamim Ad-Daariy, Said bin Jubair, Mujahid, Asy-Syafii dan orang-orang lainnya.

Di antara orang-orang yang mengkhatamkan tiga kali adalah Sulaim bin Itrin Qadhi mesir di masa khilafah Mu’ awiyah Abu bakar bin Abi Dawud meriwayatkan bahwa ia mengkhatamkan dalam setiap malam tiga kali khatam.

Abu Umar Al-Kindi meriwayatkan dalam kitabnya mengenai para Qadhi Mesir bahwa ia mengkhatamkan dalam semalam empat kali khatam.

Asy-Syeikh Ash-Shalih Abu Abdurrahman As-Sulaiman berkata aku mendengar Asy-Syeikh Aba Utsman Al-Maghribi berkata: adalah Ibnul Khattib mengkhatamkan di siang hari empat kali khatam dan di malam hari empat kali khatam. ini adalah penghataman terbanyak yang sampai kepada kami dalam sehari semalam.

Diriwayatkan oleh As-Sayyid yang mulia Ahmad Ad-Dauraqi dengan isnadnya dari Manshur bin Zaadzran dari para ahli ibadah tabi’in bahwa ia mengkhatamkan Al-Qur’an antara Dhuhur dan Ashar dan mengkhatamkannya pula di antara magrib dan isya’ dalam bulan Ramadhan dua kali khataman lebih sedikit.

📃 Penjelasan:

Kemudahan para salaf dalam membaca Al-Qur’an bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Hafalan mereka seperti kita menghafal Surat Al-Fatihah.
2. Karomah yang Allah ﷻ berikan kepada hamba Allah ﷻ yang bertaqwa.
3. Keberkahan waktu dimana dengan waktu yang sedikit tetapi mampu melakukan amalan-amalan yang berkualitas dan berkuantitas.

Sama halnya karya tulis mereka meskipun umur mereka pendek, tetapi karya mereka sangat banyak.

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Mereka dulu mengakhirkan isya’ di bulan Ramadhan hingga lewat seperempat malam. Abu Dawud meriwayatkan dengan isnadnya yang sahih bahwa mujahid menghatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadan antara magrib dan isya’ dalam setiap malam dari bulan Ramadhan.

Dari Mansyur, ia berkata: adalah Ali Al-Azadi menghatamkan Al-Qur’an di antara magrib dan isya’ setiap malam dari bulan Ramadhan.

Dari Ibrahim bin Sa’ad, ia berkata: ayahku duduk sambil melilitkan surbannya pada badan dan kedua kakinya dan tidak melepaskannya hingga selesai mengkhatamkan Al-Qur’an.

📃 Penjelasan:

Sebagai penutup kesimpulan bahasan ini:

1. Kisah Keteladanan para salaf dalam mengisi waktu dengan membaca Al-Qur’an sekaligus sebagai bukti keberkahan waktu mereka.
2. Hendaklah seorang muslim mendekat dengan Al-Qur’an yaitu dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Usahakan punya keinginan untuk membaca dan mempelajari isi kandungan dan tafsirnya. Usahakan secara rutin dilakukan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

المطلوب من القرآن هو فهم معانيه والعمل به، فإن لم تكن هذه همة حافظه لم يكن من أهل العلم والدين

Yang harus kita lakukan terhadap al-Qur’an adalah memahami maknanya dan mengamalkannya. Jika hal ini bukanlah tujuan utama dari seorang penghafal al-Qur’an, maka dia tidak akan menjadi ahli ilmu dan ahli agama.” [Majmu’ Fatawa, 23: 55]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

فإذا قرأه بتفكر حتى مر بآية وهو محتاج إليها في شفاء قلبه، كررها ولو مائة مرة ولو ليلة، فقراءة آية بتفكر وتفهم خير من قراءة ختمة بغير تدبر وتفهم، وأنفع للقلب، وأدعى إلى حصول الإيمان وذوق حلاوة القرآن.

Jika seseorang membaca al-Qur’an dengan perenungan hingga sampai pada sebuah ayat yang dia butuhkan untuk mengobati hatinya, maka dia mengulang-ulang ayat tersebut walaupun sampai seratus kali atau bahkan sampai semalaman. Maka, membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya itu lebih baik, lebih bermanfaat untuk hati, dan lebih mampu untuk memupuk iman dan merasakan manisnya al-Qur’an, daripada sekadar meng-khatam-kan al-Qur’an tanpa men-tadabburi-nya dan memahaminya.” [Miftah Daris Sa’adah, karya Ibnul Qayyim, 1: 187]

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم