بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Online Dzulhijjah – Teams Awqaf
Wakra, 21 Muharram 1446 / 28 Juli 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱



Ketika Hidayah Menyapa Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu

Umar bin Khattab dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, yakni salah satu rumpun suku Quraisy dan merupakan suku terbesar di kota Mekkah saat itu.

Umar bin Khattab mempunyai ayah yang bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi. Sedangkan, nama ibunya adalah Hantamah binti Hasyim.

Karena kedudukan Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang sangat penting di tengah bangsa Quraisy, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala secara khusus yang ditujukan kepada Umar dan Abu Jahal, agar Allah memberi petunjuk kepada salah satu dari mereka yang paling dicintai oleh Allah untuk Islam.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

« اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِى جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ». قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab.” Sang perawi mengatakan, ternyata yang lebih dicintai oleh Allah adalah Umar. (HR. Tirmidzi, no. 3681; Ahmad, 2:95. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

« اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَبِى جَهْلِ بْنِ هِشَامٍ أَوْ بِعُمَرَ ». قَالَ فَأَصْبَحَ فَغَدَا عُمَرُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْلَمَ.

Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau lewat Umar.” Maka datang pagi, lantas Umar radhiyallahu ‘anhu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian masuk Islam. (HR. Tirmidzi, no. 3683. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya dhaif).

Dahulunya sebelum masuk Islam, Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu sangat memusuhi dan sering menyakiti kaum muslimin. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Laila binti Hatsmah bin Abdullah istri Amir bin Rabi’ah radhiyallahu ‘anhu,

“Demi Allah, ketika kami hendak berangkat untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Pada saat itu, Amir bin Rabi’ah pergi untuk suatu keperluan, tiba-tiba Umar yang masih musyrik, datang dan berdiri di hadapanku, padahal sebelumnya kami sering mendapatkan perlakuan kasar darinya, ia suka menyakiti dan mengganggu kami. Akan tetapi pada saat itu, ia berkata, ‘Benarkah kalian akan berangkat, wahai Ummu Abdillah?’

Aku jawab, ‘Ya demi Allah, kami akan berjalan di bumi Allah, sebab kalian selalu menyakiti dan menindas kami, mudah-mudahan kelak Allah akan memberikan jalan keluar terbaik bagi kami.’ Umar berkata, ‘Semoga Allah bersama kalian.’ Sungguh aku melihat sikap lembut Umar yang belum pernah aku lihat selama ini. Kemudian ia pergi dan aku melihat ia merasa sedih atas kepergian kami.

Ketika Amir bin Rabi’ah datang dari menunaikan keperluannya, aku berkata kepadanya, ‘Hai Abu Abdillah, seandainya kamu tadi ada, kamu akan melihat sikap lunak dan kesedihan Umar atas kepergian kita ini.’ Amir berkata, ‘Apakah kamu berharap ia masuk Islam?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, ‘Sungguh orang yang kamu lihat tadi tidak akan masuk Islam sampai unta Al-Khaththab masuk Islam.’ Amir merasa bahwa tidak ada harapan atas Umar akan masuk Islam, karena sikap keras dan kasarnya selama ini terhadap Islam.” (Disebutkan oleh Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, 1:365; Ibnu Hajar, Al-Ishabah, 8:180-181; Al-Haitsami berkata dalam Majma’ Az-Zawaid, 6:24, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, dan Ibnu Ishaq telah berterus terang bahwa ia meriwayatkannya dengan mendengar langsung, jadi riwayat ini shahih).

Pada peristiwa ini terlihat sikap lunak Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang tidak biasanya ia lakukan kepada orang Islam selama ini. Itulah yang membuat Amir bin Rabi’ah radhiyallahu ‘anhu tidak percaya apa yang diceritakan oleh istrinya, sebab biasanya Umar radhiyallahu ‘anhu bersikap kasar sehingga atas dasar itu, Amir bin Rabi’ah radhiyallahu ‘anhu merasa tidak mungkin Umar akan masuk Islam.

Kisah Umar bin khattab masuk Islam merupakan peristiwa yang menarik. Pada suatu hari dengan pedang terhunus, Umar bin Khattab menuju Darul Arqam tempat dimana baginda Nabi Muhammad biasa berkumpul dengan para sahabat. Melihat mukanya yang beringas, matanya yang nanar, orang sudah menyangka dan mengerti, ini tentu akan terjadi pembunuhan.

Dalam perjalanan menuju Darul Arqam, Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah. Nu’aim bertanya, “Ya Umar, mau kemana engkau?”

Umar bilang, “Mau membunuh itu, si murtad itu.”

“Si murtad yang mana?”

“Yang mana lagi? Itu. Yang memecah belah kita. Yang menghina berhala-berhala kita. Yang menjelek-jelekkan nenek moyang dan keturunan kita. Siapa lagi kalau bukan Muhammad.”

Kata Nu’aim, “Umar, tidak salah engkau?”

“Tidak salah lagi.”

“Salah Umar.”

“Salah kenapa?”

“Apa kamu tidak malu? Kamu mau pergi membunuh Muhammad, sementara adikmu sendiri Fatimah, dia sudah termasuk salah seorang pengikut Muhammad.”

Mendengar ini, muka yang memang tadinya sudah marah dan merah, tambah jadi kelam. Bukan main mangkelnya Umar bin Khattab. Orang lain dia musuhi, orang lain dia kejar-kejar, ini malah adiknya sendiri menjadi pengikut dari Baginda Nabi. Tidak jadi menuju Darul Arqam, dia berangkat ke rumah adiknya Fatimah.

Di rumah Fatimah sedang berkumpul, Fatimah, suaminya Sa’id bin Zaid dan seorang sahabat Habab bin Arots. Mereka sedang membaca Al-Qur’an.

Diketuk pintu oleh Umar, dan dijawab dari dalam, “Siapa di luar?” “Umar!” mendengar suaranya saja, sahabat Habab bin Arots sudah lari ke belakang pintu. Adapun Fatimah yang sedang memegang suhuf, lembaran tulisan Al-Quran itu, menyembunyikan suhuf itu di belakang bajunya.

Saat Umar masuk, tidak sengaja suhuf lembaran yang tersembunyi di belakang baju Fatimah tersembul, Umar pun bertanya, “Apa yang kau sembunyikan di balik baju mu itu?” Fatimah berkata “Suhuf” “Apa suhuf itu?” “Lembaran Al-Quran”

Maka dibacalah lembaran tersebut:

طه . مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى

Thaha, Tidaklah Aku turunkan Al-Qur’an ini untuk bikin sukar manusia. Melainkan merupakan pengingat bagi orang-orang yang takut kepada Allah.”

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي . إِنَّ السَّاعَةَ آَتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى

Sesungguhnya Aku lah Allah. Tidak ada tuhan melainkan Aku. Maka hendaknya hanya kepada Ku lah kamu menyembah. Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang, yang sengaja waktunya tidak kami beritahukan kepada kamu semua, untuk kami balas segala setiap orang, tentang apa saja yang telah mereka lakukan dalam kehidupan dunia ini.”

Setelah membaca ayat ini gemetar tangannya. Dalam hati Umar ini tidak main-main; ‘belum pernah saya membaca ajaran yang semacam ini’. Tidak patut orang yang mempunyai kitab suci semacam ini dimusuhi. Ini sesuatu yang benar. Tergetar jiwanya.

“Hai, Fatimah beritahu aku di mana keberadaan Muhammad?” “Saya tidak akan memberitahu kamu.” “Di mana? kata Umar lagi” “Saya tidak akan memberi tahu kata Fatimah. Lebih baik kamu bunuh saya kalau memang maksud mu mau mencelakakan Muhammad” “Sama sekali saya tidak akan mencelakakan dia, Fatimah. Kasih tau saja dimana dia?” “Darul Arqam” kata Fatimah. Bergegas Umar menuju Darul Arkom.

Saat di dalam Darul Arqam, Nabi memang sedang kumpul dengan para sahabat. Termasuk ada Sayyidina Hamzah yang juga terkenal sebagai jawara juga. Diketuklah pintu. “Siapa di luar?” “Umar”.

Di dalam Darul Arqam ini geger sebagian sahabat, Umar datang ini pasti sebagai bencana. Tapi baginda Nabi menenangkan mereka, “Tenang, mudah-mudahan ada hikmahnya.” Sayidina Hamzah tampil, “Bukakan dia pintu. Kalau niatnya baik kita terima, kalau niatnya tidak baik, saya paling depan”.

Dibukakan pintu. Begitu dibukakan pintu, Umar masuk merangkul baginda Nabi Muhammad kemudian dengan tersendat, Umar berucap, “Asyhadu’alla illaha illallah wa ashhaduanaka ya muhammad Rasulullah”. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Sahabat takbir semua.

Kegembiraan meliputi suasana ketika itu karena sebelumnya dikala Umar belum masuk Islam, dia merupakan ganjalan yang paling dikhawatirkan oleh umat Islam.

Setelah dia masuk Islam, jelas merupakan suatu keuntungan yang sangat besar dan dia tertarik kepada Islam bukan karena bujuk rayu orang, tidak karena diberikan harta, tidak karena diiming-imingi oleh kedudukan tinggi. Tapi karena kebenaran, hidayah menembus hatinya melalui wasilah ayat dalam Surat Thaha yang dibacanya melalui suhuf yang dipegang oleh adiknya sendiri, Fatimah.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

مَا زِلْنَا أَعِزَّةً مُنْذُ أَسْلَمَ عُمَرُ

Kami terus merasakan harga diri yang tinggi semenjak Umar masuk Islam.” (HR. Bukhari, no. 3863)

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-A’raf Ayat 178:

مَن يَهْدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلْمُهْتَدِى ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم