بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Sabtu – Barwa Village
Wakra, 8 Rabi’ul awal 1445 / 23 September 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱

Membahas Kitab Al-Lu’lu wal Marjan
Hadits ke-46 dan 47


https://www.assunnah-qatar.com/wp-content/uploads/2023/09/Lulu-Wmazan-Hadist-46-1.mp3?_=1

46. Kekafiran Orang yang Berkata: Kami Diberi Hujan karena Bintang

Allâh ﷻ menciptakan makhluk-Nya penuh dengan hikmah, salah satunya menciptakan bintang adalah sebagai pelempar setan. Sebagaimana terdapat dalam surat Al Mulk,

وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

“Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk: 5)

Setan mencuri berita langit dari para malaikat langit. Lalu ia akan meneruskannya pada tukang ramal. Akan tetapi, Allah senantiasa menjaga langit dengan percikan api yang lepas dari bintang, maka binasalah para pencuri berita langit tersebut.

Di antara kemampuan yang Allah berikan pada jin atau setan adalah kemampuan mencuri berita langit. Berita langit ini akan disampaikan oleh setan sampai pada tukang sihir dan dukun. Nyatanya, tukang ramal tersebut dari berita yang mereka dengar, mereka reka-reka menjadi 100 kedustaan.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ketika Allah menetapkan suatu urusan di langit, malaikat lantas meletakkan sayapnya dalam rangka tunduk pada perintah Allah. Firman Allah yang mereka dengarkan itu seolah-olah seperti suara gemerincing rantai di atas batu. Hal ini memekakkan mereka. Apabila rasa takut telah dihilangkan dari hati mereka, mereka mengucapkan, “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Perkataan yang benar. Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

“Setan-setan penyadap berita itu pun mendengarkan berita itu. Para penyadap berita itu posisinya saling bertumpuk-tumpukkan. Sufyan menggambarkannya dengan memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-jemarinya. Jika setan yang di atas mendengar berita itu, maka segera disampaikan kepada setan yang berada di bawahnya. Kemudian yang lain juga menyampaikan kepada setan yang berada di bawahnya hingga sampai kepada tukang sihir dan dukun.”…. (Potongan HR. Bukhari no. 4800).

Maka, hujan adalah takdir Allâh ﷻ, maka menisbatkan hujan kepada makhluk-Nya yang lain adalah kesyirikan.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut :

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ مِنْۢ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۙقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ۗبَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ

63. Dan jika kamu bertanya kepada mereka, ”Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu dihidupkannya bumi yang sudah mati?” Pasti mereka akan menjawab, ”Allah.” Katakanlah, ”Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti.

Jika ada yang percaya bahwa hujan datangnya dari Allâh ﷻ, akan tetapi bintang sebagai perantara, maka ini juga masuk syirik kecil.

Dan ini juga berlaku bagi orang yang percaya hal yang lain. Yang disebut ilmu bintang, horoskop, zodiak dan rasi bintang termasuk di antara amalan jahiliyah. Ketahuilah bahwa Islam datang untuk menghapus ajaran tersebut dan menjelaskan akan kesyirikannya. Karena di dalam ajaran tersebut terdapat ketergantungan pada selain Allah, ada keyakinan bahwa bahaya dan manfaat itu datang dari selain Allah, juga terdapat pembenaran terhadap pernyataan tukang ramal yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib dengan penuh kedustaan, inilah mengapa disebut syirik.

Hadits ke-46:

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ – رضيَ اللهُ عنه – قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ فِي إِثْرِ سَّمَاءٍ كَانَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ.

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengimami shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah, setelah terjadi hujan semalam. Ketika telah selesai shalat, beliau pun menghadap kepada manusia seraya bersabda: ‘Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kalian?’ Mereka berkata, ‘Allah dan RasulNya yang lebih tahu.’

Maka kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Allah berfirman: ‘Masuk dipagi hari ini dari hamba-hambaKu, ada yang beriman kepadaku dan ada yang kafir. Adapun orang yang berkata ‘Kita dihujani dengan karunia Allah dan rahmatNya’, maka ia beriman kepadaKu dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, ‘Kita dihujani dengan bintang ini dan itu, maka ia kafir kepadaKu dan beriman kepada bintang-bintang.’” (HR. Bukhari dalam Kitab Azan)

Syarah Hadits:

Dan seburuk-buruk panutan adalah perkara jahiliyah. Dari Abu Malik Al Asy’ari radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ

“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan :

1. Membangga- banggakan kebesaran leluhurnya (nenek moyang).
2. Mencela keturunan.
3. Mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu.
4. Meratapi orang mati.”
(HR. Muslim No. 934)

Jika kita perhatikan, 4 perkara ini merupakan sumber kesengsaraan bagi umat. Manusia menjadi sangat tidak tertata, tidak beradab, ketika mereka melanggar 4 perkara ini.

Hujan adalah rahmat dari Allâh ﷻ.

Hadits ini menunjukkan wajibnya menisbatkan kenikmatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka semua kenikmatan yang kita miliki wajib kita nisbatkan kepada Allah, tidak boleh dinisbatkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ

“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28).

Hadits ke-47. Mencintai Kaum Anshar Sebagian dari Iman

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:” آيَةُ الإِيْمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ وَآيَــةُ النِّفَاقِ بُعْضُ الأَنْصَارِ

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tanda keimanan adalah cinta kepada kaum Anshar. Dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar”. (HR. Al-Bukhari)

Takhrij

Hadits ini diriwayatkan Imam al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya kitab al-Iman ‘bab tanda iman adalah cinta kaum Anshar’ (hadits no.17) dari gurunya yang bernama Abul Walid Hisyam bin ‘Abdul Malik al-Bashri. Beliau juga mengulang hadits tersebut melalui gurunya yang lain bernama Muslim bin Ibrahim di kitab Manaaqib al-Anshaar (sisi-sisi kebaikan kaum Anshar) bab Hubbu al-Anshaar (mencintai kaum Anshar) (hadits no.3783) dari Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu juga.

Syarah Hadits:

Hadits ini menunjukkan mukjizat Rasulullah ﷺ, dimana beliau jauh-jauh hari telah mengatakan ada golongan yang akan membenci orang-orang Anshar.

Istilah kaum ‘Anshar’ hanya melekat pada dua suku, Aus dan Khazraj yang tinggal menetap di Madinah. Sebelumnya, mereka dikenal dengan Bani Qailah. Sebelum memeluk agama Islam, kedua suku tersebut sering terlibat perang saudara.

Setelah masuk Islam semuanya bersatu dan Anshar terkenal dengan sifat yang terpuji, menolong Allâh ﷻ dan Rasul-Nya. Islam datang membawa kedamaian. Allâh ﷻ berfirman :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

Setelah Nabi menyampaikan risalah yang diterimanya dari Allah. Nabi menjadi orang yang paling dibenci oleh hampir seluruh Quraisy. Saat itu, ucapan dan kehadirannya menjadi musuh utama masyarakat Mekah, terlebih pemuka kafir Quraisy.

Tersebutlah seorang penyair, Thufail bin ‘Amr ad-Dūsī. Sahabat Nabi yang masuk Islam saat periode Mekah. Atas kehendak Allah ia tidak sengaja mendengar firman-Nya yang dibaca Nabi Muhammad dalam salatnya. Setelah mendengarkan Al-Qur’an yang indah, hingga tidak mampu untuk membantahnya hingga ia masuk Islam.

Hingga beliau hijrah dan di Yastrib (Madinah) kaum Anshar inilah yang menolong kaum Muhajirin yang datang dari Mekah, termasuk Thufail. Thufail datang menghadap Rasulullah dengan membawa 80 keluarga yang keislamannya tidak diragukan lagi.

Tak diragukan lagi, kaum Anshar adalah kaum yang paling terdepan dalam menolong agama Allah subhanahu wata’ala, terdepan dalam membela dan melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan selalu berkorban untuk saudara seiman meski dalam waktu bersamaan diri mereka juga sedang membutuhkan.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui“.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.