بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 50-11
🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Al-khor, 28 Jumadil Awwal 1446 / 30 November 2024



50 – باب الخوف

Bab 50-11: Takut kepada Allah ﷻ

Keadaan Manusia di Padang Mahsyar

📖 Hadits ke-16:

411 – وعن عائشة رضي الله عنها، قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول: «يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ القِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا». قُلْتُ: يَا رَسُول الله، الرِّجَالُ وَالنِّساءُ جَمِيعًا يَنْظُرُ بَعضُهُمْ إِلَى بَعْض؟! قَالَ: «يَا عائِشَةُ، الأمرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذلِكَ». وفي رواية: «الأَمْرُ أَهمُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعضُهُمْ إِلَى بَعضٍ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. «غُرلًا» بِضَمِّ الغَينِ المعجمة، أيْ: غَيرَ مَختُونينَ.

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Dikumpulkanlah sekalian manusia di padang mahsyar pada hari kiamat dengan telanjang kaki, telanjang tubuh dan tidak berkhitan kemaluannya.” Saya bertanya: “Ya Rasulullah, kalau begitu kaum wanita dan kaum pria semuanya dapat melihat antara yang sebagian dengan sebagian yang lainnya.” Beliau ﷺ menjawab: “Hai Aisyah, peristiwa pada hari itu lebih sangat untuk menjadi perhatian mereka daripada memperhatikan orang lain.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Peristiwa pada hari itu lebih penting untuk diperhatikan oleh setiap orang -daripada yang sebagian melihat kepada sebagian yang lain-.” (Muttafaq ‘alaih)

– Ghurlan dengan dhammahnya ghain artinya tidak berkhitan.

🏷️ Syarah Hadits:

Sebagaimana Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya Ayat 104:

كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُۥ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ

Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.

Allah menyampaikan kebesaran kekuasaan-Nya di alam semesta dan dalam membangkitkan:

Pada hari kiamat Kami akan menggulung langit seperti kertas yang digulung, kemudian Kami akan menghidupkan kembali seluruh makhluk untuk menjalani hisab. Sebagaimana Kami menciptakan mereka pertama kali di dunia dari ketidakadaan, demikianlah Kami akan menghidupkan mereka kembali pada hari kiamat. Sungguh Kami berkuasa untuk melakukan hal itu dan yang semisalnya.

Seandainya ada yang terpotong anggota badannya di dunia maka Allah ﷻ akan kembalikan ke keadaan seperti semula.

Semua akan diqishas baik manusia, jin maupun binatang. Bahkan kambing yang memiliki tanduk.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat An-Naba Ayat 40:

إِنَّآ أَنذَرْنَٰكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنظُرُ ٱلْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ ٱلْكَافِرُ يَٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰبًۢا

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah”.

Firman-Nya (tentang ucapan orang kafir): كُنْتُ تُرَابًا “aku dahulu adalah tanah” memiliki tiga kemungkinan makna:

– Pertama: aduhai, andai saja aku dulu adalah tanah, tidak tercipta (menjadi manusia), karena manusia diciptakan dengan tanah.
– Kedua: Aduhai, anda saja aku dulu adalah tanah sehingga tidak akan dibangkitkan, maksudnya: aku tanah diliang kubur.
– Ketiga: Jika ia melihat binatang-binatang ternak yang telah Allah adili di antara mereka, Allah berkata pada mereka, jadilah tanah, maka mereka menjadi tanah, ia mengatakan: andai saja aku pun menjadi tanah seperti binatang-binatang ternak itu. Wallahu A’lam. (Tafsir Juz ‘Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin).

Demikian juga bayi yang berumur 120 hari, akan dibangkitkan. Karena memiliki nyawa atau ruh. Semua akan dibangkitkan tanpa pakaian, tanpa sendal, tanpa khitan, tanpa harta, semua akan dikembalikan seperti saat penciptaannya dan hikmahnya adalah untuk diingatkan bahwa seorang insan di dunia bukan tempat tinggal selamanya. Dan tidak ada yang dibawa dari dunia ini.

Dalam hadits ini juga menunjukkan sifat malu dari Aisyah 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 yang menafsirkan semuanya laki-laki dan wanita dikumpulkan tanpa pakaian. Perempuan ada rasa malu dalam dirinya dan itu fitrah pada wanita.

Maka, dimana rasa malu para wanita yang telanjang di pantai maupun kolam renang. Urat malu mereka sudah putus dan hilang fitrah malunya.

Dan Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa pada saat itu tidak ada yang merasa malu karena peristiwa pada hari itu lebih sangat dahsyat dan penting untuk menjadi perhatian mereka daripada memperhatikan orang lain. Sama halnya saat terjadi gempa, biasanya orang menjadi panik dan tidak memikirkan apapun yang ada pada badannya.

🏷️ Fiqhul Hadits:

1. Penjelasan tentang kedahsyatan pada hari kiamat. Dan disibukkan dengan pertanggungjawaban. Akan tetapi kita sekarang jangan terlalu berlebihan rasa takutnya sehingga mempengaruhi kondisi kejiwaannya.

2. Keadaan di padang mahsyar nanti tidak berpakaian baik laki-laki maupun wanita. Ini mengingatkan bahwa orang tidak bermaksiat kecuali dia lalai, jika manusia takut kepada Allah ﷻ maka tidak akan ada pelaku maksiat.

3. Sangat malunya wanita pada masa Nabi ﷺ. Seperti halnya Aisyah radliyallahu anha yang malu ketika mendengar laki-laki dan wanita dikumpulkan tanpa berpakaian.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم