بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Daurah Harian Ramadhan 1446
🎙️ Bersama Ustadz Zubair Abu Jassim 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
🗓️ Doha, 11 Ramadhan 1446 / 11 Maret 2025
Kamu Termasuk yang Mana?
Awal kajian, Ustadz mengingatkan kembali untuk memanfaatkan momentum Ramadhan sebagai sarana menambah pahala dan menghapus dosa.
Beberapa hadits sebagai bahan renungan:
1. Berpuasa dengan Iman dan Ihtisab
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu. Ibadah Jum’at yang satu dengan ibadah jum’at berikutnya. Puasa Ramadhan yang satu dengan puasa Ramadhan berikutnya. Itu semua merupakan penghapus dosa antara keduanya, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim [233])
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari [38, 1901, 2014] dan Muslim [760] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Yang dimaksud dengan iman di sini adalah meyakini wajibnya puasa yang dia lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan mengharapkan pahala/ihtisab adalah keinginan mendapatkan balasan pahala dari Allah ta’ala (Fath Al-Bari, 4/136)
2. Memperbanyak memberikan makanan
Memperbanyak memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan adalah salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam. Banyak cara menjadi orang terbaik. Salah satunya adalah dengan memberi makan orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
خِيَارُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang memberi makan. (HR. Ahmad dan Hakim; shahih)
3. Memperbanyak dzikir.
Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Mukminin untuk banyak berdzikir kepada-Nya dan Allâh memuji orang-orang yang banyak berdzikir. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allâh, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” [al-Ahzâb/33:41-42].
Sahl Bin Mu’adz meriwayatkan dari ayahnya beliau berkata: Sesungguhnya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam seraya berkata: Ia bertanya: siapakah orang yang berpuasa yang paling besar/banyak pahalanya? Beliau menjawab: Mereka yang paling banyak dzikirnya kepada Allah ﷻ. (HR. Ahmad dalam Musnad, no. 15614)
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syams Ayat 9-10:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Sungguh beruntung orang menyucikan jiwanya dari dosa dan mengembangkannya dengan ketaatan dan ketakwaan, dan sungguh merugi orang yang lalai untuk mendidik jiwanya melainkan malah menggodanya (untuk keburukan). Ini adalah jawaban dari qasam (sumpah) itu. At-Tadsiyah (Penodaan) adalah mengurangi dan menyembunyikan, dan itu merupakan lawan kata Tazkiyah (Penyucian).
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara Ayat 88-89:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Orang-orang yang masuk surga adalah orang yang bersih. Maka, siapapun yang berdosa dan tidak diampuni, maka akan disiksa terlebih dahulu. Na’udzubillahmindalik.
Maka, inilah pentingnya penyucian jiwa bagi hamba yang selalu berbuat kesalahan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”
HR. At-Tirmidzi (no. 2499), Ibnu Majah (no. 4251), Ahmad (III/198), al-Hakim (IV/244), dari Anas, dan dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4391).
Maka, kita mati dalam keadaan Islam
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. (QS Ali Imran: 102)
Pembagian Hati
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan Hati manusia itu bermacam-macam. Ada qalbun salîm (hati yang selamat; sehat); qalbun mayyit (hati yang mati); dan qalbun marîdh (hati yang sakit).
- Hati yang Sehat (Qalbun Salîm)
Orang-orang yang memilik hati ini akan selamat pada hari kiamat, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tiada lagi berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allâh dengan hati yang bersih. [Asy-Syu’ara’/26: 88-89].
Disebut qalbun salîm (hati yang selamat; sehat) karena sifat selamat dan sehat telah menyatu dengan hatinya. hati yang dipenuhi oleh keimanan; telah hilang darinya badai-badai syahwat dan kegelapan-kegelapan maksiat.
Qalbun salîm sangat mudah menerima kebenaran, tunduk dan patuh kepada semua yang diperintahkan Allah ﷻ dan Rasul-Nya.
Qalbun salîm Hatinya penuh dengan ketulusan dan ikhlas dalam beramal. Dia menerima sepenuhnya Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Dialah orang yang penuh dengan kebahagiaan.
Qalbun salîm adalah hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang berseberangan dengan perintah dan larangan Allâh; Bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang menyelisihi berita-Nya.
Menjaga Hati agar Sehat
– Berpegang teguh dengan keimanan
– Berkesinambungan amal ketaatan
– Melestarikan wirid dan dzikir harian
Syaikh Abdul Muhsin al-Badr Hafidzahullah mengatakan, dengan memperbanyak dzikir akan memudahkan kita beramal yang lain.
– Menjauh dari kemaksiatan dan fitnah.
Imam Adz-Dzahabi –rohimahulloh– mengatakan:
“Mayoritas para imam salaf.. mereka memandang bahwa hati itu lemah dan syubhat itu menyambar-nyambar” (Siyaru A’lamin Nubala‘ 7/261).
– Bertaubat dengan hati yang tunduk.
Bertaubat adalah salah satu tanda orang-orang yang dicintai Allah ﷻ.
Allah sangat suka pada hamba-Nya yang bertaubat. Sampai-sampai Allah lebih bergembira dibanding seseorang yang kehilangan kuda tunggangan yang hilang di tengah gurun.
- Qalbun Mayyit (hati yang mati)
Hati yang mati, hati yang kosong dari kehidupan. Ia tidak mengetahui Rabbnya, apalagi beribadah kepada-Nya.
Ia selalu menuruti keinginan nafsu dan kesenangan dirinya, meskipun akibatnya ia akan dimurkai dan dibenci Allâh Azza wa Jalla . Ia tidak peduli dengan apapun, yang penting bagi dia adalah keinginan dan syahwatnya terpenuhi.
Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Baqarah Ayat 10:
فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۙۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.
Hal itu karena dalam hati mereka ada penyakit, seperti penyakit iri dan dengki kepada orang-orang yang beriman, keraguan terhadap ajaran Islam, keyakinan yang keliru, dan lainnya.
Ia menghambakan diri kepada selain Allâh, dalam cinta, takut, berharap, ridha dan benci, pengagungan dan kehinaan. Jika ia mencintai, ia mencintai karena hawa nafsunya. Jika ia membenci, ia membenci karena nafsu. Jika ia memberi, ia memberi karena nafsu. Ia lebih mencintai dan mengutamakan hawa nafsunya daripada keridhaan Rabbnya.
Obat untuk menghidupkan hati yang mati adalah dengan kembali kepada Allah ﷻ dan bertaubat kepadaNya. Mentadaburi ayat-ayat Allah ﷻ.
- Qalbun Marîdh (hati yang sakit)
Hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi sakit. Ia memiliki dua unsur yang saling tarik-menarik. Ketika ia berhasil memenangkan pertarungan itu, berarti di dalam hatinya sedang ada rasa cinta kepada Allâh, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada-Nya. Itulah nutrisi kehidupan hati.
Di dalam hati yang sakit juga ada kecintaan kepada nafsu, keinginan dan usaha keras untuk mendapatkannya, dengki, takabbur, bangga diri, cinta jabatan dan membuat kerusakan di bumi.
Inilah unsur yang menghancurkan dan membinasakan hati. Ia diuji oleh dua penyeru, yang satu menyeru kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya serta hari akhirat, sedang yang lain menyeru kepada kenikmatan sesaat. Dan ia akan memenuhi salah satu di antara yang paling dekat dari dirinya.
Fitnah Syubhat dan Syahwat
Fitnah syahwat adalah fitnah yang mengikuti hawa nafsu, sedangkan fitnah syubhat adalah fitnah yang menyimpang dari pemahaman agama.
Fitnah syahwat
– Fitnah keduniaan, seperti harta, kedudukan, pujian, sanjungan, dan wanita.
– Mengikuti apa-apa yang disenangi oleh hati/nafsu yang keluar dari batasan syari’at.
– Mengakibatkan seseorang lebih mengedepankan hawa nafsunya daripada ketaatan dan menggapai rida-Nya.
Fitnah syubhat
– Fitnah pada pemahaman, keyakinan, aliran, juga pemikiran yang menyimpang.
– Membuat seseorang bingung dalam membedakan antara perkara yang hak dan yang batil, antara yang benar dan yang salah.
– Lebih berbahaya dari fitnah syahwat karena muncul akibat kelemahan dalam memahami agama.
– Pintu masuk kepada yang haram.
Cara menangkal fitnah syubhat dan syahwat
– Menuntut ilmu syar’i dimana di dalamnya saling menasehati dalam kebenaran akan dapat melawan syubhat.
– Saling menasehati dalam kesabaran akan menghentikan syahwat.
– Menjaga diri dari perkara syubhat, ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.
Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga hati kita agar menjadi hati yang sehat. Hanya Allâh yang selalu memberi taufik.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم