بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Nasihat Singkat – Pertemuan Ikhwan Al-Khor Community
Ustadz Abu Abdillah Nefri bin ‘Ali bin Muhammad Sa’id Hafidzahullah
Alkhor, 26 Shafar 1445 / 1 September 2023



Sedikit motivasi untuk pemateri dan kita semua. Bahwasanya untuk belajar ilmu agama adalah sebuah kemestian, dan kita sudah tahu bahwa belajar ilmu agama adalah poros dasar dalam agama kita.

Setiap muslim tidak boleh jahil tentang agamanya yang merupakan hal -hal yang tidak boleh tidak kita tahu. Karena ilmu agama itu luas ya, luas sekali. Dan ada hal -hal yang urgent. Tidak boleh setiap muslim tidak tahu seperti tentang usul iman, kemudian tentang rukun Islam. Dan hal -hal yang membuat pembeda antara satu dengan yang lainnya. Maksudnya antara manhaj yang sahih, antara jalan yang sahih dengan orang -orang yang menyimpang. Itu yang penting untuk kita ketahui.

Ada pun yang furu’ luas sekali. Sangat luas dan tentunya butuh waktu untuk belajar sampai memahami dengan baik.

Ilmu agama merupakan sumber kebaikan. Dia akan mengatur segala urusan. Beda dengan ilmu dunia. Kalau ilmu dunia tidak mengatur ilmu agama. Tapi kalau ilmu agama mengatur ilmu dunia. Dan karenanya, wajib kita untuk mempelajari ilmu-ilmu agama.

Adapun untuk dalil dan hadits tentu kawan-kawan sudah tersimpan di kepala dan dada semuanya, tentang keutamaan belajar.

Namun cukuplah untuk mengingatkan hati saya dan kita semua tentang keutamaan ilmu ketika Allah berfirman di dalam Al -Quranul Kareem.

Sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaaha: 114)

Ayat ini khitabnya untuk Nabi Muhammad sallallahu alayhi wa sallam. Wahai Muhammad dan katakanlah Rabb -Bizidini ilman. Wahai Rabbku tambahkanlah untukku ilmu.

Para ulama tafsir mengatakan, bahwasanya Nabi sallallahu alayhi wa sallam tidak diperintahkan untuk meminta harta. Tidak ada Zidni Maalan yang Allah tambahkan bagiku harta. Walaupun harta kita butuhkan. Akan tetapi Nabi justru diperintahkan Allâh ﷻ untuk meminta ilmu. Dan ini sudah cukup dasar bagi kita tentang keutamaan Menuntut ilmu agama.

Kemudian dalam ayat lain:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. (Az-Zumar ayat 9).

Oleh karena kunci atau prinsip hidup yang kita pegang adalah terus belajar dengan segala kemudahan atau segala akses yang memudahkan kita untuk meraihnya.

Baik itu hadir dan belajar -belajar offline yang sudah disediakan oleh kawan -kawan kita di sini ataupun pelajaran online dan walaupun itu tidak menutup kemungkinan kita untuk meraih ilmu sesuatu tergantung kepada keikhlasan dan keseriusan kita.

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah, mengatakan:

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا ُ

“Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu.”

Berproses. Jadi kalau kita lihat bagaimana usaha Ustadz dengan keilmuwan mereka, jangan lihat hasil sekarang, tapi lihat proses jungkir balik barangkali yang sudah beliau tempuh.

Jadi yang dinilai adalah proses dan saya sering mengingatkan diri saya dan kawan -kawan juga mumpung kita ada di negeri Qatar tempat merantau yang saya lihat yang sejauh yang kita ketahui wilayah merantau yang baik, negeri ini aman kita tidak ada intimidasi bebas dari tekanan dan kita untuk belajar ilmu agama masih tergolong terbuka, ini peluang bagi saya dan kita semua.

Kondisi aman seperti ini tidak seperti di sebagian negara lain yang carut marut, intimidasi, tekanan segala macemnya peluang bagi kita belajar, peluang bagi kita untuk belajar ilmu agama jangan sampai kita belajar berangkat ke negeri orang merantau prinsipnya hanya harta dan urusan dunia.

Tapi selipkan niat dan usaha untuk belajar ilmu agama. Karena merantau bukan hanya untuk mencari harta.

Ada satu faedah bagaimana para ulama memotivasi agar berupaya membuka dan terus menghidupkan sunnah menuntut ilmu. Terus semangat dalam menghidupkan majelis ilmu.

Masing-masing kita memiliki andil yang dapat memotivasi agar terus bersemangat untuk bertahan walaupun hanya sedikit yang hadir.

Ada suatu atsar dari Imam Adzahabi dalam Syiar A’lami Nubala, ketika beliau menyebut biografi seorang ulama, yaitu Imam Atho bin Abi Rabah Rahimahullah, beliau menukil perkataan Imam Auza’i Rahimahullah: Telah wafat imam Atho bin Abi Rabah Rahimahullah, padahal disaat beliau meninggal dan sebelumnya dia termasuk ulama yang paling dicintai oleh penuntut ilmu. Padahal pada saat beliau hidup yang hadir hanya sedikit, sekitar 8 atau 9an penuntut ilmu.

Majelis ilmu tidak harus ramai. Tetapi faedah-faedah yang terus berkelanjutan.

Imam Abu Ya’la Al-Khalili dalam kitab Al-Irsyad fi ma’rifati Ashabil Hadith, beliau menukil perkataan Abu Bakar bin Ayash Rahimahullah: Aku pernah bertanya kepada imam A’mash, wahai imam berapa orang dulu yang belajar kepada Imam An-Nakhai, beliau menjawab sekitar 5 atau 6 orang saja.

Maka bersyukurlah majelis ilmu yang terus berlanjut meskipun hanya sedikit yang mengikuti.

Semoga terus bersemangat seperti perkataan an-Nadhim: Hendaklah membaca kisah-kisah orang terdahulu karena hal itu bisa mencairkan hati yang butuh dicairkan.