بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Online 15 – Daurah Ramadhan 1445H
Doha, 15 Ramadhan 1445 / 25 Maret 2024
Bersama Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱


Lihat di facebook Assunnah Qatar


Kaitan antara Ibadah Puasa dan Aqidah – 1

Alhamdulillah atas nikmat yang Allâh ﷻ karuniakan kepada kita, semoga di akhir Ramadhan ini kita masih terus mampu istiqamah dalam beribadah.

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi ﷺ, para sahabat dan yang mengikutinya hingga akhir zaman.

Berbicara masalah aqidah adalah sesuatu yang sangat penting. Apabila disebut bahasan aqidah maka mencakup keseluruhan amalan hati.

Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan. Yaitu keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Ibadah kepada Allah ﷻ inilah inti aqidah. Dan ilmu aqidah merupakan ilmu yang paling utama.

Ilmu tentang aqidah merupakan ilmu yang sangat mulia, karena ilmu aqidah membahas tentang dzat Allâh Azza wa Jalla, sifat-sifat-Nya, hak-Nya untuk diibadahi, dan yang berkaitan dengannya. Al-Bazdawi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kemuliaan dan keagungan suatu ilmu tergantung pada apa yang diilmui, dan tidak ada yang lebih besar daripada dzat Allâh Azza wa Jalla dan sifat-sifatNya yang dibahas oleh ilmu (aqidah) ini”. (Kasyful Asrâr, 1/8).

Jika aqidah seseorang semakin kuat, maka semakin kuat dalam beribadah. Seseorang yang beraqidah kuat maka puasanya akan semakin berkualitas karena memiliki keyakinan hati yang kuat, hingga mampu mengisi dan memanfaatkan seluruh waktu yang ada.

Sumber dan Motivasi Puasa

Sumber dan motivasi ibadah puasa, setiap umat berbeda-beda. Ada yang hanya untuk ritual ilmu kanuragan, karena demi kesehatan, dan karena sumber tertentu lainnya.

Dan kaum muslimin bersumber dari syari’at Allah ﷻ dengan motivasi akan Ridha Allah ﷻ. Maka semakin kokoh sumber dan motivasinya maka puasa baginya adalah ibadah yang paling dicintainya.

Karena banyak sekali janji Allah ﷻ kepada orang-orang yang berpuasa, seperti dijauhkan dari neraka, diampuni dosa-dosanya, masuk surga dari pintu Rayyan dan lain sebagainya.

Setiap perintah yang berawalan Wahai orang-orang yang beriman… Mengisyaratkan Allah ﷻ mewajibkan suatu amalan sebagai konsekuensi iman seseorang dan penyempurna imannya. Maka, baginya tidak ada istilah riya maupun kemalasan.

Puasa dalam Mewujudkan Tauhid kepada Allah ﷻ

Yaitu keseluruhan tauhid yang tiga. Kita telah mengetahui tauhid terbagi menjadi 3: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid asma wa sifat.

Tauhid rububiyah terkait dengan perbuatan Allah subhanahu wata’ala: hanya Dia satu-satunya pencipta, pemelihara dan pemilik alam semesta ini. Hanya dia satu-satunya yang berkuasa melakukan apa saja di alam semesta ini pada segenap isinya.

Tauhid uluhiyah terkait dengan perbuatan hamba, bagaimana kita mengesakan Allah subhanahu wata’ala dalam ibadah, hanya Dia yang berhak untuk diibadahi, baik lahir maupun bayinya.

Kemudian tauhid asma wa sifat terkait dengan nama-nama Allah yang maha indah dan sifat-sifat Allah yang maha sempurna, tidak memiliki cacat dan kekurangan sedikit pun.

Puasa sebagai perwujudan Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah dalam puasa adalah menciptakan bulan. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 185:

فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ

Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Jika kalian melihatnya (hilal bulan Ramadan) maka berpuasalah. Dan jika kalian melihatnya (hilal bulan Syawal) maka berhari rayalah, akan tetapi jika ia (hilal) terhalang dari pandangan kalian maka kira-kirakanlah”, dalam riwayat lain “…maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam surat Al-A’raf ayat 54:

أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.

Yakni seluruh alam semesta merupakan penciptaan-Nya, dan perintah didalamnya adalah ditangan-Nya; yakni perintah-perintah penciptaan, dan hukum-hukum syariat. Maka dalam ayat ini ada Tauhid Rububiyah dan uluhiyah Allah ﷻ.

Tauhid Rububiyah dalam hal Allah ﷻ memberi makan dan minum.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ، فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu, dari Nabi ﷺ , beliau bersabda: Jika seseorang lupa lalu dia makan dan minum (ketika sedang berpuasa) maka hendaklah dia meneruskan puasanya karena sesungguhnya Allah yang telah memberinya makan dan minum.

Hadits ini menjelaskan bahwa Allah ﷻ yang melupakan orang yang berpuasa dan memberi makan dan minum.

Puasa sebagai perwujudan Tauhid Uluhiyah

Yaitu mengesakan Allah ﷻ dalam hal ibadah. Dan Puasa itu sendiri adalah ibadah. Maka dengan berpuasa kita menjalankan perintah Allah ﷻ dan Rasul-Nya dalam rangka konsekuensi dari tauhid uluhiyah.

Puasa sebagai perwujudan Tauhid Asma wa sifat

  • Al Aliy – Yang Maha Tinggi

Allah –Subhanahu wa Ta’ala– berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan yang di dalamnya –mulai- diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (QS Al-Baqarah: 185)

Dalam ayat ini disebut kata ‘turun’, maknanya bahwa Allah ﷻ bersifat ‘Ulu (Tinggi) maka Allah ﷻ memiliki nama Al-Aliy’.

Ketinggian Allah ﷻ mencakup sifatnya dan Dzatnya. Tidak dikalahkan oleh sifat-sifat makhluk-Nya.

  • Al-‘Afwu – Maha Pemaaf

Diriwayatkan, Aisyah Radhiyallahu’anha pernah bertanya pada Rasulullah ﷺ :

“Wahai Rasul, andaikan aku bertemu Lailatul Qadar, doa apa yang bagus dibaca?” beliau menjawab: “Ucapkanlah; allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu anni.”

Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemaaf. Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku.”

Al-Ghofuur – Maha Pengampun

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

  • Al-Qariib – Maha Dekat

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 186:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Dalam bulan puasa terhampar sebab-sebab yang dapat mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, yaitu :

Kemuliaan bulan Ramadhan dan kemuliaan ibadah puasa.

Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Dekat disaat Berdo’a seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 186 di atas.

Tilawatul Qur’an. Dengan semakin banyaknya membaca kalamullah, maka tentu Akan semakin dekat dengan Allah ﷻ.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم