بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 51-6
🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Syarah: Prof. Dr. Khalid Utsman Ats-Tsabt 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Al-khor, 2 Sya’ban 1446 / 1 Februari 2025
51 – باب الرجاء
Bab 51-6: Berharap kepada Allah ﷻ
📖 Hadits ke-6: Lanjutan
417 – وعن عِتْبَانَ بن مالك – رضي الله عنه – وَهُوَ مِمَّن شَهِدَ بَدرًا، قَالَ: كنت أُصَلِّي لِقَوْمِي بَني سَالِم، وَكَانَ يَحُولُ بَيْنِي وبَيْنَهُمْ وَادٍ إِذَا جَاءتِ الأَمْطَار، فَيَشُقُّ عَلَيَّ اجْتِيَازُهُ قِبَلَ مَسْجِدِهم، فَجِئتُ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – فقلت لَهُ: إنّي أَنْكَرْتُ بَصَرِي وَإنَّ الوَادِي الَّذِي بَيْنِي وبَيْنَ قَومِي يَسيلُ إِذَا جَاءتِ الأمْطَارُ فَيَشُقُّ عَلَيَّ اجْتِيَازُهُ فَوَدِدْتُ أنَّكَ تَأتِي فَتُصَلِّي في بَيْتِي مَكَانًا أتَّخِذُهُ مُصَلّى، فَقَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «سَأفْعَلُ» فَغَدَا رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – وَأَبُو بكر – رضي الله عنه – بَعْدَ مَا اشْتَدَّ النَّهَارُ، وَاسْتَأذَنَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – فَأذِنْتُ لَهُ، فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّى قَالَ: «أيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ بَيْتِكَ؟» فَأشَرْتُ لَهُ إِلَى المَكَانِ الَّذِي أُحبُّ أَنْ يُصَلِّيَ فِيهِ، فَقَامَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – فَكَبَّرَ وَصَفَفْنَا وَرَاءَهُ فَصَلَّى رَكعَتَينِ ثُمَّ سَلَّمَ وَسَلَّمْنَا حِينَ سَلَّمَ فَحَبَسْتُهُ عَلَى خَزيرَةٍ تُصْنَعُ لَهُ، فَسَمِعَ أهلُ الدَّارِ أنَّ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – في بَيْتِي فَثَابَ رِجالٌ مِنْهُمْ حَتَّى كَثُرَ الرِّجَالُ في البَيْتِ، فَقَالَ رَجُلٌ: مَا فَعَلَ مَالِكٌ لا أرَاهُ! فَقَالَ رَجُلٌ: ذلِكَ مُنَافِقٌ لا يُحِبُّ الله ورسولَهُ، فَقَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «لا تَقُلْ ذلِكَ، ألاَ تَرَاهُ قَالَ: لا إلهَ إلاَّ الله يَبْتَغي بذَلِكَ وَجهَ الله تَعَالَى» فَقَالَ: اللهُ ورسُولُهُ أعْلَمُ أمَّا نَحْنُ فَوَاللهِ مَا نَرَى وُدَّهُ وَلاَ حَدِيثَهُ إلاَّ إِلَى المُنَافِقينَ! فَقَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «فإنَّ الله قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لا إلهَ إلاَّ الله يَبْتَغِي بذَلِكَ وَجْهَ الله». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وَ «عِتْبَان»: بكسر العين المهملة وإسكان التاءِ المثناةِ فَوق وبعدها باءٌ موحدة. وَ «الخَزِيرَةُ» بالخاءِ المعجمةِ والزاي: هِيَ دَقيقٌ يُطْبَخُ بِشَحم. وقوله: «ثَابَ رِجَالٌ» بِالثاءِ المثلثةِ: أيْ جَاؤُوا وَاجْتَمَعُوا.
Dari ‘Itban bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perang Badar, katanya: “Saya shalat sebagai imam untuk kaumku yaitu Bani Salim. Antara tempatku dengan tempat mereka itu dihalang-halangi oleh sebuah lembah yang jikalau banyak turun hujan, maka sukar saya melaluinya untuk menuju ke masjid mereka itu.
Oleh sebab itu saya datang kepada Rasulullah ﷺ, lalu saya berkata kepadanya: “Sesungguhnya saya ini sudah kurang terang penglihatanku dan sesungguhnya lembah yang ada diantara tempatku dengan tempat kaumku itu mengalir airnya jikalau banyak hujan datang, maka sukarlah bagiku untuk melaluinya. Jadi saya ingin sekali jikalau Tuan mendatangi tempatku lalu bershalat di suatu tempat di rumahku, yang seterusnya akan saya gunakan sebagai tempat bershalat.”
Rasulullah ﷺ bersabda: “Akan saya lakukan permintaanmu itu.” Maka besoknya datanglah Rasulullah ﷺ di tempatku bersama Abu Bakar Radhiyallahu’anhu sesudah tinggi hari -yakni tengah siang-. Rasulullah ﷺ meminta izin masuk lalu saya izinkan, tetapi beliau tidak suka duduk sehingga akhirnya berkata: “Di manakah tempat yang engkau inginkan supaya saya bershalat dirumahmu ini?” Saya menunjukkan pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bershalat di situ. Rasulullah ﷺ lalu berdiri, kemudian bertakbir dan kita berbaris di belakangnya. Beliau Nabi ﷺ bershalat dua rakaat kemudian bersalam dan kitapun bersalam pula ketika beliau bersalam.
Seterusnya beliau Nabi ﷺ saya tahan untuk makan hidangan berupa khazirah yang sengaja dibuat untuk menghormatinya. Penduduk desa itu sama mendengar bahwasanya Rasulullah ada di rumahku, lalu banyaklah orang-orang yang berkumpul dari para penduduknya itu sehingga banyaklah kaum lelaki di rumahku itu. Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Apakah yang dikerjakan Malik itu, saya tidak mengetahuinya.” Lelaki lain berkata: “Ia memang seorang munafik yang tidak cinta kepada Allah dan RasulNya.”
Rasulullah ﷺ lalu bersabda: “Janganlah berkata sedemikian itu. Tidakkah engkau ketahui bahwa ia mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan itu semata-mata mencari keridhaan Allah Ta’ala?” Orang itu berkata: “Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui. Adapun kita, maka demi Allah, tidak pernah kita mengetahui akan kecintaannya dan tidak pula pembicaraannya melainkan condong kepada kaum munafik saja.” Rasulullah ﷺ lalu bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan untuk masuk neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengannya itu ia mencari semata-mata keridhaan Allah.” (Muttafaq ‘alaih)
‘Itban dengan kasrahnya ‘ain muhmalah dan sukunnya ta’ mutsannat, yakni bertitik dua di atas dan sesudahnya itu ada ba’ muwahhadah. Khazirah dengan kha’ mu’jamah dan zai ialah tepung yang dimasak dengan lemak. Adapun tsaba rijalun dengan tsa’ mutsallatsah artinya ialah datang dan berkumpul semua orang-orang lelaki itu.
📃 Penjelasan:
Dalam hadits ini disebut ‘Itban bin Malik Radhiyallahu’anhu yang ikut perang Badar, menunjukkan keutamaan para pelaku perang badar. Dimana pada hari itu Allah Azza wa Jalla memuliakan Islam dan kaum Muslimin serta menghancurkan kesyirikan serta pendukungnya, padahal jumlah kaum Muslimin yang ikut serta ketika itu sedikit.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan: “Mereka termasuk kaum Muslimin yang terbaik.” Jibril Alaihissallam mengatakan : “Begitu juga para malaikat yang ikut dalam Perang Badar.” (HR Bukhari no. 3992)
Dijelaskan bahwa beliau ‘Itban bin Malik Radhiyallahu’anhu buta atau dalam hadits ini kurang jelas penglihatannya.
Beliau ikut sholat di tempat Rasulullah ﷺ pernah shalat bukan untuk mencari keberkahan seperti yang terjadi zaman sekarang yang tidak sepatutnya dilakukan. Tetapi karena Rasulullah ﷺ shalat di rumah ‘Itban di tempat yang biasa beliau shalat.
Seperti halnya Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu memerintahkan agar pohon di mana dilakukan bai’atur ridwan agar di tebang. Padahal bisa jadi orang beralasan itu adalah situs sejarah Islam yang perlu dilestarikan. Akan tetapi untuk mencegah terjadinya kesyirikan dan anggapan keramat suatu tempat maka beliau memerintahkan agar pohon tersebut ditebang.
InshaAllah diucapkan jika menjazamkan perbuatan yang akan dilakukan. Tetapi jika hanya untuk memberitahukan tanpa melakukan suatu perbuatan maka tidak perlu menggunakan kata InshaAllah.
Seperti saat menjawab apakah kamu akan pergi safar ke Mekah?, bisa dijawab tanpa InshaAllah karena tidak tahu kejelasan kapan perbuatan itu dilakukan. Tetapi jika sudah tahu akan berangkat tanggal sekian, maka menggunakan kata InshaAllah.
Shalat sunnah mutlak bisa dilakukan kapan saja baik siang atau malam. Tetapi tidak boleh menetapkan atau membiasakan di waktu tertentu, karena ibadah memerlukan dalil.
Hadits ini juga mengajarkan kita agar jangan pernah cepat menghukumi orang lain dan berburuk sangka kepadanya, hendaknya berburuk sangka kepada orang lain. Dimana Itban dituduh sebagai orang munafik padahal beliau adalah salah satu sahabat Ahli Badr, dimana sahabat yang ikut perang badar terbebas dari sifat munafik.
Keutamaan para sahabat diurutkan sebagai berikut:
1. Khulafaurasyidin
2. 10 sahabat yang dijamin masuk surga
3. Ahli Badr
4.Yang ikut dalam Baiatur Ridwan.
Poin penting yang harus diperhatikan:
1. Carikan udzur kepadanya, sebagaimana orang itu mencari udzur untuk saudaranya.
2. Jangan meletakkan dirinya pada tempat yang orang akan menuduhnya. Karena bisa jadi orang itu baik hatinya, lebih baik akhlaknya dan kamu tidak mengetahuinya.
Banyak kasus yang karena terburu-buru menuduh, hingga ujungnya penyesalan karena salah sangka.
Seperti kasus akun facebook yang mengirimkan pos tidak pantas atau pesan dari seorang yang mengirimkan pesan padahal bisa jadi handphone dipakai anaknya yang tidak paham, asal klik hingga terkirim.
Hendaknya pelan-pelan, jangan mentahdzir seseorang tanpa mengecek kebenarannya. Ada seseorang yang kena sihir, hingga tanpa sadar mengirimkan nama-nama setan dan balatentaranya.
🏷️ Fiqhul Hadits:
1. Bagaimana semangatnya orang-orang yang beriman menghadiri shalat Jama’ah dan menjaganya.
2. Keringanan dari tidak melakukan shalat Jama’ah karena ada udzur yang menghalangi orang melakukannya.
3. Bertanya kepada para ulama, dan meminta udzur kepada mereka pada hukum yang ia tidak mampu melakukannya karena ada kesulitan.
4. Bolehnya seseorang membuat mushola khusus di rumahnya. Dan disitulah tempat yang paling utama di rumahnya.
5. Bolehnya imam orang buta.
6. Bolehnya seseorang memberitahukan kekurangan dirinya kepada orang lain dan itu bukan mengadu-adu.
7. Sepatutnya bagi seorang muslim untuk memenuhi undangan dan panggilan saudaranya.
8. Bolehnya ikut dalam sholat sunnah.
9. Bolehnya masuk kepada orang, untuk mengetahui orang yang memiliki keutamaan dan diizinkan mereka.
10. Persaksian seseorang bagi yang mengucapkan dua kalimat syahadat.
11. Tidak boleh berprasangka buruk bagi seorang yang beriman pada perkara yang syubhat.
12. Wajibnya membela orang yang beriman dan menolong mereka dan menghancurkan prasangka orang yang menuduhnya.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم