بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Harian Ramadhan 1446 H
Hari/Tanggal: Jum’at, 29 Sya’ban 1446 / 28 Februari 2025
Penceramah: Ustadz Isnan Efendi Abu Abdus Syahid Hafidzahullah

Jangan seperti Mereka



Mengawali kajian Ustadz mengingatkan kembali untuk bersemangat mempersiapkan Ramadhan yang sebentar lagi tiba.

Mereka yang ditulis dalam judul adalah golongan yang tidak mendapatkan ampunan di bulan Ramadhan. Perlu kiranya, kita yang sudah masuk bulan Ramadhan beberapa kali, untuk bermuhasabah agar langkah kita masuk ke dalam bulan Ramadhan menjadi lebih baik lagi.

Siapakah mereka yang tidak mendapat ampunan?

Masuk Ramadhan tidak Berlandaskan Iman

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa puasa disyariatkan bagi hamba-Nya bagi orang yang beriman untuk meningkatkan dan menyempurnakan ketakwaan mereka.

Allah ﷻ menyebut orang-orang yang beriman agar kita fokus akan panggilan dalam ayat ini sekaligus panggilan dengan dasar iman. Seperti halnya sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka diampuni semua dosanya yang telah lewat.” [HR. Bukhari dan Muslim]. Demikian juga hadits lain tentang keutamaan qiyamul lail dan lailatul qadar semuanya berlandaskan iman dan ihtisab.

Dalam sebuah hadits, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ غُلِّقَتِ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ فِي كُلُّ لَيْلَةٍ حَتَّى يَنْقَضِيَ رَمَضَانُ.

Apabila awal malam dari bulan Ramadhan (telah tiba-red) ditutuplah pintu-pintu neraka dan tidak ada satupun pintu yang dibuka, dan dibuka pintu-pintu surga, tidak ada satupun darinya yang ditutup. Penyeru (dari malaikat) pun berseru, ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan! Sambutlah! Wahai orang-orang yang menginginkan keburukan! Tahanlah! Dan Allâh mempunyai orang-orang yang akan dibebaskan dari neraka, dan hal itu ada pada setiap malam sampai bulan Ramadhan berakhir”

HR. At-Tirmidzi no:682; Ibnu Majah no:1642; Ibnu Khuzaimah no:1883; Ibnu Hibban no:3435 dari hadits Abu Hurairah dan dishahihkan oleh Al-Albani.

Iman menurut Ahlus Sunnah adalah perkataaan dalam lisan, keyakinan dalam hati dan amalan dengan anggota badan.

Imam Ahmad berkata,

الإيمان قول وعمل يزيد وينقص

Iman adalah perkataan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang.” (Diriwayatkan oleh anaknya ‘Abdullah dalam kitab As Sunnah, 1: 207)

Berpuasa hanya sekedar menggugurkan kewajiban

Di bulan Ramadhan ini setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Namun ada di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya. Inilah yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang benar,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).

Berkata Dusta (az zuur). Inilah perkataan yang membuat puasa seorang muslim bisa sia-sia, hanya merasakan lapar dan dahaga saja.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).

Hanya semangat di Awal Ramadhan

Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang keutamaan ibadah di bulan ramadhan

Seorang muslim yang taat tentunya telah mengetahui tentang keutamaan pada setiap ibadah yang dilakukannya. Tanpa mengetahui keutamaan suatu ibadah kan berpengaruh pada kualitas ibadah yang dia kerjakan.

Malas Beribadah

Ini tentu lebih bahaya lagi, karena tidak ada lagi semangat untuk mengejar kebaikan.

Hal ini juga disebabkan kurangnya pemahaman tentang keutamaan ibadah di bulan Ramadhan, hingga lebih banyak tidur, bermain medsos dan aktivitas mubah lainnya.

Padahal begitu banyak ampunan di bulan Ramadhan, sehingga apabila ada yang tidak diampuni di bulan Ramadhan maka benar-benar “keterlaluan” jeleknya. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa orang yang tidak diampuni di bulan Ramadhan akan mendapatkan celaka dan kerugian yang besar.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” [HR. Ahmad, shahih]

Maka perlu muhasabah, agar kesalahan Ramadhan tahun lalu tidak terulang kembali. Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ.

Orang mukmin tidak akan terperosok dua kali pada satu lobang yang sama.” (Hadits Shahih Bukhari No. 2023).

Muslim yang cerdas tak mungkin berbuat dosa yang sama dua kali. Ketika ia sudah berbuat kesalahan, ia terus hati-hati.

Semua manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dengan sejati dan mengerjakan kebajikan sesuai ketentuan syariat dengan penuh keikhlasan, serta saling menasihati satu sama lain dengan baik dan bijaksana untuk memegang teguh kebenaran sebagaimana diajarkan oleh agama dan saling menasihati untuk kesabaran dalam melaksanakan kewajiban agama, menjauhi larangan, menghadapi musibah, dan menjalani kehidupan.

Ingatlah bahwa tanda diterimanya amal kebaikan adalah melakukan amalan sholeh setelahnya secara berkesinambungan.

Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk merubah diri, selama hayat masih dikandung badan maka kesempatan taubat masih terbuka.

Jadikanlah Ramadhan ini menjadi sarana untuk diampuni dengan niat yang lurus atas dasar iman dan ihtisab.

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita, dan kaum muslimin untuk beribadah dan mengakhiri Ramadhan dengan baik.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم