بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Online Shafar – Teams Awqaf
Wakra, 28 Shafar 1446 / 1 September 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱



Jangan Engkau Bersedih, Allah bersama Kita

Diriwayatkan dari Abu Saed Al-Khudri 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 dalam Jami’ ashaghir – Imam Suyuti no. 2864 (Shahih) Rasulullah ﷺ memberi wasiat untuk berdo’a:

اللهم إني أعوذُ بكَ منَ الهمِّ والحزَنِ، وأعوذُ بكَ منَ العجزِ والكسلِ، وأعوذُ بكَ منَ الجُبنِ والبخلِ ؛ وأعوذُ بكَ مِن غلبةِ الدَّينِ وقهرِ الرجالِ

Allahumma Inni A’uudzu Bika Minal hammi wal hazan wa A’uudzu Bika minal ajzi wal kasalai wa A’uudzu bika minal jubni wal bukhli wa A’uudzu bika min ghalabati daini wa qahri rijaali

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kedukaan dan kesedihan. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan bakhil. Dan aku berlindung kepada Engkau dari bebanan hutang dan penindasan manusia”.

Dalam riwayat Anas Ibnu Malik 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾, shahih Bukhari no. 2893.

اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بكَ مِنَ الهَمِّ والحَزَنِ، والعَجْزِ والكَسَلِ، والبُخْلِ والجُبْنِ، وضَلَعِ الدَّيْنِ، وغَلَبَةِ الرِّجَالِ.

Allahumma Inni A’uudzu Bika Minal hammi wal hazan wal ‘Ajzi Wal Kasali Wal Bukhli Wal Jubni Wa Dhala’i ad-Daini Wa Ghalabatir Rijaal.

Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari (sifat) gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang dan dari kekuasaan orang lain.

📖
https://dorar.net/hadith/sharh/140968

Anas bin Malik merupakan salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang banyak meriwayatkan hadits dari beliau. Sewaktu kecil, ibunya yang bernama Ummu Sulaim datang kepada Nabi Muhammad ﷺ, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin mewakafkan anakku ini untuk kepentingan Islam dan untuk membantu segala keperluanmu. Silakan perintahkan apa saja kepada anakku ini.”

Hadits di atas mengandung beberapa faedah:

  • Berlindung dari Kegelisahan dan Kesedihan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari (sifat) gelisah dan sedih.”

Al-Hamm (kegelisahan) dan al-Hazan (kesedihan), keduanya sama-sama membuat jiwa menjadi tidak tenang dan tidak nyaman. Tidak seorangpun menginginkan jiwa yang gelisah dan sedih.

Adapun perbedaan antara keduanya:

  • al-Hamm adalah kegelisahan terhadap hal-hal yang mungkin akan terjadi di masa mendatang.
  • Hazan adalah kesedihan terhadap sesuatu yang telah terjadi atau kehilangan sesuatu yang dicintai.

Dua sifat yang dimiliki oleh para wali Allah, yaitu mereka tidak merasa khawatir dengan sesuatu yang belum terjadi di masa mendatang dan mereka tidak sedih dengan sesuatu yang sudah terjadi di masa lalu.

Orang yang sering gelisah dan sedih menunjukkan lemah imannya kepada Allah. Hal itu, karena segala sesuatu yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi, tidaklah lepas dari taqdir Allah.

Orang beriman akan selalu percaya dengan taqdir Allah, yang baik maupun yang buruk. Dia tidak akan berbangga diri dengan apa yang didapat dan tidak akan putus asa dengan yang luput darinya.

Penghuni Neraka akan Merasa Sedih, jika dikembalikan ke dunia maka akan berlari dari orang yang telah menjerumuskannya…

Mereka mengatakan:

رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin.” (QS As-Sajadah ayat 12).

Sebab Kesedihan: Karena Dosa dan Maksiat

Kemaksiatan dan kelalaian, dua hal yang melahirkan berbagai jenis penderitaan di dalam diri manusia.

Dan kesedihan datangnya dari setan. Dan sebagaimana noda di atas baju jika dibiarkan akan membandel. Begitu pula halnya saat noda dalam hati tidak segera dibersihkan. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menjelaskan,

“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 14). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).

  • Berlindung dari Sifat Lemah dan Kemalasan

وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ

“(Dari sifat) lemah dan malas.”

Al-‘Ajz (lemah) dan al-Kasal (malas) keduanya menjadi penyebab rasa tidak nyaman dalam jiwa, karena lemah dan malas akan menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang dicintainya dan membahagiakan dirinya.

Al-‘Ajzu (lemah) adalah tidak adanya kemampuan diri untuk mengerjakan sesuatu walau sebenarnya dia punya kemauan. Seperti halnya seseorang yang ingin menyantuni anak yatim tetapi tidak mempunyai uang atau ingin merubah kemungkaran tetapi tidak mempunyai kekuatan.

Sedangkan al-Kasal (malas) adalah tidak adanya kemauan untuk melakukan pekerjaan, walaupun sebenarnya dia mampu. Seperti halnya seseorang yang sehat dan mempunyai waktu longgar, tetapi tidak ada kemauan untuk pergi ke masjid, atau seseorang yang kaya raya, tetapi tidak ada keinginan untuk melaksanakan ibadah haji atau berinfaq di jalan Allah.

  • Berlindung dari Sifat Pengecut dan Kikir

Al-Jubnu (pengecut) dan al-bukhlu (kikir) keduanya menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran yang ada di dalam dirinya tentang nasib jiwa dan hartanya di masa mendatang, maka dia menjadi pengecut dan kikir. Pengecut (penakut) menurut KBBI adalah merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan membawa bencana, atau tidak berani dalam menderita.

Sifat pengecut ini lebih kepada kekhawatiran terhadap keselamatan badan dan jiwanya. Sedangkan kikir adalah sifat khusus untuk orang yang takut kehilangan harta walaupun dibelanjakan di jalan Allah.

  • Berlindung dari Lilitan Hutang dan Penguasaan Orang

Ghalabat ad-Dain (lilitan hutang) dan Qahru ar-Rijal (penguasaan orang), dua hal yang sering beiringan dan melekat satu dengan yang lainnya. Hal itu, karena seseorang yang punya hutang yang melilit dan tidak sanggup melunasinya, dia akan dibawah kontrol dan kekuasaan orang yang menghutanginya.

Semoga kita dapat menghafal dan mempraktekkan do’a yang mulia ini.