بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Daurah Qatar Ke-24
Bersama: Ustadz Ammi Nur Baits ST. BA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Ikhtiar Orang Tua Menjadikan Anak Sholeh
Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka… (QS. Surat At-Tahrim:6)
Yang dimaksud menjaga diri adalah menjaga diri kita dan keturunan kita, dan menjaga keluarga kita maksudnya isteri kita. Maka kita disuruh menjaga diri kita, anak keturunan kita dan isteri kita dari api neraka.
1. Mengajarkan Adab-Adab dan Ilmu
Untuk mewujudkan itu, Sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ajarkanlah agama kepada keluarga kalian, dan ajarkan pula adab-adab Islam.”
Karena tatkala mereka memiliki adab dan ilmu yang benar maka mereka akan bisa menghindarkan dirinya dari apa yang dilarang Allâh ﷻ.
2. Memastikan Harta halal untuk Nafkah Keluarga.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كل لحم نبت من سحت فالنار أولى به
“Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.” (HR. Thabrani).
Dulu para wanita, melepas kepergian suaminya yang hendak berangkat mencari nafkah dengan nasehat yang indah. Kalimat menyejukkan yang memberikan semangat luar biasa bagi sang suami untuk mencari nafkah dengan cara yang tidak melanggar syariat. Ketika sang suami hendak berangkat, mereka berpesan,
Wahai fulan (suamiku), berilah makanan yang halal bagi kami. Kami sanggup untuk menahan diri dengan bersabar dalam kondisi lapar. Namun kami tidak sanggup untuk bersabar dari neraka dan murka al-Jabbar (Dzat Yang Maha Mutlak Ketetapan-Nya).
Sikap semacam inilah yang selayaknya Anda tiru… mereka wanita-wanita sholihah, calon-calon bidadari surga. Menghiasai kecantikan dirinya denagn kecantikan akhlaknya.
“Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun membeli dari pedagang lain.”
Dua tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah.
Lalu aku tanya kepadanya: ”Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”
Ia menjawab : “Iya benar”
Aku bertanya lagi: ”Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”
Ia pun bercerita: ”Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit.”
Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata:
’Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain)’.
”Masya Allah… Milikilah sifat Qana’ah (suka menerima, jiwa selalu merasa cukup). Biasanya Wanita (Istri) sering terjebak pada keinginannya tuk terlihat Cantik dengan Pakaian yang Serba Mahal. Janganlah menjadi jurang dosa bagi Suamimu.
Wanita shalihah akan mendorong Suaminya kepada kebaikan, keta’atan. Sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa, kemaksiatan. Cukupkan diri dengan yang halal dan baik. Ukuran Rizki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.
Terkait dengan amalan harta, ada saran yang diberikan ulama: nilai wasiat maksimal sepertiga. Nilai maksimal ini dianjurkan terutama ada yang tercampur dengan harta haram. Tapi jika yakin ulama menyarankan kurang dari sepertiga, Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma menyarankan seperlima.
3. Berusaha menjadikan sifat-sifat Ibadurrahman pada diri kita.
Do’a para ibadurrahman diabadikan Allâh ﷻ dalam surah Al-Furqan ayat 74.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Wahai Tuhan kami, jadikanlah istri-istri dan anak-anak kami orang-orang yang shalih. Jadikanlah anak keturunan kami suri teladan bagi orang-orang yang shalih.”
Ibadurrahman adalah hamba Allâh ﷻ yang ideal, seperti halnya salah satu anak kita yang sering disebut. Atau yang Rasulullah ﷺ sebut duluan tatkala terjadi sesuatu. Seperti kisah berikut…
Suatu saat, terjadilah perselisihan antara sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang bernama Khalid Bin Walid dengan Abdurrahman Bin `Auf. Dalam perselisihan itu, membuat Khalid Bin Walid melayangkan cercaan kepada Abdurrahman Bin `Auf, maka datanglah Rasulullah ﷺ, dengan melerai keduanya dan melarang Khalid agar tidak menghina Abdurrahman Bin `Auf.
Dari peristiwa inilah, akhirnya Rasulullah ﷺ mengeluarkan sabda:
لا تسبوا أصحابي لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحدهم ولا نصيفه . رواه مسلم.
“Janganlah kamu mencela sahabat-sahabatku !, janganlah kamu mencela sahabat-sahabat ku !,Demi Allah yang jiwaku didalam kekuasaannya, jikalau kamu infaqkan emas sebesar gunung Uhud, maka pahala sedekah kamu tidak akan setara sedikitpun dalam ukuran satu mud atau setengan mud “dari pahala sedekah mereka” (H.R. Muslim).
Keduanya sahabat Rasul tetapi Rasulullah ﷺ menyebut Abdurrahman bin auf sebagai sahabat karena lebih dekat. Sama halnya Ibadurrahman di sisi Allâh ﷻ…
Sifat Ibadurrahman adalah sifat hamba Allâh ﷻ yang ideal.
Ustadz mengkiyaskan kisah nabi Yusuf yang dibuang saudaranya karena iri dengan perlakuan Ayahnya. Mereka rapat sebelum membuang dan berujar, nanti setelah dibuang kita akan menjadi orang yang shaleh.
Sama halnya orang-orang yang mencari harta haram, kemudian beribadah haji untuk menebus dosa-dosanya dengan harapan akan diampuni dosa-dosanya. Padahal Allâh ﷻ Maha bersih dan menerima hanya yang bersih.
Syaikhul Islam mengatakan, “Makanan akan bercampur dengan tubuh dan tumbuh menjadi jaringan dan sel penyusunnya. Jika makanan itu jelek maka badan menjadi jelek, sehingga layak untuknya neraka.
Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, ‘Setiap jasad yang tumbuh dari harta haram, maka neraka layak untuknya.‘ Sementara surga adalah kebaikan, yang tidak akan dimasuki kecuali tubuh yang baik.” (Ma’mu’ al-Fatawa, 21:541).
Tatakala Yusuf kecil ditelantarkan dan diperlakukan semen-mena, dijual dengan harga murah, menjadi pembantu, dikasuskan oleh wanita, hingga dipenjara padahal dia calon nabi yang bapaknya Yakub alaihissalam dan cicit dari Nabi Ibrahim alaihissalam (semuanya keturunan Nabi), membuktikan bahwa dunia dihadapan Allâh ﷻ tidak ada harganya.
Pada akhir ayat Ibadurrahman ada kalimat وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, apakah ini berlebihan dalam berdo’a?
Batasan mengenai do’a yang berlebihan:
1. Do’a yang melampaui batas. (sesuatu yang tidak mungkin).
2. Dari sisi tatacara.
Mujahid menafsirkan: jadikanlah kami ya Allâh ﷻ meniru orang yang bertaqwa (menjadi makmum). Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan tafsir ini dianggap bermasalah bagi orang yang tidak tahu dalamnya ilmu salaf. Menurut Mujahid tafsirnya jadikanlah orang yang bertakwa imam bagi kami, na’udzubillah jika ini dianggap terbalik. Karena: seorang hamba tidak mungkin menjadi imam orang yang bertakwa sampai dia mengikuti orang yang bertakwa sebelumnya. Maka Mujahid menafsirkan dari sisi sebab akibat.
Maka, takwa itu turun temurun. Biasanya menurun dari kakeknya, buyutnya dan seterusnya.
Sikap semacam inilah yang selayaknya Anda tiru… mereka wanita-wanita sholihah, calon-calon bidadari surga. Menghiasai kecantikan dirinya denagn kecantikan akhlaknya. Betapa bahagianya sebuah keluaga dengan kehadiran mereka di tengah-tengah mereka. Tidakkah Anda ingin menjadi seperti dari mereka…?
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم