بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Sabtu – Barwa Village
Barwa Village, 22 Rajab 1445 / 3 Februari 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱


https://www.assunnah-qatar.com/wp-content/uploads/2024/02/Larangan-bunuh-diri-Ustadz-Syukron.mp3?_=1

Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Muhammad Fu’ad Abdul Baqi
(Kumpulan hadits yang disepakati Bukhari Muslim)

BAB: HARAM BUNUH DIRI DAN DIA AKAN DISIKSA DENGAN ALAT YANG DIPAKAINYA UNTUK BUNUH DIRI SERTA TIDAK AKAN MASUK SURGA KECUALI JIWA YANG BERSERAH DIRI

Hadits ke-69:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

69. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: “Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang terjun dari gunung untuk bunuh diri, maka ia kelak di neraka jahannam akan tetap terjun untuk selama-lamanya. Dan siapa yang makan racun untuk bunuh diri, maka racun itu akan tetap berada di tangan dan dijilatinya dalam neraka jahannam untuk selama-lamanya. Dan siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan senjata besi, maka besi itu akan tetap di tangannya untuk menikam perutnya dalam neraka jahannam untuk selamanya”. (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-76, Kitab Pengobatan dan bab ke-56, bab meminum racun dan obat, dan hal-hal yang ditakuti darinya)

Hakekatnya setiap manusia akan diuji, maka hendaklah setiap muslim menyadari bahwa setiap kesusahan dan kesulitan hidup pada hakikatnya adalah ujian, seperti halnya ujian terhadap para nabi dan orang-orang shalih.

Bahkan ujian terbesar adalah para nabi. Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ

“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”

Syaikhul Islam juga mengatakan,

واللهُ تَعَالَى قَدْ جَعَلَ أَكْمَلَ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَعْظَمُهُمْ بَلاَءً

“Allah akan memberikan cobaan terberat bagi setiap orang mukmin yang sempurna imannya.” [Qoidah fil Mahabah]

Bunuh diri adalah salah satu dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيرًا

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa: 29-30).

Maka orang yang bunuh diri akan mengalami dua kengerian :

1. Ia akan masuk neraka Jahannam yang merupakan neraka terburuk dan terngeri. Dalam Al Qur’an sering kali disebutkan tentang Jahannam:

لَبِئْسَ الْمِهَادُ

“seburuk-buruk tempat”

بِئْسَ الْمَصِيرُ

“seburuk-buruk tempat kembali”

2. Ia akan terus diadzab dengan cara yang sama dengan cara ia bunuh diri secara terus-menerus di neraka.

Hadits ke-70:

Diriwayatkan dari sahabat Tsabit bin Adh-Dhahak radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَلَفَ عَلَى مِلَّةٍ غَيْرِ الإِسْلاَمِ فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَلَيْسَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَذْرٌ فِيمَا لاَ يَمْلِكُ، وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَمَنْ لَعَنَ مُؤْمِنًا فَهُوَ كَقَتْلِهِ، وَمَنْ قَذَفَ مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ

Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam, maka dia seperti apa yang dia katakan. Anak Adam tidak boleh bernadzar dengan sesuatu yang tidak dia miliki. Barangsiapa bunuh diri dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa di akhirat dengan sesuatu yang dia gunakan untuk bunuh diri tersebut pada hari kiamat. Barangsiapa melaknat orang mukmin, maka dia seperti membunuhnya. Barangsiapa menuduh seorang muslim dengan kekafiran, maka ia seperti membunuhnya.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-78, Kitab Adab dan bab ke44, bab hal-hal yang dilarang dalam hal menghina dan menghujat)

Hadits ini menunjukkan larangan beberapa perbuatan:
Bersumpah dengan agama selain Islam.
Secara umum makruhnya bernazar dan larangan bernazar dengan sesuatu yang bukan miliknya.
Haramnya bunuh diri dan ini termasuk dosa besar. Dia akan disiksa di akhirat dengan sesuatu yang dia gunakan untuk bunuh diri tersebut pada hari kiamat.
Melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya.

Hendaknya kita berhati-hati dalam masalah laknat. Bahkan kepada orang kafir sekalipun. Orang kafir yang masih hidup tidak boleh ditujukan laknat kepadanya secara personal. Hukumnya haram melaknat orang kafir secara personal yang masih hidup. Karena boleh jadi Allah merahmati dia, sehingga dia mendapatkan hidayah untuk masuk Islam.

Jadilah insan muslim yang santun dan lembut tutur katanya. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi yang penuh dengan kasih sayang.

Mengkafirkan seorang muslim dilarang keras. Seorang muslim tidaklah dinilai (divonis) kafir hanya dengan sebab maksiat, seperti misalnya berzina, membunuh, demikian juga dengan menuduh saudara muslim dengan tuduhan kafir, tanpa meyakini batilnya agama Islam.

Perbuatan (suka) menuduh sesama muslim dengan tuduhan kafir adalah perkara maksiat yang berbahaya. Seharusnya kita menjauhkan diri kita dari perbuatan mengkafirkan sesama muslimin.

Hadits ke-71:

71. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: “Kami hadir bersama Nabi ﷺ : pada perang Khaibar, tiba-tiba Nabi ﷺ : bersabda terhadap seseorang yang mengaku muslim: “Orang itu calon penghuni neraka.” Kemudian ketika terjadi perang Khaibar, orang itu ikut berperang dengan semangat yang membara, hingga terluka parah, maka orang-orang berkata kepada Nabi: “Ya Rasulullah, orang yang engkau katakan calon penghuni neraka ini telah ikut berperang secara hebat sehingga ia mati.”

Maka Nabi ﷺ bersabda: “Ia sedang menuju ke neraka.” Orang-orang yang mendengar keterangan Nabi ﷺ itu hampir ragu menanggapinya, tiba-tiba ada berita bahwa orang itu belum mati tetapi terluka parah, dan pada malam harinya ia tidak sabar menderita karena lukanya hingga membunuh dirinya sendiri. Dan ketika berita ini disampaikan kepada Nabi ﷺ , maka Nabi ﷺ bersabda: “Allahu akbar, asyhadu anni abdullahi wa rasuluhu (Allah yang Maha Besar, aku bersaksi bahwa aku hamba Allah dan utusan-Nya).’

Kemudian Nabi ﷺ : menyuruh Bilal supaya berseru pada semua orang: Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang benar-benar berserah diri, dan sungguh Allah akan membantu agama ini dengan perjuangan seorang fajir (yang tidak lurus imannya).”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-56, Kitab Jihad dan bab ke-182, bab sesungguhnya Allah menguatkan agama ini dengan (tenaga) orang-orang yang jahat)

Hadits ke-72:

72. Sahl bin Sa’ad As-Sa’idy Radhiyallahu’anhu berkata: “Rasulullah ﷺ berhadapan dengan kaum musyrikin dalam perang, kemudian ketika Nabi ﷺ telah berkumpul dengan bala tentaranya, demikian pula kaum musyrikin telah kembali kepada bala tentaranya, sedang ada seorang dari sahabat Nabi ﷺ yang sangat hebat perjuangannya pada hari itu sehingga serangannya benar-benar membuat para sahabat lainnya merasa kagum, mengejar musuh ke sana ke mari, memenggal dengan pedangnya, sehingga sahabat berkata: ‘Hari ini tiada seorang yang sehebat Fulan,’ tiba-tiba Rasulullah ﷺ bersabda: “Ingatlah, dia calon penghuni neraka.”

Maka seorang sahabat berkata: “Aku akan menyelidiki keadaannya.’ Kemudian sahabat ini terus mengikutinya, baik ketika lari maupun berhenti, tiba-tiba orang itu terluka parah, lalu ia tidak tahan menanggung penderitaan karena luka itu dan meletakkan pedangnya di tanah dengan ujung runcingnya berada di dada antara kedua teteknya, lalu ditekannya hingga mati bunuh diri. Maka segera sahabat itu lari kepada Rasulullah dan berkata: “Aku bersaksi bahwa engkau Rasulullah.”

Ditanya oleh Nabi ﷺ “Mengapa begitu?” Dia menjawab: “Orang yang engkau sebut calon penghuni neraka itu. Karena kami ragu dan bingung mendengar berita itu, maka aku menyelidiki keadaannya, kemudian setelah ia luka parah, ia ingin segera mati, lalu dia meletakkan pedangnya di tanah dengan ujung runcingnya berada di antara kedua teteknya kemudian ditekan sehingga ia mati bunuh diri.”

Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya adakalanya orang beramal dengan amalan ahli surga pada lahirnya yang terlihat orang, padahal ia ahli neraka, dan adakalanya seorang mengerjakan amal ahli neraka dalam pandangan orang, padahal ia ahli surga.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-56, Kitab Jihad dan bab ke77, bab janganlah berkata seseorang mati syahid)

Dalam hadist di atas, tidak disebutkan nama sahabat yang mati bunuh diri, mengandung faedah:
1. Untuk pembelajaran bagi umat agar ketika jihad hendaknya karena Allâh ﷻ.
2. Masih mengharap rahmat Allâh ﷻ, dia bermaksiat sembunyi-sembunyi dan hal ini tidak boleh disebarkan.

Hadits ke-73:

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

كان فيمن كان قبلكم رجل به جرح فجزع فأخذ سكيناً فحز بها يده فما رقأ الدم حتى مات . قال الله تعالى : بادرني عبدي بنفسه حرمت عليه الجنة

“Dahulu ada seorang lelaki yang terluka, ia putus asa lalu mengambil sebilah pisau dan memotong tangannya. Darahnya terus mengalir hingga ia mati. Allah Ta’ala berfirman: ”Hambaku mendahuluiku dengan dirinya, maka aku haramkan baginya surga”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-60, Kitab Para Nabi dan bab ke-50, bab hal-hal yang disebutkan tentang Bani Israil)

BUNUH DIRI BUKAN SOLUSI

Ketika seseorang menghadapi suatu permasalahan, akal yang sehat tentu akan setuju bahwa bunuh diri bukanlah solusi dari permasalahan tersebut. Apapun permasalahannya, selama-lamanya bunuh diri bukanlah solusi. Bunuh diri hanyalah bentuk lari dari permasalahan, bahkan justru ia akan menambah permasalahan-permasalahan yang lain bagi orang yang ditinggalkannya.

Ketahuilah bahwa setiap masalah yang kita hadapi itu pasti ada solusinya. Karena Allah Ta’ala tidak akan membebani sesuatu kepada kita kecuali masih dalam batas kemampuan kita. Allah Ta’ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah: 286).

Kematian bukanlah akhir. Bahkan ia adalah awal kehidupan akhirat yang lebih kekal. Allah Ta’ala berfirman:

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS. Al A’la: 17).

Jika seseorang yang tidak memiliki bekal yang cukup untuk akhiratnya lalu ia mengakhiri hidupnya di dunia dengan dosa besar, yaitu bunuh diri, maka ia meninggalkan masalah yang jauh lebih kecil di dunia (jika dibandingkan dengan masalah di akhirat), lalu menghadapi masalah yang lebih besar dan lebih berat di akhirat.

Semoga Allah senantiasa memberi kita hidayah agar kita tetap istiqamah di atas jalan yang benar hingga ajal menjemput kita. Wallahu waliyyu dzalika wal qadiru ‘alaihi.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم