بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd Hafidzahullah
Al Khor, 1 Ramadhan 1445 / 11 Maret 2024
Lihat di Facebook
BAB VIII AL-HUBB (CINTA)
B. Ibadah Adalah Cinta yang Diiringi dengan Ketundukan dan Penghinaan Diri kepada yang Dicintai – Lanjutan.
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Sebagian ahli bashaair (ilmu) berkata sebagai berikut dalam menerangkan firman Allah ﷻ :
مَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ اللّٰهِ فَاِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ لَاٰتٍ ۗوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al-Ankabut ayat 5)
Tatkala Allah mengetahui besarnya kerinduan para wali-Nya untuk bertemu dengan-Nya, bahwasanya hati-hati mereka tidak mendapatkan petunjuk tanpa pertemuan dengan-Nya, maka Allah pun menetapkan janji dan waktu agar mereka dapat bertemu denganNya, tidak lain supaya jiwa-jiwa mereka tenteram dengan perjumpaan itu.
📖 Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Seakan-akan yang datang dari ayat ini ketenangan dari hati-hati para wali Allah ﷻ yang penuh dengan kerinduan perjumpaan dengan Allah ﷻ.
Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah, pasti akan datang. Inilah janji Allah ﷻ pada akhir ayat di atas.
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Kehidupan yang paling baik dan bahagia secara mutlak adalah kehidupan orang-orang yang mencintai dan memendam rindu. Kehidupan mereka adalah sebenar-benar kehidupan yang damai. Tidak ada kehidupan hati yang lebih baik, lebih nikmat, dan lebih tenang daripadanya. Inilah kehidupan baik yang sesungguhnya, sebagaimana firman Allah ﷻ :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97)
📖 Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Kehidupan yang baik di sini adalah di dalamnya ada kekuatan keimanan bagi pelakunya. Kehidupan yang baik keduanya tidak bisa dilepaskan : baiknya keimanan dan baiknya kehidupan.
Kehidupan yang baik adalah buah dari keimanannya tersebut. Dan ini hanya didapatkan oleh orang yang mukmin. Ini adalah kekhususan bagi hamba yang beriman. Balasan yang disegerakan di dunia. Yaitu nikmatnya hidup karena buah keimanan.
Maka kehidupan yang baik, tidak akan diperoleh orang yang Kafir maupun ahli maksiat. Karena ini adalah surga yang disegerakan pada kehidupan Dunia bagi orang yang beriman.
Allah ﷻ berfirman dalam surat Al-Muthaffifin Ayat 22:
إِنَّ ٱلْأَبْرَارَ لَفِى نَعِيمٍ
Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga),
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Ayat di atas tidak mengisyaratkan bahwa kehidupan orang kafir, orang durhaka, orang Mukmin, dan orang yang baik itu bersatu di dalamnya, berupa bagusnya makanan, pakaian, minuman dan pernikahan. Sebab, bisa jadi musuh-musuh Allah berkali-kali lipat melebihi para wali-Nya dalam perkara-perkara duniawi tersebut.
📖 Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Yang dimaksudkan di sini adalah bukanlah ketika di situ ada kebaikan pada rumah, makanan atau pakaian. Karena semua akan sama di dunia (Musytarokah), tetapi kehidupan yang ada keimanan di dalamnya. Bisa jadi dalam hal urusan dunia orang kafir lebih banyak berlipat-lipat daripada orang yang beriman. Bisa jadi rumah mereka lebih indah, dan mahal… Karena dalam urusan dunia, Allah ﷻ berikan semuanya… Baik dalam urusan pakaian, makanan ataupun kendaraan.
Tapi apakah semua itu akan memberikan kebahagiaan atau ketenangan batin? Inilah poinya.
Maka, tatkala orang yang beriman masih mengeluh mengatakan, mana kebahagian yang Allah ﷻ janjikan? Ini menunjukkan tingkatan ilmu yang masih kurang. Tidak paham akan hakikat kebahagian…
Ada sebuah kisah… Aku mengunjungi seseorang yang aku menganggapnya dari hamba-Nya yang saleh. Dia menderita sakit selama 4 tahun dengan sakit yang komplikasi. Maka aku bertanya kepadanya pertanyaan normal kepada orang yang sakit pada umumnya.
Maka beliau mengatakan, demi Allah ﷻ aku berada dalam kenikmatan yang tidak mungkin ada seorangpun yang memiliki nikmat yang sama denganku.
Inilah sesuatu yang dihatinya ada kenikmatan, meskipun dia sangat fakir dan sakit. Dia merasakan nikmatnya sakit… Dan ini bukti keimanan yang ada di hatinya…
Imam As-Sa’di dalam kitabnya Al-Wasail al-Mufidah lil-Hayati as-Saidah mengatakan wasilah yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan hidup yang bahagia…
Di akhir hayat beliau berada di rumah sakit jiwa dengan penyakit tekanan jiwa, akan disembuhkan dengan izin Allah ﷻ. Beliau merasakan sakit yang luar biasa tatkala membaca Al-Qur’an, dan dokter melarangnya…
Akan tetapi di ranjang kesakitan beliau mengarang kitab yang beliau tulis… Dan isi kandungannya memberikan inspirasi bagi semua orang… Bisa jadi yang membacanya mengira si pengarang dalam keadaan sehat dan bahagia… Padahal beliau dalam keadaan sakit.
Anaknya menceritakan beliau selalu menyembunyikan pena dan kertasnya tatkala ada orang yang mengunjungi beliau… Untuk memberikan ketenangan kepada yang melihatnya…
Inilah hakikat kebahagian sejati… Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga hati kita…
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم