بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Sabtu – Barwa Village
Wakra, 15 Rabi’ul awal 1445 / 30 September 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Membahas Kitab Al-Lu’lu wal Marjan
Hadits ke-48: Mencintai Kaum Anshar Sebagian dari Iman dan Hadits ke-49: Iman Berkurang dengan Berkurangnya Ketaatan
Setelah memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita dan bershalawat atas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,Ustadz mengawali kajian dengan syukur atas nikmat dalam menuntut ilmu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)
Diriwayatkan hadits yang dinisbatakan kepada Rasulullah ﷺ: “Seorang mukmin itu di masjid seperti Ikan dalam air, sedangkan seorang Munafik didalam masjid itu seperti burung dalam sangkar”.
حديث البراء بن عازب رضي الله عنهما قال: قال النبيَّ صلى الله عليه وسلم : الأنْصارُ لا يُحِبُّهُمْ إلَّا مُؤْمِنٌ، ولا يُبْغِضُهُمْ إلَّا مُنافِقٌ، فمَن أحَبَّهُمْ أحَبَّهُ اللَّهُ، ومَن أبْغَضَهُمْ أبْغَضَهُ اللَّهُ.
Al-Bara’ Radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Nabi ﷺ bersabda: “Tiada yang mencintai orang-orang Anshar melainkan ia mukmin dan tiada yang membenci mereka melainkan ia munafik. Siapa yang mencintai mereka, Allah cinta kepadanya. Dan siapa yang membenci mereka, Allah benci kepadanya.” (HR. Bukhari, Kitab: “Perangai Orang-Orang Anshar” (63), Bab: Mencintai orang orang Anshar (4))
Ketika Allâh ﷻ telah mencintai sesuatu, maka tentu kita akan mencintainya. Sama halnya ketika Allâh ﷻ mencintai Anshar maka orang-orang mukmin akan mencintai mereka, kecuali orang-orang munafik.
Maka, wajib mencintai kaum Anshar, apapun kesalahan mereka, apalagi hanya masalah ijtihadiyah. Kesalahan mereka adalah urusan mereka dengan Allâh ﷻ. Karena sesungguhnya Allâh ﷻ telah ridho kepada mereka.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat At-Taubah Ayat 100:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
- Tanda orang yang beriman adalah mencintai sahabat Anshar.
- Mencintai sahabat Anshar merupakan kesempurnaan iman, bisa menghilangkan iman ketika mengkafirkan sahabat Anshar.
- Sahabat Anshar merupakan sahabat yang mendapatkan pujian dari Allâh ﷻ dan Rasul-Nya.
- Siapa yang mencintai sahabat Anshar maka akan mendapatkan kecintaan Allâh ﷻ.
- Cara mendapatkan kecintaan Allâh ﷻ yaitu mencinta siapa saja yang dicintai Allâh ﷻ. Seperti Rasulullah ﷺ, sahabat Nabi dan Orang yang beriman.
- Murka Allâh ﷻ kepada orang yang membenci Anshar. Statusnya: Tidak sampai kekufuran jika tidak mencintai mereka. Tetapi, tidak mendapatkan cinta Allâh ﷻ.
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه ، قال: خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم في أضْحَى أو فِطْر إلى المُصَلَّى، فَمَرَّ على النساء، فقال: «يا مَعْشَرَ النساء تَصَدَّقْنَ فإني أُرِيتُكُنَّ أكثر أهْل النار». فقُلن: وبِمَ يا رسول الله؟ قال: «تُكْثِرْن اللَّعن، وتَكْفُرْن العَشِير، ما رَأَيْت من ناقِصَات عَقْل ودِين أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُل الحَازم من إحدَاكُن». قُلْن: وما نُقصَان دِينِنَا وعَقْلِنَا يا رسول الله؟ قال: «ألَيْس شهادة المرأة مثل نِصف شَهادة الرَّجُل». قُلْن: بَلَى، قال: «فذَلِك من نُقصان عقْلِها، ألَيْس إذا حَاضَت لم تُصَلِّ ولم تَصُم». قُلْن: بَلَى، قال: «فذَلِك من نُقصان دِينِها»
Dari Abu Sa’īd Al-Khudri -raḍiyallāhu ‘anhu- ia berkata,
“Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- keluar waktu iduladha atau idulfitri ke tempat salat lalu beliau melewati para wanita.
Lantas beliau bersabda, “Wahai para wanita, bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka. Mereka bertanya, “Kenapa wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Kalian banyak mengumpat dan mengingkari suami. Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang menghilangkan akal seorang lelaki cerdas daripada kalian.”
Mereka bertanya, “Apa kekurangan agama dan akal kami, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bukankah kesaksian seorang wanita separuh kesaksian seorang lelaki?”
Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan akalnya. Bukankah apabila seorang wanita haid ia tidak salat dan tidak berpuasa?” Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan agamanya.”
(HR Bukhari – Kitab Haid Bab Wanita Haid Meninggalkan Puasa).
Iman bisa bertambah dan berkurang, memang seperti itulah hakikatnya. Permasalahan iman merupakan permasalahan terpenting seorang muslim, sebab iman menentukan nasib seseorang didunia dan akherat.
Penyimpangan Kelompok dalam Masalah Iman
- Khawarij dan Mu’tazilah masing-masing meyakini bahwa, al-iman al-mutlaq (pokok keimanan) mencakup hal melakukan seluruh amalan ketaatan dan meninggalkan seluruh hal yang diharamkan. Bila sebagian dari hal ini hilang pada diri seseorang, maka batallah keimanannya, dan ia berada di dalam neraka, kekal selama-lamanya.
- Murji`ah mengeluarkan amal perbuatan dari nama iman, dan bahwasanya iman tidak bercabang-cabang dan tidak terbagi-bagi, tidak menerima tambahan maupun pengurangan, bahkan iman itu sesuatu yang satu, seluruh orang Mukmin sama keimanannya.
Ahlus Sunnah berpendapat bahwasanya iman itu terbagi-bagi dan bercabang-cabang. Apabila sebagiannya hilang, maka sebagian lain tetap ada.
Sedekah tidak hanya terbatas dengan menyumbangkan harta benda yang kita miliki. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Setiap perbuatan yang baik adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari, no. 6021).
Hadits di atas menunjukan Al-Makruf adalah sedekah, setiap perbuatan yang orang-orang memandangnya sebagai perbuatan baik, atau syariat melihatnya sebagai perbuatan baik itulah sedekah. Berdzikir, berwajah ceria ketika bertemu dengan saudaranya, tidak menampakan muka yang cemberut, bertutur kata lembut, memberi motivasi, mengunjungi orang yang sakit dan mengucapkan kata-kata yang baik lagi menghibur, semua ini dihitung sebagai sedekah.
Tidak boleh bagi laki-laki dan wanita sering melaknat. Perbuatan ini juga termasuk dosa besar. Dalam hadits di atas, perbuatan ini dikaitkan dengan wanita, karena mereka sering sekali melaknat, mencaci maki dan lainnya. Begitu pula tidak boleh wanita mengingkari kebaikan-kebaikan suami, tidak boleh durhaka, tidak boleh membangkang pada suami. Wanita wajib bersyukur kepada suami serta wajib taat kepada suami, karena ketaatan wanita pada suami akan membawa ke surga.
Adapun tentang maksud dari kurang agama yaitu mereka meninggalkan shalat dan shaum pada saat haidh.
Maka, semakin taat dan shalilah seorang wanita, maka akan semakin kokoh keimanannya.
- Anjuran untuk bersedekah dan berbuat kebaikan.
- Sedekah dapat menjauhkan seseorang dari siksa dan dapat menghapus dosa yang terjadi antar sesama makhluk.
- Anjuran untuk banyak beristighfar dan melakukan ketaatan lainnya.
- Kufur nikmat hukumnya haram.
- Haramnya mengingkari hak suami karena yang demikian itu termasuk dosa besar, bahkan pelakunya mendapat ancaman neraka.
- Haramnya melaknat dan celaan terhadap orang yang melontarkan ucapan laknat. Laknat artinya mendo’akan seseorang agar dijauhkan dari rahmat Allâh.
- Berbuat kebaikan dapat menghapus kejelekan yang telah diperbuat.
- Penyebutan sebagian perbuatan maksiat dengan ‘kufur’ menunjukkan bahwa kufur (kekafiran) terbagi menjadi dua; kufur akbar (besar) dan kufur ashgar (kecil).
- Nasehat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kaum wanita menunjukkan bahwa Islam memberikan perhatian besar terhadap mereka.
- Boleh memberikan nasehat yang tegas dengan tujuan menghilangkan sifat-sifat yang tercela.
- Dianjurkan untuk memberikan nasehat kepada para imam (penguasa), pimpinan wilayah, dan tokoh-tokoh masyarakat, memperhatikan dan mengingatkan mereka agar mewaspadai perbuatan-perbuatan maksiat dan hal-hal yang bertentangan dengan agama, serta mendorong mereka untuk mengerjakan amal-amal kebaikan dan ketaatan.
- Boleh meminta penjelasan kepada Ulama tentang apa yang dikatakannya apabila hal itu belum jelas.
- Wanita secara umum memiliki kekurangan dalam hal ketepatan dan daya hafal.
- Meskipun wanita akalnya kurang, tapi ia bisa mengalahkan laki-laki yang pintar.
- Akal dapat berkurang dan bertambah, karena itu akal wajib tunduk kepada wahyu dan akal mempunyai keterbatasan.
- Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan kebaikan dan berkurang dengan sebab dosa dan maksiat.
- Wanita memiliki kepekaan emosional yang sangat tinggi. Oleh karena itu, biasanya dia lebih banyak menggunakan perasaan daripada akalnya. Ini juga yang menyebabkan kurangnya akal mereka.[21]
Allâh Azza wa Jalla sudah menetapkan bagi seluruh wanita anak Adam bahwa mereka mengalami haidh (menstruasi). - Wanita yang haidh dan nifas (keluar darah setelah melahirkan) tidak boleh shalat dan puasa.
- Jika wanita haidh shalat dan puasa, maka shalat dan puasanya tidak sah.
(Tambahan dari artikel Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafidzahullah dalam Majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVIII/1436H)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم