Dua firqah sesat dalam bab takdir:
Al Qadariyyah
- Ekstrim dalam menafikan takdir
- Segala sesuatu terjadi begitu saja tanpa direncanakan (ditakdirkan)
- Allah tidak menciptakan perbuatan manusia (mayoritas Qadariyah)
- Allah tidak mengetahui sesuatu sebelum ia terjadi (ghulat Qadariyah)
- Mereka yg mengingkari ilmu Allah dianggap kafir
Al Jabriyyah
- Ekstrim dalam menetapkan takdir
- Manusia dipaksa untuk berbuat tanpa diberi pilihan untuk merubah nasib mereka sama sekali
- Yang melakukan semuanya sejatinya adalah Allah
- Allah memaksa manusia untuk beriman atau untuk kafir
- Konsekuensi madzhab ini sangatlah berbahaya karena Allah dianggap zhalim kepada hamba-Nya
Takdir Allah Meliputi:
Ilmu Allah:
والله بكل شيء عليم (2/282و 4/176 و24/35،64 و49/16 و64/11)
عالم الغيب والشهادة (6/73 و9/94،105 و 13/9 و23/92 و32/6 و39/46 و…) يعلم ما في السماوات والأرض ويعلم ما تسرون وما تعلنون (64/4)
Pencatatan:
ما فرطنا في الكتاب من شيء (6/38) وكل شيء فعلوه في الزبر* وكل صغير وكبير مستطر (54/52،53) وعنده أم الكتاب (13/39)
قال رسول الله: إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ (رواه أبو داود برقم 4700 وصححه الألباني)
Kehendak:
وما تشاؤون إلا أن يشاء الله (76/30 و81/29)
إلا ما شاء الله (6/128 و7/188 و10/49 و18/39 و87/7)
إلا أن يشاء الله (6/111 و7/89 و12/76 و18/24 و74/56)
Penciptaan:
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ (6/102) قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (13/16) اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (39/62)
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (40/62) وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (6/101) وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا (25/2)
Kaidah #1: Semua ketetapan dan perbuatan Allah adalah adil, bijak, dan penuh hikmah.
Kaidah #2: Manusia diarahkan oleh takdir namun juga diberi pilihan atas apa yang akan diperbuatnya, kemudian diberi balasan berdasarkan apa yang dipilihnya.
Kaidah #3: Perbuatan manusia dinisbatkan kepada Allah sebagai yang menakdirkan dan menciptakan, sekaligus dinisbatkan kepada manusia sebagai pelakunya secara langsung.
Kaidah #4: Boleh berdalih dengan takdir dalam menghadapi musibah, bukan dalam menghadapi aib pribadi.
Tiga kondisi orang berdalih dengan takdir:
1. Pasca mengalami musibah (masyru’ bil ijma’).
ما أصاب من مصيبة إلا بإذن الله ومن يؤمن بالله يهد قلبه (التغابن: 11)
2. Terhadap maksiat yang dia telah benar-benar bertaubat darinya (boleh).
3. Terhadap maksiat yang dia belum bertaubat darinya (haram).
وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (النحل: 35)
سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ (الأنعام: 148)
Kaidah #5: Takdir terbagi menjadi baik dan buruk, namun tidak ada keburukan yang dinisbatkan kepada Allah.
Kaidah #6: Kehendak kauniyyah Allah pasti akan terjadi, namun kehendak syar’iyyah Allah belum tentu terjadi.
Ikuti kajian materi ini yang disampaikan oleh Ustadz Sufyan Basweidan,MA hafidzahullah dalam Daurah Qatar ke-17 berikut ini: