بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Qatar Ke-22 Pertemuan 3
Bersama: Ustadz Mubarak Bamualim, Lc, M.H.I 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 10 Mei 2023 / 20 Syawal 1444H

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

Ustadz mengawali kajian dengan syukur atas nikmat dan karunia Allâh ﷻ bagi kaum muslimin, dan berterima kasih atas kesempatan yang yang diberikan.

Apabila saudaramu meminta nasihat, berilah nasihat kepadanya dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.

Ustadz mengingatkan kembali ada 4 hal yang ada pada seorang muslim, maka akan berbahagia di dunia dan di akhirat :

1. Iman

Yaitu beriman kepada yang wajib diimani. Ini merupakan karunia Allâh ﷻ yang patut kita syukuri. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11:

ۚبَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ اَنْ هَدٰىكُمْ لِلْاِيْمَانِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ

“Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cinta.” [Bukhari dalam adabul mufrad 279)

Imam at-thohawi dalam risalah aqidah berkata : Allâh ﷻ memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Allâh ﷻ kehendaki murni karunia dari Allâh ﷻ.

Maka jagalah nikmat iman ini, seperti halnya duduk dalam majelis sesaat untuk menambah iman.

Semasa hidupnya, Abdullah bin Rawahah, jika bertemu dengan sebagian sahabatnya, dia menjabat tangan sahabatnya lalu berkata, “Mari duduk sejenak, kita beriman sesaat.”

Ternyata, ungkapan ini juga dinukil dari sahabat lainnya, seperti Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, meskipun lafadznya berbeda.

اِجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنُ سَاعَةً

“Duduklah dengan kami, kita beriman sesaat.” (HR. al-Bukhari “Kitabul Iman”, secara mu’allaq).

Besarnya nikmat iman mewajibkan kita untuk bersyukur dan menjaganya sampai akhir hidup kita.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang ingin terhindar dari neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka hendaknya ketika datang kematian datang menjemputnya dia dalam keadaan beriman kepada Allâh ﷻ dan hari akhir.” (HR Muslim).

  1. Ilmu

Kita lihat perjalanan para sahabat dahulu, setelah beriman, mereka lanjutkan dengan menuntut ilmu. Mereka bertanya segala hal kepada Rasulullah ﷺ.

Ilmu adalah cahaya dan mengangkat derajat seseorang. Dalam surat Al Mujadilah ayat 11. Allah Ta’ala berfirman :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).

Mungkin kita sibuk, tetapi upayakan tetap menuntut ilmu. Karena pentingnya ilmu Rasulullah ﷺ bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”

Jika ada penyebutan muslim, maka otomatis muslimah juga wajib. Jangan pernah merasa puas dalam menuntut ilmu. Hendaknya hal-hal yang wajib, kita tambah ilmunya.

Tidak ada jalan ke surga selain menuntut ilmu. Karena menuju surga pasti ada rambu-rambunya. Dan ini bisa dicapai dengan ilmu. Kalau kita ingin masuk surga dengan cara paling cepat, cobalah menuntut ilmu agama.

Kembali pada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Masa-masa ikut-ikutan dalam menuntut ilmu, hendaknya ditutup dengan terus menuntut ilmu.

Hendaknya yang punya ilmu tetap berdakwah dalam menuntut ilmu. Syaikh Ibnu Baz Rahimahullahu disaat sakit keras dianjurkan dokter untuk istirahat total, tetapi beliau meminta satu hal: Jangan halangi umatku untuk bertemu dan bertanya satu hal masalah agama. Ini menunjukkan kegigihan beliau dalam berdakwah.

Medsos bukan tempat menuntut ilmu

Ia hanya informasi, yang sifatnya terbatas. Jangan mengandalkannya untuk menuntut ilmu. Jika mendengarkan lewat youtu.be misalnya, dengarkan dan catat!

  1. Mengamalkan Ilmu

Tujuan dari menuntut ilmu adalah untuk mengamalkannya. Maka Allâh ﷻ mencela orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya.

Amal shalih bisa dikatakan amal jika memakai ilmu, karena syarat diterimanya amal adalah ikhlas karena Allâh ﷻ dan mencontoh Rasulullah ﷺ. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan cara menuntut ilmu.

Saat di dunia itu saat untuk beramal. Jika sudah mati maka amalannya terputus kecuali tiga hal.

“Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim No. 1631).

Maka sedekah orang disaat sehat, berbeda nilainya dengan orang yang sudah sekarat.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata, ada seseorang yang datang kepada Nabi ﷺ seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Bersedekahlah selama kamu masih sehat, bakhil (suka harta), takut miskin, dan masih berkeinginan untuk kaya. Dan, janganlah kamu menunda-nunda sehingga apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan maka kamu baru berkata, ‘Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian,’ padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya).” (Muttafaqun ‘alaih).

Hadis di atas memberikan pelajaran penting kepada kita mengenai saat sedekah yang akan diganjar dengan pahala yang besar oleh Allâh ﷻ, salah satunya adalah bersedekah saat diri kita sedang sehat.

Karena semua amal akan ditampakkan di yaumul hisab kelak. Dalam Surat Az-Zalzalah Ayat 6 Allâh ﷻ berfirman:

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ ٱلنَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا۟ أَعْمَٰلَهُمْ

Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Maka, dunia adalah ladang untuk beramal. Dalam surat At-Taubah: 105

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan Katakanlah: “”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ketika Imam Ahmad bin Hambal ditanya, “Kapan seorang itu berhenti dan beristirahat?”

Imam Ahmad bin Hambal menjawab, “Jika kita telah menginjakkan kaki di Surga, maka di sanalah kita akan beristirahat.”

Jika lelah kita adalah dunia. Maka yang membuat tetap semangat itu akhirat.

  1. Istiqamah

Istiqamah itu berat, tetapi harus diusahakan. Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata: “Aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ‘(bentuk) Karomah yang paling agung ialah upaya seorang hamba agar senantiasa istiqomah (di atas ketaatan kpd Allah, pent).” (Lihat Madaariju As-Saalikiin II/105).

Maksud pernyataan-pernyataan di atas adalah selayaknya seorang hamba selalu bersungguh-sungguh untuk istiqomah di atas jalan Allah yang lurus, dan berusaha menjaga dirinya agar selalu taat kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 19:

وَمَنۡ اَرَادَ الۡاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٌ فَاُولٰۤٮِٕكَ كَانَ سَعۡيُهُمۡ مَّشۡكُوۡرًا

Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.

Contohlah Sahabat Salman Alfarisi Radhiyallahu’anhu yang dengan kesungguhan dan keikhlasan beliau dalam mencari kebenaran, Allâh ﷻ tolong hingga bertemu Rasulullah ﷺ.

Sebaliknya, lihatlah paman Nabi ﷺ, Abu Thalib yang jelas mengetahui kebenaran, Ia telah berbuat baik kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan kebaikan-kebaikan yang besar dan masyhur, akhirnya mati dalam kesyirikan karena gengsi.

Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: “Wahai Rasulullah, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah Anda! Rasulullah menjawab: Katakanlah, ‘aku beriman’, lalu beristiqomahlah.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Dalam QS. Fussilat Ayat 30 Allâh ﷻ berfirman:

اِنَّ الَّذِيۡنَ قَالُوۡا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ الۡمَلٰٓٮِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوۡا وَلَا تَحۡزَنُوۡا وَاَبۡشِرُوۡا بِالۡجَـنَّةِ الَّتِىۡ كُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”

Maka istiqomah lah, hidup di zaman fitnah. Yang banyak sekali godaan setan. Memerlukan kesabaran.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْا ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ ﴿آل عمران : ۲۰۰﴾

Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS. Ali ‘Imran: 200)

Berdo’a lah agar istiqomah dan tetap dalam kebenaran. Agar Allâh ﷻ menolong kita…

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agamaMu.”

Berdakwahlah dengan Hikmah

Terapkan akhlak yang mulia dan tugas kita hanya menyampaikan, sementara Allâh ﷻ yang memberi hidayah.

Karena rahmat Allah kamu berlemah lembut kepada mereka. Bahkan Rasulullah ﷺ diingatkan dalam QS Ali Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Mintalah kepada Allâh ﷻ agar memberikan hidayah kepada saudara-saudara kita. Aamiin.

Syaikh Al-Albani menjelaskan apa hikmah kita disuruh berdakwah dengan hikmah?

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. (QS An-Nahl ayat 125).

Karena: kebenaran itu berat bagi diri seseorang. maka jika ditambah dengan cara yang tidak baik, maka mereka akan lari…

  • ┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم