Segala puji dan sanjungan milik Allah ﷻ, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri kita dan buruknya amal perbuatan kita, siapa saja yang Allah ﷻ beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa saja yang Allah ﷻ sesatkan maka tidak seorang pun yang dapat memberi hidayah.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah ﷻ semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan-Nya.

Alhamdulillah Ustadz Abu Abdillah Nefri Hafidzahullah [Seorang Ustadz berdarah Minang yang saat tulisan ini dibuat bekerja di Wizaaratul Awqaf Qatar] – telah menyusun serta merevisi buku Islam yg berjudul “Mata Air Yang Jernih.” Sebuah karya tulis berisi dasar-dasar ilmu Islam, ushul ‘aqidah, Ibadah, Adab, Sejarah dan Manhaj beragama yang benar dan hendaknya diketahui oleh setiap Muslim. Disertai contoh-contoh praktek penyimpangan yang harus dikenali di setiap Bab Bahasan.

Judul buku ini diambil dari perkataan Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah dalam kitab beliau Madarijus Salikin.

Dikala kita menemukan air yang keruh, maka tidak ada jalan lain kecuali kita kembali ke sumber mata air itu. Demikian juga ketika kita menemukan banyak ragam dan simpang siur dalam pemahaman agama, maka kembalilah kepada sumber yang murni dengan pemahaman generasi terpuji. Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berkata:

“Siapa saja yang mengambil ilmu dari mata air ilmu yang benar, maka ia akan kokoh. Dan siapa yang mengambil ilmu dari aliran-alirannya, maka ia pasti kebingungan dengan gelombang fitnah dan syubuhat, tertipu oleh retorika, dan variasi ucapan serta pendapat.” (Madariju As-Salikin baina Manaazil lyyaakana’budu Waiyyaaka Nasta’iin, 2/8. Buah karya imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah).

Semoga karya beliau bisa bermanfaat bagi kaum muslimin dan menjadikanya sebagai amal jariyah dari ilmu yang bermanfaat. Aamin.


  • Beliau memulai penulisan pada Bab 1 dengan sejarah terutama di zaman jahiliyah sebelum datangnya Rasulullah ﷺ yang perlu diambil ibrohnya.

Betapa indah serta pentingnya kita untuk mempelajari dan mengamalkan konsep agama yang mulia ini. Diamalkan dan didakwahkan, agar kebenaran dikenal merata dan kebatilan menjadi terasing ditengah manusia. Jika tidak demikian maka simpul Islam benar-benar akan hilang tanpa sadar, dan kebatilan menjadi budaya ditengah masyarakat Islam. Sahabat ‘Umar bin Khathab berkata:

“Sungguh syariat Islam akan benar-benar terlepas satu per-satu, jika didalam Islam hidup orang-orang yang tidak mengetahui perkara jahiliyah”. (Muqaddimah Tafsir Al-Manar 1/21 – Syaikh Rasyid Ridha)

Lihatlah seorang sahabat yang mulia yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman, begitu semangat mengenali kejelekan, di samping ia juga paham amalan baik. Hudzaifah berkata, “Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya.” ( HR. Bukhari no. 3411 dan Muslim no. 1847)

Ibnu Taimiyah rahumahullah mengatakan, “Karenanya para sahabat nabi mereka lebih kuat iman dan lebih semangat dalam jihad daripada orang-orang setelah mereka. Itu karena mereka mengenal kebaikan, di samping itu pula mengenal kejelekan. Mereka sangat semangat mengenali kebaikan dan begitu benci pada kejelekan. Karena mereka tahu bagaimana akibat baik dari iman dan amalan shalih, serta akibat jelek dari orang yang berbuat kekafiran dan maksiat.” (Fatawal Kubro, 2: 341)

  • Pada bab 2 dibahas Islam di Zaman Rasulullah ﷺ.

Islam sangat dihargai dan ditakuti oleh negara-negara adidaya dimasa itu, Persia dan roma sangat gentar kepada pasukan Islam. Allah ﷻ telah memuliakan para sahabat dengan Islam, karena keimanan dan kecintaan mereka kepada Allah dan RasulNya, petunjuk Al-Quran dan sunnah Nabi ﷺ sangat agung didalam hati mereka, kemilau cahaya wahyu benar-benar tampak dalam akhlak dan keseharian para sahabat, tak obahnya Al-Qur’an berjalan, sehingga Allah ﷻ memuliakan Islam dan generasi Sahabat Radhiyallahu anhum ajma’iin.

Dari Thariq bin Syihab, dari Amirul Mukminin Khalifah Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu berkata;

“Kami adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam, maka kami tidaklah mencari kemuliaan dengan selainnya”. (Al-Mustadrak, Kitabul Iman (no. 208)

lbnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :

Dan Bila kalian ingin memperoleh keteladanan maka contohlah orang yang sudah meninggal, karena orang yang masih hidup tidak terbebas dari fitnah.” (Hilyatul Auliya 1/136)

Orang yang sudah meninggal, siapakah mereka? lbnu Masud menjelaskan:

“Siapa diantara kalian yang ingin mencari teladan, carilah teladan dari orang-orang yang sudah meninggal. Karena sesungguhnya orang yang masih hidup itu tidaklah aman dari fitnah (ketergelinciran). Mereka adalah shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Generasi termulia dari umat ini. Yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya dan paling anti berlebihan dalam tindakan. Allah memilih mereka untuk menjadi sahabat nabiNya. Demi menegakkan agamaNya. Maka akuilah keutamaan mereka. Ikutilah prinsip mereka. Dan contohlah budipekerti mereka semampu kalian. Karena sungguh mereka berada di atas petunjuk.” (Dinukil oleh Ibnu Abdil Baar dalam kitabnya: Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih).

Perkataan Imam Syafi’i, “Allah telah memuji para sahabat Nabi ﷺ di dalam Al-Qur’an, Taurat dan Injil. Dan Nabi sendiri telah memuji keluhuran mereka, sementara untuk yang lain tidak disebutkan. Maka semoga Allah merahmati mereka, dan menyambut mereka dengan memberikan kedudukan yang paling tinggi sebagai shiddiqin, syuhada’ dan shalihin.Mereka telah menyampaikan sunnah-sunnah Nabi ﷺ kepada kita. Mereka juga telah menyaksikan turunnya wahyu kepada Nabi ﷺ Karenanya, mereka mengetahui apa yang dimaksud oleh Rasulullah, baik yang bersifat umum maupun khusus, kewajiban maupun anjuran. Mereka mengetahui apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui tentang sunnah Nabi ﷺ. Mereka di atas kita di dalam segala hal, ilmu dan ijtihad, kehati-hatian dan pemikiran, dan hal-hal yang diambil hukumnya. Pendapat-pendapat mereka, menurut kita, juga lebih unggul daripada pendapat-pendapat kita sendiri.”

  • Bab 3 membahas Tentang Islam adalah agama yang fitrah yang datang dari sisi Allah ﷻ.

Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang di ridhoi Allah ﷻ, jalan keselamatan menuju kebahagiaan dan surga-Nya nan abadi. Tidak ada jalan yang menyampaikan seseorang kepada tujuan itu kecuali jalan Islam. Allah ﷻ berfirman:

“Sesungguhnya agama yang disisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali-Imran:19)

Untuk mencapai pemahaman islam yang benar, perlu mempelajari dengan ilmu. Yaitu mempelajari poin-poin tentang rukun Islam.

  • Bab 4 membahas Aqidah Islam. Urgensi mempelajrinya, buah dari aqidah yang benar dan usaha meraih ampunan Allah ﷻ.

Dalam surat Ibrahim Allah ﷻ berfirman

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ 24 تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ 25 وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةِ ِۨاجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْاَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ 26

“Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (24) (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat (25) Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun (26)”

Di sini akan kami nukilkan ungkapan yang sangat indah dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah. Beliau rahimahullah berkata, “Keyakinan (i’tiqad dalam akidah) bukanlah dariku, bukan pula dari orang yang lebih senior dariku, akan tetapi keyakinan itu diambil dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan apa yang telah menjadi kesepakatan para salaf (pendahulu) umat ini, diambil dari Kitabullah dan dari hadits-hadits riwayat al-Bukhâri, Muslim dan lainnya; berupa hadits-hadits yang telah dikenal dan yang valid dari salaf umat ini.” (Majmû` al-Fatâwâ, 3/203).

Di halaman 233 juga dibahas Distorsi Wahabi antara fakta dan tuduhan.

  • Pada bab 5 dibahas Ushul Aqidah (Pokok-pokok Keimanan Aqidah Islam).

Aqidah Islam dibangun diatas pondasi rukun Iman yang enam, sebagaimana yang datang dari hadis Jibril ketika bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ tentang Iman. Keadaannya yang bertingkat-tingkat, pengertian berdasarkan Ahlussunnah wal Jama’ah dan pembeda dengan penyimpangan ahlul bid’ah.

Bab ini dijelaskan tentang keenam rukun iman yang wajib diketahui.

  • Pada bab 6 disebutkan Karamah Para Wali, sebab-sebab terjadinya Karamah dan perbedaannya dengan sihir.

Perlu diketahui batasan-batasan yang penting dalam hal ini.

  • Pada Bab 7 dijelaskan tentang mematuhi ulil amri, siapa dan apa ulil amri, menasehati, hukum kudeta dan dampaknya.

Inilah yang membedakan Ahlussunnah dengan kelompok lainnya.

  • Bab 8 membahas tentang adab terutama berbakti kepada orang tua.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207).

Aqidah yang benar akan melahirkan akhlak yang mulia. Dan manusia melihat seseorang dari adabnya. Apabila adab semakin buruk, akhlak semakin kasar, lisan semakin pedas dan hati semakin keras, Ketauhilah bahwa ada yang salah dengan tauhid dan keimanan kita. Karena tauhid dan keimanan berbanding lurus dengan akhlak

  • Bab 9 Terakhir dijelaskan tentang Bid’ah dan Kaidah-kaidahnya.

Kata bid ‘ah salah satu istilah dalam syariat Islam. Kalimat ini tentunya tidak asing ditengah kaum muslimin secara umum, para penggiat dakwah yang memiliki perhatian lebih terhadap ilmu dan agama, para pencinta kebenaran yang masih memiliki ghirah, kecemburuan untuk menjaga kemurnian Islam, juga tidak asing bagi kalangan yang sensitif terhadap dengan istilah ini, untuk membela ritual adat yang disematkan atas nama agama. Sejatinya Bid’ah adalah pandemi dan musuh kita bersama.

Bahasan bid’ah dalam Islam yang dibahas oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka, adalah bid’ah yang dibenci oleh Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Dimana keyakinan dan perbuatan bid’ah sangat buruk pengaruhnya dalam bermasyarakat, membuat kehidupan beragama simpang siur, jumud tak karuan. Bahkan pengaruh buruknya tidak hanya bagi pelaku secara khusus, namun efek negatifnya membuat perpecahan dalam kerukunan Umat Islam. Oleh karenanya, sangat perlu kiranya bahasan ini sering kita ulang, untuk mengingatkan, membersihkan ‘Aqidah dan amalan kita dari Bid’ah.

Pada penutup kajian, Ustadz mengajak untuk istiqamah dalam menuntut ilmu, membaca sebelum dibahas dan memberi masukan jika terdapat kekeliruan.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

Mata Air yang Jernih- 10.5MB