بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Syarh oleh: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, Ph.D Hafidzahullah
Al Khor, 10 Ramadhan 1446 / 10 Maret 2025.



Bab – Mabuk Asmara (Al-‘Isyq)

Dampak Buruk Mabuk Asmara (Al-‘Isyq) – Lanjutan

Telah berlalu penjelasan mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ‘Isyk (Mabuk Asmara), yaitu:

Pertama: Sibuk mencintai dan mengingat makhluk sehingga lalai mencintai dan mengingat (berdzikir kepada) Allah. Tidaklah dua perkara tersebut terkumpul dalam hati seseorang, melainkan salah satunya pasti berusaha menundukkan yang lain, hingga kekuasaan menjadi milik pemenangnya.
Kedua: Tersiksanya hati karena makhluk yang dicintai. Siapa saja yang mencintai sesuatu selain Allah pasti akan tersiksa karenanya.
Ketiga: Hati orang yang mencinta adalah tawanan dalam genggaman orang yang dicintai, dia menimpakan kehinaan terhadapnya.
Keempat: Seseorang disibukkan dengan mabuk cinta sehingga lalai dari kemaslahatan agama dan dunianya. Tidak ada perkara yang lebih menghilangkan kemaslahatan agama dan dunia seperti halnya kasmaran ini.
Kelima: Bencana-bencana dunia dan akhirat lebih cepat menimpa orang yang kasmaran dibandingkan cepatnya kobaran api pada ranting yang kering. Sebab, semakin hati itu dekat dengan cinta semu dan semakin kuat hubungan keduanya, maka dia semakin jauh dari Allah.
– Keenam: Jika kasmaran tersebut kuat dan kokoh di hati, niscaya ia akan merusak pikiran dan menimbulkan was-was. Mungkin saja orang yang bersangkutan dapat dikumpulkan bersama orang-orang gila, yang otaknya telah rusak, disebabkan ketidakmampuan mengambil manfaat dari akal.
– Ketujuh: Boleh jadi, kasmaran merusak seluruh atau sebagian indera seseorang, baik secara maknawi maupun secara nyata. Adapun kerusakan maknawi, ia pasti mengikuti kerusakan hati. Jika hati sudah rusak, niscaya mata, telinga, dan lisan pun turut rusak. Akibatnya, melihat keburukan dirinya dan orang yang dicintai sebagai kebaikan.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Kedelapan: Kasmaran merupakan cinta berlebihan yang serampangan—sebagaimana disebutkan sebelumnya—karena orang yang dicintai menguasai hati pencinta, sehingga hatinya tidak pernah sepi dari membayangkan, menyebut, dan memikirkan yang dicintai itu. Ingatan dan pikirannya juga tidak pernah lepas dari pujaan hatinya.

Dalam keadaan demikian, jiwa tersibukkan untuk menggunakan kekuatan hewani (naluri) dan spirit (semangat) sehingga hilanglah kekuatan tersebut. Akibatnya, timbullah penyakit pada badan dan roh yang sangat sulit disembuhkan. Sikap, sifat, serta tujuan hidupnya pun berubah dan terabaikan sehingga sulit untuk diperbaiki. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sya’ir:

Cinta awalnya hanyalah berupa gelombang kecil, yang bisa dibawa dan digiring oleh takdir.

Sehingga, ketika seorang pemuda mulai mengarungi gelombang-gelombang cinta, datanglah perkara besar yang tak kuasa dipikulnya.

Kasmaran itu mudah dan manis pada awalnya, pertengahannya menyebabkan kesulitan, kesibukan hati, dan penyakit, dan akhirnya adalah kebinasaan dan pembunuhan, apabila pelakunya tidak mendapatkan bantuan dari Allah, sebagaimana dikatakan:

Hiduplah secara bebas, karena cinta awalnya adalah tawanan, pertengahannya penyakit, dan akhirnya pembunuhan.

Penya’ir lainnya berkata:

Ia lupa daratan karena cinta, hingga kasmaran, sehingga tidak mampu berlepas diri darinya.

Melihat laut disangkanya gelombang kecil, ia pun tenggelam ketika menceburkan diri ke dalamnya.

Pencinta itulah yang berbuat dosa sekaligus menganiaya diri sendiri. Kondisinya sebagaimana disebutkan dalam pepatah yang masyhur (Lihat Majma’ul Amtsaal (11/414):

Kedua tanganmulah yang mengikat dan mulutmulah yang meniup.”

  • Syarah: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah

Perumpamaan ini adalah saat orang yang masuk pada manisnya kasmaran, jika sudah masuk maka dia tenggelam dalam penyakit Isyq.

Dia yang menyebabkan dirinya terjatuh kedalamnya. Maka Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan penjelasan agar orang selamat dari penyakit ini.

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Tiga Tingkatan Orang yang Kasmaran

Orang yang kasmaran mempunyai tiga tingkatan: tingkat permulaan, tingkat pertengahan, dan tingkat terakhir.

Untuk tingkat permulaan, yang wajib dilakukan adalah menolak cinta dengan segala kemampuan, apabila menjalin hubungan dengan orang yang dicintai itu tertolak, baik secara takdir maupun syari’at.

Jika seseorang tidak mampu melakukan hal ini dan hatinya tetap melakukan perjalanan menuju yang dicintai—yang hal ini termasuk tingkat pertengahan dan terakhir—maka wajib baginya untuk menyembunyikan perkara tersebut. Ia tidak boleh menyebarkan hal ini, juga tidak boleh menyebutkan bentuk, sifat-sifat kecantikan orang yang dicintai, dan kabar yang tidak senonoh kepada masyarakat sehingga dengannya terhimpun antara kemusyrikan dan kezhaliman. Kezhaliman dalam perkara ini termasuk yang paling keji. Bahkan, bisa jadi kezhaliman ini lebih membahayakan objek yang dicintai berikut keluarganya dibandingkan kezhaliman terhadap harta mereka. Sebab, perbuatannya tadi membuat orang yang dicintai menjadi bahan omongan masyarakat.

Di antara mereka ada yang mendustakan, tetapi mayoritasnya akan membenarkan isu yang beredar meskipun indikasinya sangat kecil.

  • Syarah: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah

Ibnul Qayyim rahimahullah masih menjelaskan perkara-perkara mengobati penyakit yang berbahaya ini.

Ilmu adalah cahaya dalam kegelapan, dimana kegelapan itu adalah kecintaan yang berlipat-lipat. Dan penyakit ini berbahaya seperti dijelaskan dalam delapan efek keburukan sebelumnya, dan pada bab ini dijelaskan tingkatan orang yang kasmaran, hendaklah bagi yang terkena tahap awal, berbalik arah ke posisi awal.

Karena awal anak tangga akan lebih mudah turun daripada sudah tinggi yang berbahaya dan membinasakannya. Karena kadang tidak bisa kembali.

Kembalilah kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dan ingatkan pada dirinya akan kemudharatan yang akan masuk pada dirinya. Jika dia menginginkan gadis yang halal dinikahi maka menikah lebih baik. Daripada terjatuh kepada penyakit Isyk. Tetapi jika tidak mungkin untuk menikahinya, maka segeralah dia memutus jalan itu.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah kemudian membuat tingkatkan penyakit ini dan mengobatinya. Jika sudah pada tingkat pertengahan dan akhir, itulah yang akan membahayakannya.

Pada orang tingkat pertama, hendaknya menolaknya dan jika sudah terjatuh pada penyakit Isyk jangan menceritakan kepada siapapun dia. Karena jika dibicarakan di majelis-majelis, maka kerusakan yang ditimbulkan besar sekali. Maka sembunyikan perkara itu dan jangan bicara di majelis karena orang-orang akan membicarakannya.

Dia mengumpulkan kesyirikan dan kedzaliman, karena tidak ada tempat di hatinya untuk Allah ﷻ. Maka, menceritakan kebaikan yang disukainya dan menjauhkannya pada omongan orang lain inilah kedzaliman, maka kesyirikan dan kedzaliman dikumpulkan menjadi satu. Dan ini lebih ringan dari pada masalah kehilangan harta, dari pada kehilangan rasa cinta. Lidah-lidah orang berbicara dan tidak ada yang selamat kecuali dijaga Allah ﷻ.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم