بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Online 7 – Daurah Ramadhan 1445 H
Doha, 7 Ramadhan 1445 / 17 Maret 2024
Bersama Ustadz SAMSURIL WADI, S.H., M.Pd., Ph.D.,(Cand.) 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
CIRI DAN CARA MEMBACA AL-QUR’AN RASM UTSMANIY CETAKAN MADINAH
MUQADDIMAH
Allah ta’ala menurunkan Al-Qur’an sebagai mukjizat, bimbingan dan pedoman hidup.
Al-Qur’an juga merupakan sarana yang paling utama untuk bermunajat kepada Allah ta’ala baik dengan membaca ayatnya, menghafalnya, mempelajari kandungannya dan mengamalkan isinya serta mengajarkannya.
Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan untuk mempelajarinya.
Allah berfirman dalam Surah Al-Muzzammil ayat 4:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا
“dan bacalah Al Qur’an dengan tartil”.
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَه
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkanya”.
Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang mulia, satu hurufnya diberikan 10 kebaikan. Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Metode Individual merupakan cara terbaik dalam mempelajari Al-Qur’an yaitu dengan berhadapan langsung antara guru dan siswa.
Latar belakang
- Perintah:
Setiap muslim wajib hukumnya membaca Al-Qur’an.
Agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, maka perlu penguasaan pada; huruf hijaiyah, harakat, kalimat, ayat, tanda Waqof serta hukum tajwidnya.
- Hambatan:
1. Kurangnya SEMANGAT dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an yang benar.
2. METODOLOGI pengajaran membaca Al-Qur’an yang digunakan kurang efektif pada keberhasilan peserta didik.
3. Tidak memahami CIRI PENULISAN Al-Qur’an Rasm Utsmani yang digunakan.
- Solusi:
Untuk memudahkan melaksanakan perintah dan meminimalisir hambatan tersebut, maka perlu memahami Kaidah Rasmul Utsmani dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an untuk menghasilkan peserta didik yang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai Kaidah Ilmu Tajwid.
- Tujuan:
Untuk mengetahui bagaimana Kaidah Rasmul Utsmani dapat memberikan kemudahan dalam membaca Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan Kaidah Ilmu Tajwid. Pada akhirnya Untuk menjaga lisan dari Kesalahan membaca Al-Qur’an
MANFAAT DAN KEGUNAAN
Bagi Lembaga: Sebagai bahan pertimbangan dan informasi untuk meningkatkan kualitas mutu Pendidikan.
Bagi Guru: Sebagai informasi membina peserta didik supaya dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.
Bagi peserta didik: Sebagai gambaran terkait dengan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an yang lebih efektif dan efisien
MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
Antara lain: Metode Al-Baghdadi, Metode Qiroati, Metode Al-Barqi, Metode Jibril, Metode IQRA’, Metode IQRA’ Rasmul Utsmani, dan Metode An-Nuraniyah.
INDIKATOR PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACANYA
1. Makharijul Huruf (Posisi Tempat Keluarnya Huruf): Mengetahui makhraj (posisi tempat keluar) setiap huruf Hija’iyah dari Alif sampai Ya dengan benar, Mengetahui juga kelompok huruf yang memiliki kesamaan tempat atau berdekatan tempatnya.
2. Sifatul Huruf (Sifat-Sifat Huruf) : Memahami sifat huruf, karena setiap huruf memiliki sifat (karakter) yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
3. Tarkibul Huruf (Susunan Huruf): Membaca huruf yang sudah tersusun dalam suatu kalimat dan ayat.
Betapa banyak orang yang mampu mengucapkan huruf secara terpisah satu persatu, namun tidak mampu (masih salah atau mendapatkan kesulitan) ketika sudah tersusun dalam suatu kalimat.
4. Menguasai Hukum-Hukum Tajwid: Sering melatih lidah dalam mengucapkan huruf dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Lidah seseorang seperti halnya otot yang pada awalnya akan mengalami kesulitan ketika push up, bersepeda, dll, namun dengan sering latihan akan terasa ringan dan mudah.
5. Memahami Waqaf dan Ibtida’: Waqaf artinya berhenti sementara. Ibtida’ artinya mulai membaca atau mulai melanjutkan bacaan lagi dengan mengulang kalimat sebelum waqaf, atau melanjutkan membaca Kalimat setelah Waqaf tersebut.
KAIDAH PENULISAN AL-QUR’AN RASMUL UTSMANI (AL-QUR’AN MADINAH)
APA PENTINGNYA MENGETAHUI CIRI (TANDA) DAN CARA ITU?
CIRI DAN CARA MEMBACA
Perbandingan mushaf kuno bisa dilihat di alquran-sunnah.com
- IZHAR (JELAS)
Secara umum setiap huruf yang berbaris sukun menunjukkan huruf itu harus dibaca Izhar (Jelas makhraj dan sifatnya).
Note: –Tidak semua huruf sukun memiliki hukum bacaan.
Perhatikan bentuk penulisan TANWIN (sejajar, dan Dhommatain bolak balik):
2. IDGHAM KAMIL (MELEBUR SEMPURNA)
Yaitu zat huruf pertama yang dimasukkan itu hilang beserta sifat-sifatnya (dianggap tidak ada).
Ciri Idgham Kamil:
– Tidak berbarisnya huruf pertama menunjukkan sempurnanya.
– Adanya tasydid pada huruf kedua menunjukkan idgham.
Perhatikan bentuk penulisan TANWIN (tidak sejajar dan Dhommatain sejajar), Setelahnya ada huruf yang bertasydid.
3. IDGHAM NAQISH (MELEBUR TIDAK SEMPURNA)
Yaitu zat huruf yang dimasukkan itu hilang tetapi sifat-sifatnya masih tertinggal.
Ciri Idgham Naqish:
– Tidak berbarisnya huruf pertama.
– Tidak adanya tasydid pada huruf kedua.
Perhatikan bentuk penulisan TANWIN (tidak sejajar dan Dhommatain sejajar) Setelahnya huruf yang tidak bertasydid:
4. IQLAB
Membalik suara Nun (N) menjadi Mim (M).
Cirinya:
– Nun Sukun tidak diberikan harakat.
– Diatas huruf Nun ditulis Mim Kecil (menunjukkan dibaca Mim bukan Nun).
5. HURUF-HURUF KECIL
-Tetap dibaca (dianggap ada) bila berharakat.
-Pada Huruf Mad ا و ي tetap dipanjangkan (termasuk Mad Thobi’ie dan Mad Shilah).
Tambahan: Ciri MAD
BEBERAPA HUKUM BACAAN DALAM ALQUR’AN QIRO’AH HAFSH
NUN WIQOYAH/ NUN WASHAL
HAMZAH WASHAL DIAWAL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN
- Faktor Internal, yang berasal dari diri individu itu sendiri
- Faktor Eksternal, yang berasal dari luar diri individu
KESIMPULAN:
- Hasil:
Setelah mengetahui CIRI dari masing-masing bentuk penulisan dalam Mushaf Madinah, maka dengan mudah membaca Al-Qur’an sesuai dengan Kaidah Tajwid, meskipun untuk tahapan ini masih belum menguasai NAMA/ISTILAH HUKUM TAJWID pada setiap hukum bacaannya, namun membaca yang benar adalah tujuan dari pembelajaran kita kali ini.
- Saran:
Latihanlah Yang Rajin, Belajarlah Yang Tekun Dan Mohonlah Bantuan Kepada Allah serta Ikhlaskan Niat.
TAMBAHAN: PERBEDAAN QIRAAT (BACAAN)
RUKUN TILAWAH:
- Sanadnya Shohih: Bersambungnya sanad bacaan yang benar tersebut sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam oleh orang-orang yang amanah baik dengan suara atau tertulis.
- Sesuainya bacaan tersebut dengan Bahasa Arab dan lisan mereka.
- Sesuai dengan penulisan / Rasm Mushaf Al-‘Utsmany.
- Nafi’ Al Madani
Beliau adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin ‘Abdirrahaman bin Abi Nu’aim Al Laitsiy, berasal dari Ashfahan, dan wafat di Madinah tahun 199 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Qaaluun, adapun Qaaluun dia adalah ‘Isa bin Mainaa bin Wardaan bin ‘Isa bin Abd al-Shamad. Diriwayatkan bahwa Nafi’ menjulukinya dengan julukan tersebut karena bagusnya bacaannya. Sedangkan Warasy dia adalah ‘Utsman bin Sa’id bin Al Mishri rahimahullah, memiliki nama kunyah Abu Sa’id.
- Warasy, adapun Warasy adalah nama julukannya. Dia dijuluki dengan julukan tersebut ada yang mengatakan karena kulitnya yang sangat putih. Dia wafat di Mesir tahun 197 H pad usia 87 tahun.
2. Ibnu Katsir (bukan Ibnu Katsir ahli tafsir).
Beliau adalah ‘Abdullah bin Katsir bin Umar bin Abdullah bin Zaadzaan bin Fairuuz bin Hurmuuz Al Makkiy. Dia adalah salah seorang Tabi’in, dan wafat di Makkah tahun 120 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Al-Bazzi, adapun Al Bazziyy dia adalah Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdillah bin al-Qaasim bin Naafi’ bin Abi Bazzah. Beliau memiliki nama kunyah Abul Hasan, wafat du Makkah tahun 250 H pada usia 80 tahun.
- Qunbul, adapun Qunbul dia adalah Muhammad bin ‘Abdirrahman bin Muhammad bin Khalid bin Sa’id Al-Makhzumi. Beliau memiliki nama kunyah Abu ‘Amr, dan dijuluki Qunbul. Ada yang mengatakan:”Mereka adalah Ahlul Bait di Makkah yang dikenal dengan Al Qanabilah.”. Dia (Qunbul) wafat di Mekah tahun 291H pad usia 96 tahun.
3. Abu Amr al-Bashri
Dia adalah Yuban bin Al ‘Alaa’ bin ‘Ammar bin al-Iryaan al-Mazini at-Tamimi al-Bashri. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Yahya. Dia wafat di Kufah pada tahun 154 H. Dan dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Ad-Duuriyy,adapun ad-Duuriyy dia adalah Hafsh bin ‘Amr bin ‘Abdil ‘Aziz Ad Duuriyy al-Azdi. Ad Duur adalah nama sebuah tempat di Baghdad. Dia wafat pada tahun 246 H.
- As-SuusiyySedangkan As Suusiyy adalah Shalih bin Ziyad bin ‘Abdillah bin Isma’il nin al-jaarud. As Suusiyy wafat sekitar tahun 261 H.
4. Ibnu ‘Amir Asy Syaami
Dia adalah ‘Abdullah bin ‘Amir bin Yazid bin Tamim bin Rabi’ah. Dia wafat di Dimasyq tahun 128 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Hisyam, Adapun Hisyam dia adalah Hisyam bin ‘Ammaar bin Nashir Al Qaadhi Ad Dimasyqi, beliau wafat di sana pada tahun 245 H.
- Ibnu DzakwanSedangkan Ibnu Dzakwan dia adalah ‘Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Zakwan bin Amr Al Qurasi Ad Dimasyqi, beliau diberi nama kunyah Abu ‘Amr. Beliau wafat di Dimasyq (Damaskus) tahun 242 H.
5. ‘Ashim Al Kuufi
Dia adalah ‘Ashim bin Abi An Najuud, Wafat di Kufah tahun 127 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Syu’bah,adapun Syu’bah dia adalah Syu’bah bin iyasy bin Salim Al Kuufiyrahimahullah, wafat di Kufah pada tahun 193 H.
- Hafsh, dia adalah Hafsh Sulaiman bin Al Mughirah Al Bazzaz, diberi nama kunyah Abu ‘Amr, dan dia adalah orang yang tsiqah (kredibel). Ibnu Ma’in berkata:”Dia lebih menguasai qira’at dibandingkan dengan Abu Bakr”. Dia wafat tahun 180 H.
6. Hamzah Al Kuufi
Dia adalah Hamzah bin Habib bin ‘Imarah bin Ismail al-Kufi, beliau adalah salah satu imam qiraah as-sab’ah. Beliau wafat pada tahun 156 H di Bahlawan. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Khalaf, adapun Khalaf dia adalah Khalaf bin Hisyam bin tsa’lab al-Asadi al-Bagdadi, diberi nama kunyah Abu Muhammad, lahir pada tahun 150 H dan wafat di Baghdad pada tahun 229 H.
- Khallad, dia adalah Khallad bin Khalid asy-Syaibaani ash-Shairafi Al Kuufi, diberi nama kunyah Abu ‘Isa, dan wafat di sana tahun 220 H.
7. Al-Kisaa’i Al Kuufi
Dia adalah ‘Ali bin Hamzah, Imam ahli Nahwu (tata bahasa Arab) kalangan Kufiyun, diberi nama kunyah Abul Hasan. Beliau dijuluki dengan laqab al-Kissaa’i karena dia ihram memakai Kisaa’ (kain penutup Ka’bah). Beliau wafat tahun 189 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Al-Laits, dia adalah al-Laits bin Khalid al-Marwazi al-Bagdadi. Beliau wafat pada tahun 240 H.
- Hafsh ad-Duuri dia adalah perawi (yang meriwayatkan Qira’at) dari Abi ‘Amr dan al-Kisaa’i. Penjelasannya telah kami jelaskan.
8. Abu Ja’far Al Madaniy
Dia adalah Yazid bin al-Qa’qa’ al-Makhzuumi al-Madini, wafat pada tahun 130 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- ‘Isa bin Wardan, adapun Wardan dia adalah ‘Isa bin Wardan al-Madini, beliau wafat di Madinah sekitar tahun 160 H.
- Ibnu Jammaazdia adalah Sulaiman bin Muhammad bin Muslim bin Jammaaz al-Zuhri al- Madaniy, wafat di sana (Madinah) tidak lama setelah tahun 170 H.
9. Ya’qub Al Bashriy
Dia adalah Ya’qub bin Ishaq bin Zaid bin Abdillah bin Abi Ishaq al-Hadrami al-Bashri, wafat di Bashrah pada tahun 205 H pad abulan dzulhijjah. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Ruwais, adapun Ruwais dia adalah Muhammad bin al-Mutawakkil al-Lu’lu al-Bashri Kunyahnya adalah Abu Abdillah. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 238 H.
- Rauh dia adalah Rauh bin ‘Abdil Mu’min al-Hadzli al-Bashri An-Nahwiy. Kunyahnya adalah Abul Hasan. Beliau wafat tahun 235 H.
10. Khalaf al-‘Aasr
Dia adalah Khalaf bin Hisyam al-Bazzaar al- Baghdadiy. Tahun kematiannya tidak diketahui. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
- Ishaq, adapun Ishaq dia adalah Ishaq bin Ibrahim bin ’Utsman bin Abdillah al- Marwazi al-Baghdadiy. Kunyahnya adalah Abu Ya’qub, beliau wafat pada tahun 286 H.
- Idris, dia adalah Idris bin ‘Abdil Karim al-Haddaad al-Baghdadi. Dia wafat pada tahun 292 H pada usia 93 tahun.