بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd Hafidzahullah
Al Khor, 16 Sya’ban 1445 / 26 Februari 2024


 

▶️ Watch this video: Via Facebook


BAB VIII AL-HUBB (CINTA)

A. Cinta yang Benar Adalah Mengesakan Dzat yang Paling Dicintai lagi Tertinggi

Jika kamu telah memahami muqaddimah ini, maka dapat diketahui bahwasanya rasa cinta terhadap Dzat yang paling dicintai lagi tertinggi dan cinta yang semu dalam hati seorang hamba tidak akan pernah bersatu. Keduanya saling bertolak belakang sehingga tidak akan pernah bertemu, bahkan salah satunya pasti akan mengeluarkan yang lain.

Barang siapa yang seluruh kekuatan cintanya ditujukan untuk Dzat yang paling dicintai lagi tertinggi, menganggap kecintaan kepada selain Nya sebagai suatu kebathilan dan adzab, maka niscaya dia akan memalingkan cintanya dari selain Nya. Kalaupun mencintai selainNya, maka hal itu didasari cinta karena Nya, atau disebabkan sesuatu itu merupakan sarana untuk mencintai Nya, atau dikarenakan ia adalah pemutus dari perkara-perkara yang berseberangan dan yang dapat mengurangi rasa cinta kepada Nya.

Cinta yang benar adalah pengesaan terhadap Dzat yang dicintai. Tidak disekutukan antara Dia dan selain-Nya dalam cintanya, karena Allah membenci hal itu. Menjauhkannya dan tidak memberinya kesempatan untuk berada di sisi-Nya dan menggolongkannya sebagai pendusta dalam pengakuan cintanya. Jika makhluk saja enggan dan cemburu sekiranya kecintaan terhadapnya disekutukan dengan selainnya, padahal dia tidak berhak menerima seluruh kekuatan cinta itu, maka bagaimana pula dengan Dzat Yang Mahatinggi, yang rasa cinta itu hanya layak ditujukan kepada Nya, sedangkan seluruh cinta kepada selain Nya ditetapkan sebagai adzab dan bencana baginya?

Oleh karena itu, Allah tidak mengampuni syirik yang dilakukan dalam hal kecintaan, namun Dia mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja yang dikehendaki Nya.

Cinta semu menghilangkan kecintaan terhadap apa yang lebih bermanfaat baginya. Bahkan, menghilangkan kecintaan terhadap segala sesuatu yang memiliki kebaikan dan kenikmatan. Sungguh, tidak ada kehidupan yang bermanfaat selain dengan mencintai Nya semata.

Maka dari itu, hendaklah seorang hamba memilih antara salah satu dari dua cinta, karena keduanya tidak mungkin digabungkan dan tidak mungkin hilang secara bersamaan. Barang siapa yang berpaling dari rasa cinta kepada Allah, dzikir kepada Nya, dan rindu terhadap perjumpaan Nya, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya dengan rasa cinta kepada selain Nya. Atas dasar itu pula, Allah mengadzabnya di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat. Bisa jadi, seseorang diadzab karena mencintai berhala, salib, harta, api, wanita, uang, unta yang bunting, atau yang lebih rendah daripada semua itu, yaitu dari perkara-perkara yang merupakan puncak kerendahan dan kehinaan.

Sungguh, seseorang adalah budak apa-apa yang dicintainya, bagaimanapun keadaannya, sebagaimana dikatakan dalam sya’ir:

Engkau adalah korban pembunuhan dari semua yang kau cintai, maka ambillah untuk dirimu dalam cinta yang engkau pilih.

Siapa saja yang tidak menjadikan Ilah (Rabb)nya sebagai penguasa dan pemeliharanya niscaya hawa nafsu akan menjadi sembahannya.

Allah ﷻ berfirman:

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS Al-Jatsiyah ayat 23).

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Penjelasan Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah tentang bergantungnya hati pada pandangan yang semu yang dia disibukkan dengannya dan dia merasa tertawa arus dengannya.

Maka tidak akan bisa digabungkan antara cinta kepada Allah ﷻ dengan cinta kepada selain Nya. Maka apabila cinta seseorang kepada Allah ﷻ hilang, dia akan diuji dengan cinta kepada selain Nya.

Makanya tidak akan bermanfaat bagi seseorang jika tidak mengambil wasilah untuk mencintai Allah ﷻ, karena hatinya otomatis bergantung kepada cinta yang semu.

Imam Ibnul Qayyim membuat pasal khusus dalam kitabnya Madarijus Salikin tentang bagaimana mendapatkan cinta kepada Allah ﷻ dan apa saja yang dapat mendatangkannya.

Hatinya membutuhkan untuk dimakmurkan cintanya kepada Allah ﷻ sampai tidak ada cinta yang semu yang masuk ke dalamnya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah tidak menjelaskan cinta yang tabi’i (tabiat yang normal). Karena kecintaan tabii di hati lepas darinya dan tidak ada masalah, selama cinta tersebut tidak merusak cintanya kepada Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 24:

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Cinta yang normal seperti mencintai 8 hal seperti ayat di atas, jika melampaui batas maka ini adalah kebinasaan.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم