بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd Hafidzahullah
Al Khor, 26 Dzulqa’dah 1445 / 3 Juni 2024.


🎞️  Video Kajian ini: Facebook Assunnah Qatar


Bab: Al Hubb (Cinta)

Pasal: Cinta Itulah Yang Mendorong Untuk Beribadah dan Ketaatan – Lanjutan.

📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Asal setiap keburukan adalah sedikitnya pengetahuan serta kelemahan dan kerendahan jiwa. Sebaliknya, asal setiap kebaikan adalah kesempurnaan pengetahuan yang diiringi oleh kekuatan, kemuliaan, dan keberanian jiwa.

Cinta dan keinginan merupakan pokok dan landasan dari segala sesuatu, sedangkan benci merupakan pokok dan landasan dari meninggalkan sesuatu. Dua kekuatan yang terdapat dalam hati tersebut merupakan asal dari kebahagiaan atau kesengsaraan seorang hamba.

Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Seperti yang dijelaskan Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa cinta adalah penggerak amal. Setiap kali cinta itu kuat pada jiwa seseorang, maka gerakannya akan semakin kuat, apapun jenisnya.

Begitu juga ketika pada amal shaleh yang merupakan keridhaan Al-Amhbuub Allah ﷻ. Cinta merupakan mesin penggerak amal.

📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Adanya tindakan yang dipilih adalah karena adanya sebab, yaitu cinta dan keinginan. Adapun tidak adanya tindakan, maka terkadang dikarenakan tidak adanya sebab, namun terkadang disebabkan oleh kebencian yang mencegah tindakan tersebut.

Inilah letak keterkaitan perintah dan larangan yang dinamakan dengan al-kaffu (menahan diri), sekaligus tempat keterkaitan pahala dan hukuman. Dengan penjelasan ini hilanglah kerancuan dalam masalah at-tarki (meninggalkan atau tidak mengerjakan suatu perbuatan), apakah ia merupakan perkara yang ada (wujudi) ataukah tiada (adami)?

Penjelasan yang rinci dan tepat dalam masalah ini terfokus pada dua alasan, yakni seputar mengapa seseorang tidak mengerjakan suatu perbuatan. Jika dikarenakan tidak adanya sebab yang mengarah kepada hal itu, maka ia adalah perkara yang tiada (adami). Namun, jika disebabkan oleh adanya sebab yang mencegah tindakan tersebut, maka ia merupakan perkara yang ada (wujudi).

Contoh:

Seseorang yang terhindar dari perbuatan zina bisa disebabkan oleh dua hal :
– Tidak adanya sebab, karena kesehariannya tidak ada hal yang membuatnya untuk berzina. Dari Rumah ke kantor tanpa wanita, pulang ke rumah dan ke masjid sebagai aktivitas rutin harian.
– Seseorang yang tinggal di sekitar tempat yang banyak godaan wanita, tetapi dia mampu menjaga dirinya. Inilah yang mendapatkan pahala yang lebih besar.

Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Ditutup Bab ini dengan penjelasan bahwa perbuatan itu tidak terjadi pada seorang hamba yaitu maksiat yang dilarang seorang hamba untuk mewujudkannya. Tidak dikerjakannya perbuatan itu baik perkara yang ada atau tidak ada.

Kadang-kadang tidak ada yang menuntut dia untuk melakukannya, contoh ada seseorang yang tidak terjatuh pada hal maksiat dan tidak ada sebab yang menyebabkannya mengerjakan maksiat. Dan ada yang menjumpai sebab, tapi dia meninggalkannya dari perbuatan maksiat. Apakah sama diantara keduanya sama? Tentu tidak.

Maka, jenis meninggkalkan suatu perbuatan ada dua:
– Adami: Meninggkalkan karena tidak ada. Tidak ada pahala padanya.
– Wujudi: Meninggalkan karena ada. Inilah yang disebut al-kaff (menahan diri). Adanya pahala karena ini bagian dari perbuatan.

Meninggalkan karena ingin mendekatkan diri kepada Allah ﷻ adalah perbuatan. Inilah yang disebut dalam hadits meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم