بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Syarh oleh: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullohu taala. (Bag. 65).
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, Ph.D Hafidzahullah
Al Khor, 4 Rabi’ul Akhir 1446 / 7 Oktober 2024 .
Video: Facebook Page assunnah Qatar
Cinta adalah Asal segala Amalan
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Jika cinta merupakan dasar seluruh amal, baik yang benar maupun yang salah, maka dasar perbuatan dalam agama adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dasar perkataan agama adalah membenarkan Allah dan Rasul-Nya. Setiap keinginan yang mencegah kesempurnaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, atau menyaingi kecintaan ini, atau kerancuan yang mencegah kesempurnaan pembenaran, maka ia bertentangan dengan pokok iman atau bahkan melemahkannya. Apabila hal ini menguat hingga menentang pokok kecintaan dan pembenaran, maka seseorang dianggap telah berbuat kufur dan syirik besar. Sekiranya tidak menentangnya, dia telah merusak kesempurnaan cinta dan pembenaran, sekaligus memberikan dampak negatif terhadapnya, berupa kelemahan dalam tekad dan pencarian, sehingga menghalangi orang yang melanjutkan perjalanan, menghalangi orang yang melakukan pencarian, dan memutarbalikkan orang yang berkeinginan.
Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Pasal ini merupakan dasar yang penting dari segala hal mahabah, dan bahwasanya kecintaan itu menggerakkan suatu amalan apapun bentuknya. Apabila yang tegak adalah kecintaan yang benar yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, mencintai apa yang dicintai-Nya maka akan menggerakkan hati untuk mengerjakan amalan-amalan shaleh. Namun sebaliknya, jika berlainan maka hati yang disibukkan dengan syahwat dan bergantung padanya maka yang bergerak adalah mengikuti syahwat.
Oleh karena itu orang terbagi menjadi dua : yang mengikuti petunjuk dan mengikuti hawa nafsu. Maka orang yang mengikuti petunjuk ada kecintaan yang benar dan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu ada kecintaan yang menyimpang. Oleh karena itu tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba untuk menyucikan jiwanya yang mengarah kepada amalan-amalan shaleh yang dengannya akan mendapatkan cinta Allah ﷻ.
Telah sering dibahas, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, ‘Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Untuk merusak kebenaran bisa masuk lewat pintu syubhat dan syahwat yang dapat merusak amal perbuatan seseorang. Maka keinginan syahwat dan kelezatan yang diharamkan bertentangan dengan pokok dasar iman.
Apabila syubhat dan syahwat kuat, maka dia bisa jatuh kepada kesyirikan. Tergantung dari tingkat kekuatannya. Efek pembenaran pada sisi mahabah. Jika tidak sampai pada sisi kekufuran, maka dia akan jatuh pada kemaksiatan.
Maka jangan sampai kecintaan kita kepada isteri, anak-anak dan harta melebihi kecintaan kita kepada Allah ﷻ.
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Oleh sebab itu, loyalitas tidak akan benar tanpa adanya permusuhan. Hal ini sebagaimana firman Allah tentang imam orang-orang yang hanif (lurus) dan cinta kepada Allah, bahwasanya beliau berkata kepada kaumnya:
قَالَ اَفَرَءَيۡتُمۡ مَّا كُنۡتُمۡ تَعۡبُدُوۡنَۙ ٧٥ اَنۡـتُمۡ وَاٰبَآؤُكُمُ الۡاَقۡدَمُوۡنَ ۖ ٧٦ فَاِنَّهُمۡ عَدُوٌّ لِّىۡۤ اِلَّا رَبَّ الۡعٰلَمِيۡنَۙ ٧٧
Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? sesungguhnya mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Tuhan seluruh alam, (QS. Asy-Syu’araa’: 75-77)
Loyalitas kekasih Allah ﷻ (Ibrahim) tersebut tidak menjadi benar, melainkan dengan menyatakan permusuhan tadi. Sebab, tidak ada loyalitas selain karena Allah. Tidak ada pula loyalitas karena Allah, kecuali dengan berlepas diri dari segala sembahan selain Nya.
Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Loyalitas tidak menjadi benar, melainkan dengan menyatakan permusuhan, maka loyalitas mengandung dua unsur: Nafi dan isbat. Nafi adalah membersihkan hati dari selain Allah. Isbat adalah menetapkan di dalam hati hanyalah Allah.
Oleh karena itu kalimat yang dijadikan khalilullah tetap pada kalimat Allah ﷻ dan berlepas diri dari musuh-musuh Allah ﷻ.
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ…
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS Al – Mumtahanah :4)
Dalam ayat lainnya:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ. إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهْدِينِ. إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهْدِينِ
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (Zuhruf ayat 26-28).
Maksudnya, Ibrahim menjadikan loyalitas karena Allah dan berlepas diri dari setiap sembahan selain-Nya sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya, yang terus diwariskan oleh para Nabi dan pengikutnya, dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain. Yang dimaksud ialah kalimat: Laa Ilaaha illallah (Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah). Inilah yang diwariskan oleh imam orang orang yang hanif kepada para pengikut beliau sampai datangnya hari Kiamat.
Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Beliau menjelaskan prinsip dasar tazkiyatun-nufus:
- Tazkiyah: menanggalkan segala hal yang menyimpang dari syariat Allah subhanahu wa ta’ala apabila hal itu ada pada diri kita, dengan cara menjauhi segala maksiat, dari yang terbesar—yaitu syirik kepada Allah subhanahu wa ta’ala—, yang di bawahnya, sampai kepada hal-hal yang makruh.
- Tahliyah ialah menghiasi diri dengan banyak amal saleh; dari yang terbesar, yaitu menauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala sampai yang terkecil, yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.
Yaitu dengan prinsip : shidqul mahabbah (benar dalam kecintaan), shidqul tasdiq (benar dalam pembenaran) dan Shidqul tawakkul (benar dalam tawakkal). Tidak ada wala’ kecuali dengan bara’ (berlepas diri), cinta karena Allah dan benci karena Allah, yaitu mencintai dan memberikan wala’ (loyalitas) kepada kaum Mukminin, membenci kaum musyrikin dan orang-orang kafir serta berpaling (bara’) dari mereka.
Siapa yang beramal shaleh dan keyakinan yang benar, maka ia telah dapatkan warisan nabi Ibrahim alaihissalam.
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Dengan kalimat tauhid inilah, bumi dan langit dapat tegak. Dan dengannya Allah menjadikan fitrah seluruh makhluk. Dan dengannya pula agama dan kiblat itu dibangun, serta pedang-pedang jihad dihunus. Ia adalah murni hak Allah atas seluruh hamba Nya, sekaligus merupakan kalimat yang melindungi darah, harta, dan keturunan di kehidupan dunia, kemudian menyelamatkan manusia dari siksa kubur dan Neraka. Ia adalah lembaran terbuka yang seseorang itu tidak akan masuk Surga, melainkan dengannya. Ia adalah tali yang jika seseorang yang tidak berpegang dengannya, niscaya dia tidak akan sampai kepada Allah. Ia adalah kalimat Islam dan kunci pembuka Surga yang penuh keselamatan. Dengannya, manusia terbagi menjadi orang yang sengsara, bahagia, diterima, ataupun ditolak. Dengannya juga, negeri kekufuran terpisah dengan negeri keimanan, serta terbedakan antara negeri kenikmatan dengan negeri kesengsaraan dan kehinaan. Ia adalah tiang yang mengandung perkara yang wajib sekaligus yang sunnah.
Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Dan dia adalah kalimat Laa Ilaaha illallah (Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah) yang diwariskan nabi Ibrahim (Dakwah tauhid), maka semua orang harus paham segala konsekuensinya. Dengan kalimat tauhid inilah, bumi dan langit dapat tegak. Dan dengannya Allah menjadikan fitrah seluruh makhluk.
Kajian 11 Rabi’ul Akhir 1446 / 14 Oktober 2024 .
🎞️ Video Facebook Page Assunnah Qatar
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Allah ﷻ berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ. إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهْدِينِ. وَ جَعَلَهَا كَلِمَةًۢ بَاقِيَةً فِىۡ عَقِبِهٖ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku“. (Zuhruf ayat 26-28).
Maksudnya, Ibrahim menjadikan loyalitas karena Allah dan berlepas diri dari setiap sembahan selain-Nya sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya, yang terus diwariskan oleh para Nabi dan pengikutnya, dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain. Yang dimaksud ialah kalimat: Laa Ilaaha illallah (Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah). Inilah yang diwariskan oleh imam orang orang yang hanif kepada para pengikut beliau sampai datangnya hari Kiamat.
🏷️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Tauhid inilah yang menjadi warisan nabi Ibrahim alaihissalam, demikian juga warisan Nabi ﷺ dan para nabi lainnya. Kalimat tauhid inilah yang menjadikan para nabi di utus, kalimat tauhid inilah yang menjadikan surga dan neraka dibuat dan kalimat tauhid inilah yang menjadi tujuan manusia diciptakan.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia dan Allah mengutus semua rasul untuk menyeru kepada tujuan tersebut. Tujuan tersebut adalah menyembah Allah yang mencakup berilmu tentang Allah, mencintaiNya, kembali kepadaNya, menghadap kepadaNya dan berpaling dari selainNya.
Kalimat Laa Ilaaha illallah inilah yang bagi siapa saja diberikan perhatian dari sisi ucapan, pemahaman dan pengamalan konsekuensi kalimat ini maka, dialah pewaris para nabi.
Kita lihat seseorang yang mendapatkan warisan harta dari orang tuanya tentu akan merasa senang, sementara kalimat tauhid merupakan warisan yang agung dari Khalilulah nabi Ibrahim. Maka siapa yang mendapatkan warisan dari beliau, dia telah mendapatkan warisan yang besar dan mulia yang tidak sebanding dengan dunia dan seisinya.
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Dengan kalimat tauhid inilah, bumi dan langit dapat tegak. Dan dengannya Allah menjadikan fitrah seluruh makhluk. Dan dengannya pula agama dan kiblat itu dibangun, serta pedang-pedang jihad dihunus. Ia adalah murni hak Allah atas seluruh hamba Nya, sekaligus merupakan kalimat yang melindungi darah, harta, dan keturunan di kehidupan dunia, kemudian menyelamatkan manusia dari siksa kubur dan Neraka. Ia adalah lembaran terbuka yang seseorang itu tidak akan masuk Surga, melainkan dengannya. Ia adalah tali yang jika seseorang yang tidak berpegang dengannya, niscaya dia tidak akan sampai kepada Allah. Ia adalah kalimat Islam dan kunci pembuka Surga yang penuh keselamatan.
Dengannya, manusia terbagi menjadi orang yang sengsara, bahagia, diterima, ataupun ditolak. Dengannya juga, negeri kekufuran terpisah dengan negeri keimanan, serta terbedakan antara negeri kenikmatan dengan negeri kesengsaraan dan kehinaan. Ia adalah tiang yang mengandung perkara yang wajib sekaligus yang sunnah.
🏷️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Di dalam sebuah hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman,
إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا
“Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hunafa’ (Islam) semuanya. Kemudian setan datang. Lalu memalingkan mereka dari agama mereka, mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangannya.” (HR. Muslim no. 2865)
Allah Ta’ala mengabarkan dalam hadis qudsi ini bahwa kita pada asalnya diciptakan dalam keadaan hunafa’. Makna (hunafa’) adalah dalam keadaan Islam sebagaimana penjelasan An-Nawawi Rahimahullah (lihat Syarh Shahih Muslim, 9: 247). Kemudian setan dari kalangan jin dan manusialah yang menjadikan manusia berubah fitrahnya.
Demikian juga Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : (yaitu) “hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” ... (HR Bukhari Muslim).
Tidak ada yang bisa masuk surga tanpa kalimat tauhid karena kalimat inilah yang menjadi kunci surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ شَهَادَةٌ أَنْ لَا إِلهَ إلَّا الله
“Kunci surga adalah bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah” (HR. Ahmad).
Kalimat tauhid mampu menjaganya di dunia dan di akhirat. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 36:
﴿وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ… [ النحل: 36]
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Dengan kalimat tauhid, manusia terbagi menjadi dua golongan; sebagian mereka Allah beri petunjuk sehingga mereka mengikuti para rasul, dan sebagian mereka mengikuti jalan kesesatan sehingga mereka layak tersesat dan hidup menderita.
Kalimat Tauhid adalah tiang penyangga yang mengandung perkara yang wajib sekaligus yang sunnah. Apapun perkara agama, tidak akan tegak tanpa kalimat tauhid! Jika tidak ada penyangga, maka setiap amalan tidak ada gunanya. Pohon keimanan tidak akan tegak jika tanpa kalimat tauhid.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ibrahim Ayat 24:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
Tidakkah kamu tahu wahai rasul, bagaimana Allah membuat perumpamaan kaliamat tauhid (lailahaillalah) dengan satu pohon yang besar, yaitu pohon kurma, yang akarnya kuat menancap di dalam tanah, sedang bagian atasnya menjulang tinggi ke arah langit?
📖 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
”Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘laa ilaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
Jiwa dan rahasia kalimat ini adalah pengesaan Allah dengan kecintaan, pemuliaan, pengagungan, kekhawatiran, harapan, dan perkara-perkara lain yang mengikutinya; berupa tawakkal, taubat, keinginan, dan rasa takut.
Seorang hamba tidak mencintai selain-Nya. Segala sesuatu yang dicintai selain-Nya adalah karena mengikutik Kecintaan kepada-Nya dan merupakan sarana untuk tambah mencintai-Nya. Seorang hamba tidak khawatir kepada selain-Nya, tidak berharap kepada selain-Nya, tidak bertawakkal selain kepada-Nya, hanya menginginkan Allah, tidak takut selain kepada-Nya, hanya bersumpah dengan nama-Nya, tidak bernadzar selain kepada-Nya, hanya bertaubat kepada-Nya, tidak mentaati selain perintah-Nya, hanya mengharapkan ganjaran dari-Nya, tidak memohon pertolongan ketika terjadinya musibah selain kepada-Nya, hanya bersandar kepada-Nya, tidak sujud selain kepada-Nya, serta hanya menyembelih untuk-Nya dan dengann ama-Nya.
Seluruh perkara ini terkumpul pada satu kalimat, yaitu: “Tidaklah disembah dengan semua macam ibadah, melainkan hanya Allah semata.” Inilah realisasi syahadat Laa Ilaha illallah.
🏷️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :
Maka kesimpulannya inilah semua ruh atau isi kalimat laa ilaaha illallaah, ini kalimat yang mengandung banyak makna yang paling mulia dan agung. Seseorang tidak termasuk ahli tauhid yang hanya mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah, tetapi harus tahu ilmunya, konsekuensi dari ucapan kalimat tauhid. Bukan hanya ucapan di mulut saja.
Dia berdo’a kepada Allah ﷻ, tetapi memalingkan sebagian ibadah kepada selain-Nya, maka ucapan itu tidak bermanfaat, karena itu adalah pembatalnya… Sebabnya karena dia ucap tanpa paham makna kalimat tauhid.
Maka, konsekuensi kalimat tauhid adalah mentauhidkan Allah ﷻ tanpa menyekutukan-Nya. Kalimat ini menihilkan hak peribadahan yang sejati dari selain Allah dan menetapkannya hanya untuk Allah semata.
Semoga Allah Ta’ala menjaga kita untuk istiqomah dalam beribadah dan mentauhidkan Nya. Aamiin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم