Ustadz Syukron Khabiby

Kumpulan Kajian Rutin bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc, M.Pd Hafidzahullah

Menyia-nyiakan Masa Muda

Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits: Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : [Salahsatunya] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu… Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, maksudnya: “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.”

Berbicara tentang pemuda dalam Islam berarti berbicara masalah kekuatan besar, barisan terdepan dan pemimpin dalam perubahan sebuah masyarakat. Pemuda adalah salah satu faktor terbesar kebaikan atau kerusakan sebuah negeri.

Masa muda adalah masa-masa dimana usia paling produktif bagi setiap orang. Apalagi dengan fisiknya yang segar bugar tentu semakin produktif. Oleh karena itu selagi masa muda harus banyak dimanfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaat. Perbanyak melakukan kebaikan dan beramal sholih. Karena ketika datang masa tua, segala aktifitas kita akan terbatas dengan fisik kita yang mulai lemah.

Di negeri kita banyak generasi muda yang terpengaruh dengan Syubuhat dan syahwat. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor…

Kajian dimulai dengan memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang Allâh ﷻ karuniakan kepada kita semua, sehingga kebaikan sampai kepada kita semua. Kebaikan adalah hal-hal yang dibenci setan, karena setan adalah musuh yang nyata manusia.

📖 Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fathir ayat 6:

اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ

Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.

Sungguh setan adalah musuh kalian, maka musuhilah dia sebagaimana mereka memusuhi kalian, yaitu dengan menyelisihi dan tidak menuruti godaannya, serta berhati-hati dari tipu dayanya agar kalian tidak terjerumus ke dalam tipuannya. Dia tidak memiliki tujuan lain selain menggiring pengikutnya agar menjadi penghuni neraka selama-lamanya.

📖 Setan telah berjanji:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [Al-A’râf/7:16-17]

Allah ta’ala telah menjelaskan gelaran, bagi siapa yang dicintai Allâh ﷻ sebagai Aulia (Wali-wali). Dalam al Qur’an surat Yunus ayat 62-63, Allah telah menjelaskan definisi wali Allah,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”

Banyak yang salah paham mengartikan wali Allâh ﷻ. Di masyarakat banyak yang menafsirkan sebagai wali Allâh ﷻ sebagai sesuatu hal yang di luar nalar, bahkan orang gila pun dianggap sebagai wali Allâh ﷻ.

Berdasarkan kriteria yang disebutkan dalam ayat di atas, Imam Abu Ja’far At-Thahawi memberikan sebuah kaidah:

والمؤمنون كلهم أولياء الرحمن، وأكرمهم عند الله أطوعهم وأتبعهم للقرآن

“Setiap mukmin adalah wali Allah. Dan wali yang paling mulia di sisi Allah adalah wali yang paling taat dan paling mengikuti Al Qur’an. (Aqidah Thahawiyah).

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibn Katsir mengatakan:

يخبر تعالى أن أولياءه هم الذين آمنوا وكانوا يتقون، كما فسرهم ربهم، فكل من كان تقيا كان لله وليا

“Allah mengabarkan bahwa wali-wali-Nya adalah setiap orang yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana yang Allah jelaskan. Sehingga setiap orang yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/278).

Hadits ke-61 | Bab: Haramnya Membunuh Orang Kafir sesudah Mengucap Laa ilaaha Illallaah

Al-Miqdad bin Al-Aswad Radhiyallahu’anhu bertanya kepada Nabi ﷺ : “Bagaimana pendapatmu jika aku berhadapan dengan orang kafir dalam peperangan lalu ia menebas tanganku dengan pedang hingga patah, lalu ia berlari dan berlindung di belakang pohon dan berkata: Aku Islam kepada Allah, apakah boleh kubunuh ya Rasulullah? Nabi ﷺ menjawab: ‘Jangan engkau bunuh.’ Al-Miqdad berkata: “Ya Rasulullah, dia telah memutuskan tanganku baru kemudian menyatakan Islam.” Nabi ﷺ bersabda: ‘Jangan engkau bunuh, maka jika engkau membunuhnya, ia akan berada pada keadaanmu sebelum engkau membunuhnya, dan engkau berada pada keadaannya sebelum dia menyatakan kalimat yang diucapkannya itu.’”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-64, Kitab Peperangan dan bab ke-156, bab tentang Khalifah telah menceritakan kepadaku)

Hadits di atas menjadi landasan jelas, bagi kelompok-kelompok yang menggampangkan membunuh orang lain meskipun kafir, jika sudah bersyahadat. Apalagi jika benar-benar Ahlul kiblah. Merekalah kelompok Khawarij yang disebut dalam hadits sebagai anjing-anjing neraka.

Istilah Anjing-anjing neraka ini terdapat dalam sebuah hadist Nabi, mereka adalah kelompok khawarij, para pemberontak yang mengatas namakan jihad di jalan Allah. Nabi Bersabda:

“Anjing-anjing neraka, (mereka) seburuk-buruk yang terbunuh di bawah kolong langit,dan sebaik-baik yang terbunuh adalah yang mereka bunuh.” Lalu Abu Umamah berkata: “Sekiranya aku tidak mendengar hadits ini (dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam) sekali, dua kali sampai tujuh kali, aku tidak akan memberitakannya kepada kalian”. (HR.Tirmidzi:3000).

Darah orang kafir yang telah menyerah dan berjanji masuk Islam, haram untuk dibunuh apatah lagi orang yang memeluk Islam dan melakukan Shalat.

Setelah memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang Allâh ﷻ karuniakan kepada kita semua, kita berdoa agar Allâh ﷻ memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kita.

Pada pertemuan lalu telah dijelaskan sifat-sifat orang yang bertaqwa yang dijelaskan dalam awal Surat Al-Baqarah ayat 3-4:

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

▪️ Sifat-sifat Orang yang beruntung dalam ayat ini adalah:

1. Beriman kepada perkara Ghaib: yaitu segala sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera dan tersembunyi, yang diberitakan oleh Allah atau Rasulullah seperti hari Akhir, surga dan neraka, hisab, mizan dan lainnya.

2. Mendirikan shalat : yakni menunaikannya sesuai ketentuan syariat yang meliputi syarat, rukun, wajib dan sunnahnya.

Dalam sebuah hadits, dijelaskan bahwa sholat lima waktu ibarat seseorang mandi membersihkan diri lima kali sehari.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)

“Amal ibadah yang pertama yang akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya yang lain dan jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain [HR Thabrani, dishahihkan oleh syaikh Albani].

📖 Hadits ke-55 | Bab: Dosa-dosa Besar (Membunuh).

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الكَبَائِرِ، قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ»

55. Anas Radhiyallahu’anhu berkata: “Ketika Nabi ﷺ ditanya tentang dosa-dosa besar, maka beliau menjawab: ‘Syirik (mempersekutukan Allah), durhaka pada kedua orang tua, menghilangkan jiwa (manusia), dan saksi palsu.'”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-52, Kitab Kesaksian dan bab ke-10, bab apa yang dikatakan dalam hal kesaksian palsu)

📖 Hadits ke-56 | Bab: Dosa-dosa Besar

عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: “اجتنبوا السبع المُوبِقَات، قالوا: يا رسول الله، وما هُنَّ؟ قال: الشركُ بالله، والسحرُ، وقَتْلُ النفسِ التي حَرَّمَ الله إلا بالحق، وأكلُ الرِّبا، وأكلُ مالِ اليتيم، والتَّوَلّي يومَ الزَّحْفِ، وقذفُ المحصناتِ الغَافِلات المؤمنات.

56. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: “Nabi ﷺ bersabda: ‘Tinggalkanlah tujuh dosa yang dapat membinasakan.’ Sahabat bertanya: Apakah itu ya Rasulullah?’ Nabi i menjawab: ‘1) Syirik (mempersekutukan Allah), 2) berbuat sihir (tenung), 3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, 4) makan harta riba, 5) makan harta anak yatim, 6) melarikan diri dari medan perang, 7) dan menuduh zina wanita mukminah yang baik.'” (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-55, Kitab Wasiat dan bab ke-23, bab firman Allah: “Sesungguhnya orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim…”)

Hadits ke-54 | Bab: Dosa-dosa Besar dan yang Paling Besar (Lanjutan) 

عن أبي بَكْرَةَ- رضي الله عنه – عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «أَلا أُنَبِّئُكم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِر؟»- ثَلاثا- قُلْنَا: بَلى يا رسول الله، قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِالله وَعُقُوقُ الوالدين، وكان مُتَّكِئاً فَجَلس، وَقَال: ألا وَقَوْلُ الزور، وَشهَادَةُ الزُّور»، فَما زال يُكَرِّرُها حتى قُلنَا: لَيْتَه سَكَت.
[صحيح] – [متفق عليه]

54. Abu Bakrah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan dari Nabi – ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Kami menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “(Yaitu) menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau pada waktu itu bersandar, lalu duduk kemudian meneruskan sabdanya, “Ingatlah juga perkataan palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Andai saja beliau diam (berhenti).”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-52, Kitab Kesaksian dan bab ke-10, bab apa yang dikatakan dalam hal kesaksian palsu) Maksudnya: Nabi ﷺ benar- benar minta perhatian terhadap hal yang biasanya diremehkan oleh masyarakat karena dianggap sepele.

🏷️ Syarah Hadits: (Lanjutan)

Termasuk Dosa besar: Durhaka kepada Orang Tua

▪️Besarnya hak kedua orang tua karena Rasul -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- menggandengkannya dengan hak Allah -Ta’ālā-. Ketaatan kepada orang tua setelah ketaatan kepada Allâh ﷻ dan Rasul-Nya. Kita diperintahkan untuk berbakti kepada orang tua baik masih hidup atau telah mati.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali (QS Luqman ayat 14).

Hakikat Orang Yahudi: Paling Memusuhi Islam, Suka bertanya, Takut Mati dan Pembunuh Para Nabi

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 89:

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا عَلَيْهِمْ مِّنْ اَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيْدًا عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِۗ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).

Dan Kami menurunkan al-Qur’an kepadamu sebagai penjelasan yang jelas atas segala sesuatu yang butuh penjelasan, sebagai hidayah dari kesesatan bagi hati, rahmat bagi orang-orang beriman, dan penyampai kabar gembira berupa surga bagi orang-orang yang memeluk Islam dan mendapat petunjuk.

▪️ Kaum Yahudi memiliki sikap paling keras permusuhannya terhadap umat Islam. (QS: al-Maidah [5]: 82).

Karena itu, kaum Muslimin hendaknya memahami sifat asli kaum Yahudi agar tidak mudah tertipu dengan tipu muslihatnya. Dan, hal ini telah diuraikan dalam Al-Quran.

۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ۔

Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri. (QS Al-Ma’idah ayat 82).

Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Muhammad Fu’ad Abdul Baqi
(Kumpulan hadits yang disepakati Bukhari Muslim)

📖 Hadits ke-54 | Bab: Dosa-dosa Besar dan yang Paling Besar

عن أبي بَكْرَةَ- رضي الله عنه – عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «أَلا أُنَبِّئُكم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِر؟»- ثَلاثا- قُلْنَا: بَلى يا رسول الله، قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِالله وَعُقُوقُ الوالدين، وكان مُتَّكِئاً فَجَلس، وَقَال: ألا وَقَوْلُ الزور، وَشهَادَةُ الزُّور»، فَما زال يُكَرِّرُها حتى قُلنَا: لَيْتَه سَكَت.
[صحيح] – [متفق عليه]

54. Abu Bakrah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan dari Nabi – ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Kami menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “(Yaitu) menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau pada waktu itu bersandar, lalu duduk kemudian meneruskan sabdanya, “Ingatlah juga perkataan palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Andai saja beliau diam (berhenti).”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-52, Kitab Kesaksian dan bab ke-10, bab apa yang dikatakan dalam hal kesaksian palsu) Maksudnya: Nabi ﷺ benar- benar minta perhatian terhadap hal yang biasanya diremehkan oleh masyarakat karena dianggap sepele.

🏷️ Syarah Hadits:

▪️Di antara pelajaran dari hadis ini yaitu menyampaikan hukum-hukum syariat dengan metode tawaran, “Maukah kalian aku kabari?”

▪️ Kesyirikan kepada Allah adalah dosa paling besar karena Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- meletakkannya di bagian paling pertama dan paling besar di antara deretan dosa-dosa besar. Hal ini dipertegas oleh firman Allah -Ta’ālā-, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni perbuatan syirik kepada-Nya dan akan mengampuni yang lainnya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS An-Nisa ayat 48).

Dalam Islam, syirik dianggap sebagai dosa besar yang paling serius dan tidak dapat dimaafkan, jika belum bertaubat sebelum meninggal. Meskipun jika dikatakan sebagai syirik kecil.

Hadits ke-53: Bab – Syirik (Mempersekutukan Allâh ﷻ) adalah Dosa Terbesar

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أيُّ الذنب أعظم؟ قال: «أن تجعل لله نِدًّا، وهو خَلَقَكَ» قلت: ثم أَيُّ؟ قال: «ثم أن تقتل ولدك خَشْيَةَ أن يأكل معك» قلت: ثم أَيُّ؟ قال: «ثم أن تُزَانِي حَلِيْلَةَ جَارِكَ».

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma berkata: “Aku bertanya kepada Nabi tentang dosa apakah yang terbesar di sisi Allah?” Nabi ﷺ menjawab: “Jika mempersekutukan Allah, padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” Aku bertanya lagi: “Lalu apa lagi?” Jawab Nabi ﷺ “Jika engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu (khawatir tidak mampu memberi makan).” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Nabi ﷺ menjawab: “Berzina dengan isteri tetanggamu.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-65, Kitab Tafsir pada tafsir surat Al-Baqarah, bab ke-3, bab firman Allah: “Karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” )

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya.

Perbuatan syirik selalu dianggap enteng oleh kaum muslimin. Banyak yang menganggap ini hal yang ringan.