Kajian Rutin

Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Adapun orang yang mengatamkan Alquran dalam satu raka’at tidak terhitung banyaknya. Di antara orang-orang terdahulu adalah Utsman bin Affan, Tamim Ad-Daariy dan Said bin Jubair yang mengkhatamkan dalam setiap raka’at di Ka’bah.

Adapun orang-orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam seminggu banyak jumlahnya. Hal itu diriwayatkan dari Utsman bin Affan Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab radhiyallahu anhum dan dari sejumlah tabi’in seperti Abdurrahman bin Yazid, Alqamah dan Ibrahim rahimahumullah.

Pendapat yang terpilih ialah hal itu berbeda-beda menurut perbedaan orang-orangnya. Barangsiapa yang ingin merenungkan dan mempelajari dengan cermat, hendaklah ia membatasi pada kadar yang menimbulkan pemahaman yang sempurna atas apa yang dibacanya.

Tinggal menunggu hitungan hari kita akan memasuki bulan penuh barokah, Ramadhan mubarok. Selayaknya kita mempersiapkan segala bekal yang diperlukan dalam menyambut bulan mulia ini. Selayaknya musafir, tentu akan berbekal dalam menyambut perjalanan yang jauh.

Maka, persiapkanlah segala sesuatunya guna persiapan hidup yang kekal di akhirat kelak. Karena kehidupan dunia hanya sementara. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceirtakan tentang keluarga Fir’aun yang beriman yang mengatakan:

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. Ghâfir/al-Mukmin/40:39)

Jika orang yang berakal dihadapkan dalam permasalahan yang mengandung maslahat dan mudharat, maka ia wajib melakukan dua perkara:

Perkara yang sifatnya keilmuan.
Perkara yang sifatnya amal perbuatan.

Perkara yang sifatnya keilmuan adalah mencari yang paling kuat antara maslahat dan mudharat. Apabila sudah jelas mana perkara yang paling benar, maka seseorang wajib mengutamakan perkara yang terbaik (maslahat) untuknya. Termasuk perkara yang sudah jelas diketahui ialah cinta semu tidak mengandung maslahat, baik dari segi agama maupun dunia. Bahkan, kerusakannya jauh berkali-kali lipat lebih besar daripada kemaslahatannya.

Di antara hukum-hukum yang terkait dengan shalat berjama’ah adalah, bahwasanya haram hukumnya bagi orang yang bukan imam resmi di sebuah masjid, mengimami jama’ah di masjid tersebut, kecuali atas seizin imam sesungguhnya, atau karena imam yang bersangkutan berhalangan.

Dalam Sbahiih Muslim dan yang lainnya disebutkan: dan seorang tidak boleh mengimani orang lain dalam wilayah kekuasaannya… Kecuali atas seizinnya.

(HR. Muslim dari Abu Mas’ud al-Anshari (no.673 (1532)) Il:77 kitab al-Masajid, bab 53).

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ قَالَ: “بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا“، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدً

“Jika salah seorang dari kalian ketika mendatangi istrinya (berhubungan intim) mengucapkan do’a:

Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa

‘Bismillah, ya Allah jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau rezekikan kepada kami.’ Lalu dari hubungan itu lahir seorang anak, maka syetan tidak akan membahayakannya selamanya.” (HR Bukhari no. 141, dan Muslim no. 1434)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketika Allah menciptakan semua makhluk, maka ditulislah olehNya dalam suatu kitab, maka kitab itu ada di sisiNya di atas ‘Arasy, yang isinya: Bahwasanya kerahmatanKu itu dapat mengalahkan kemurkaanKu.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Telah mengalahkan kemurkaanKu” dan dalam riwayat lainnya lagi disebutkan: “Telah mendahului kemurkaanKu.” -maksudnya bahwa kerahmatan itu jauh lebih besar daripada kemurkaanNya. (Muttafaq ‘alaih)

Keterangan:

Maksudnya “KerahmatanKu itu mengalahkan atau mendahului kemurkaanKu” itu ialah bahwa kemurkaan Allah Ta’ala ataupun keridhaanNya itu kembali kepada pengertian iradah yakni kehendak Allah sendiri. Jadi sudah menjadi kehendak Allah bahwa pahala itu tentulah diberikan kepada orang yang mentaatiNya, sedangkan seorang hamba Allah yang memperoleh kemuliaan dari Allah itu berarti mendapatkan keridhaan serta kerahmatanNya. Sebaliknya jika Allah berkehendak menyiksa orang yang melakukan kemaksiatan itupun sudah sepatutnya, sedang kehinaan yang diterima oleh manusia semacam itulah yang dinamakan kemurkaan Allah. Jadi pengertian mendahului dan mengalahkan di sini ialah karena banyaknya kerahmatan dan apa saja yang terkandung dalam makna rahmat atau kasih sayang Allah itu.

Termasuk dalam hal ini bahwa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu memerintahkan menebang pohon yang di bawahnya pernah dilakukan bai’at oleh nabi, ia juga memerintahkan agar kuburan Danial (Nabi di zaman Bani Israil) disembunyikan, untuk menutup berbagai sarana menuju syirik dan fitnah. Beliau Radhiyallahu Anhu juga melarang sengaja shalat di tempat-tempat yang dahulu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam beristirahat dalam perjalanannya, seraya berkata, “Apakah kalian ingin menjadikan bekas-bekas jejak nabi-nabi kalian sebagai tempat ibadah? (Akan tetapi) siapa yang mendapati waktu shalat di sana, hendaknya ia shalat, jika tidak maka jangan lakukan.”

Ghuluw ( sikap berlebihan ) terhadap ahli ilmu dan orang shalih, sebagaimana firman Allah :

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ

” Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar “. ( QS. an-Nisa : 171 ).

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Al-Khor, 13 Sya’ban 1446 / 12 Februari 2025. Kajian Ke-27 | Bab 5: Adab-Adab Pembawa Al-Qur’an. Dianjurkan Menjaga Tilawah dan Hafalan Bacaan Al-Qur’an Banyak kisah-kisah dan contoh-contoh teladan para salaf dalam kehidupan dan […]

Allah memerintahkan kita agar memanfaatkan nikmat dunia yang Allah berikan, untuk meraih kemuliaan akherat. Renungkanlah firman-Nya:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Carilah negeri AKHERAT pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).

Dalam bab ini terdapat delapan pembahasan materi