Daurah Ramadhan

Apa saja yang menimpa kita baik musibah pada diri atau harta, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan maksiat dari tangan kita sendiri, dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan dan tidak menghukum karenanya. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Asy-Syura Ayat 30:

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Dampak dosa-dosa yang kita lakukan adalah musibah yang kita terima, hal ini adalah karunia Allah ﷻ sebagai pembersih sebelum akibatnya di akhirat.

Seorang muslim tidak hanya mempelajari yang baik-baik saja. Namun hendaknya ia dalam hidupnya juga mempelajari kejelekan. Bukan berarti ia ingin melakukannya, namun justru untuk ia hindari.

Lihatlah seorang sahabat yang mulia yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman, begitu semangat mengenali kejelekan, di samping ia juga paham amalan baik. Hudzaifah berkata, “Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya.” ( HR. Bukhari no. 3411 dan Muslim no. 1847)

⚠ Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh banyak orang.

Tujuan berpuasa adalah menjadi muslim yang bertakwa. Dan orang yang bertakwa berasal dari hati yang sehat.

Orang-orang yang menjaga hati adalah orang yang berbahagia. Dia akan menjaga hati agar tetap lurus. Karena hati selalu berbolak balik.

Maka kita harus selalu berdo’a, Sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam agama-Mu.” (HR. An-Nasai)

Berkumpul bersama dengan anggota keluarga adalah cita-cita setiap keluarga, baik di dunia apalagi di akhirat.

Akan tetapi sejarah melukiskan kisah nabi Nuh alaihissalam yang berpisah dengan anaknya. Sementara Fir’aun meskipun kejam memiliki isteri shalehah yang keduanya tidak bisa berkumpul di akhirat. Demikian juga nabi luth dan isterinya pun tidak bisa berkumpul di akhirat.

Ketiganya tidak bisa bersama karena kekafiran mereka. Dihalangi oleh tabir keimanan.

Beberapa ayat dalam Al-Qur’an menjelaskan berkumpulnya anggota keluarga di akhirat kelak.

Inilah asset yang terbaik!

Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 dalam al-Fawâid al-Mantsûrah membawakan beberapa hadits berikut:

Dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan, ” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya (yaitu) : Orang yang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal.

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astâr, hlm. 149. hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam shahihul Jami’, no. 3602.

Juga hadits dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Ada empat hal yang pahalanya tetap mengalir bagi pelakunya setelah meninggalnya (yaitu) orang yang meninggal saat menjaga perbatasan dalam jihad fi sabilillah, orang yang mengajarkan ilmu dia akan tetap diberi pahala selama ilmunya itu diamalkan; Orang yang bersedekah maka pahalanya akan tetap mengalir selama sedekah itu masih ada; dan orang yang meninggalkan anak shalih yang mendo’akannya [HR. Ahmad (5/260-261); ath-Thabrani, no. 7831. Hadits ini dinilai hasan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahîh al-Jâmi, no. 877].

Unsur-unsur yang dapat memperbaiki nila ibadah:

1. Ikhlas karena Allah ﷻ

2. Perasaan Mahabah (cinta kepada Allah) Roja’ (harapan) dan hauf (takut)

3. Ittiba’ kepada Rasulullah ﷺ

4. Menuntut Ilmu Syar’i

Wajib bagi muslim dan muslimah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

“Ilmu adalah mengetahui secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan hakikatnya.” (Syarah Utsul Tsalatsah – Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin)

Peranan Akidah bagi Kehidupan seorang Muslim

1. Mereka adalah para ahli tauhid yang murni yang Allah telah menjanjikan atas mereka keamanan.

Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ

“Orang-orang yang BERIMAN dan tidak mengotori imannya dengan kezaliman (kesyirikan), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan KEAMANAN..” [Al-An’am: 82].

2. Mendatangkan Keamanan bagi Negara

Ahli Tauhid akan menjadi sebab kemenangan negeri kaum muslimin. Imam Ad-Dhahni dalam kitab As-Siyam menukil pernyataan Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu: kita adalah kaum yang Allah ﷻ muliakan dengan Islam maka siapa saja yang mencari kemuliaan selain dari Islam, maka Allah ﷻ akan hinakan mereka.

Di zaman ini, kehidupan manusia hampir tidak pernah lepas dari sosial media (sosmed). Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala berkata, zaman dulu seseorang yang ingin selamat dari fitnah dianjurkan tinggal di rumah, namun di zaman sekarang, fitnah bisa dengan mudah masuk ke kamar-kamar kaum muslimin.

Sosial media merupakan sebuah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern. Mulai dari Facebook, Twitter, WA, Line, Telegram dan seterusnya. Seseorang dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang yang sangat jauh sekalipun melalui sosial media. Oleh karena itu sebagai seorang muslim sudah sepantasnya mengetahui beberapa adab bersosial media. Berikut diantaranya:

1. Pasang Niat yang benar

Maksudnya hendaklah seorang muslim ketika dia akan menggunakan sosial media berniat yang baik dan bukan sebagai sarana untuk menyalurkan kemaksiatan. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya amal tergantung niatnya dan bagi seseorang apa yang dia niatkan” [HR. Bukhori no. 1, Muslim no. 1907.].

Diantara niat yang baik tersebut adalah untuk menyambung tali silaturahim dan menyambung ukhuwah Islamiyah. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia menyambung tali silaturahim” [HR. Bukhori no. 6138.].

Disarikan dari Kitab Jamiul Ulum Wal Hikam Karya Syihabuddin bin Ahmad Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullah Halaman 754-769 [Versi PDF download di sini]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ  عَنْهُمَـا ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَـا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، قَالَ : «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْـحَسَنَاتِ وَالسَّيِّـئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِـهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهُ اللّـهُ عَزَّوَجَلَّ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّـئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ؛ كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِهَـا فَعَمِلَهَا ، كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً ». رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِـيْ صَحِيْحَيْهِمَـا بِهَذِهِ الْـحُرُوْفِ

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan  barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” [HR. al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahiih mereka]

Telah Datang Pertolongan Allah ﷻ? Mana buktinya?…

Tatkala datang pertolongan Allah ﷻ maka umat Islam akan berbahagia. Kita lihat sejarah, Fathu Mekah datang pada 20 Ramadhan. Disaat negeri Mekah menolak kedatangan Rasul, kemudian datang pertolonganNya. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat an-Nasr:

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ ١

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan

وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ ٢

dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا ࣖ ٣

bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 214 Allah ﷻ berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.