Tazkiyatun Nufus

Termasuk tipu daya syetan yang menimpa orang-orang bodoh yaitu menimbulkan keragu-raguan pada mereka dalam bersuci dan shalat ketika hendak niat, sampai membuat mereka tertawan dan terbelenggu, serta mengeluarkan mereka dari mengikuti Sunnah Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bahkan salah seorang dari mereka dijadikan beranggapan bahwa apa yang ada dalam Sunnah belumlah cukup, sehingga harus ditambah dengan yang lain. Maka syetan menghimpun bagi mereka antara anggapan yang rusak ini berikut kelelahan yang dirasakannya dengan hilang atau berkurangnya pahala.

Tidak syak lagi, syetanlah yang menyerukan pada keragu-raguan ini. Orang-orang yang terjerumus padanya telah mentaati syetan, mengikuti perintahnya dan benci untuk mengikuti Sunnah dan jalan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sampai-sampai salah seorang dari mereka berpendapat, jika ia berwudhu atau mandi sesuai dengan wudhu dan mandi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam maka ia belum suci dan hadatsnya belum terangkat!

Termasuk tipu daya syetan yaitu ia memerintahkan manusia mengenakan pakaian yang satu, berseragam, berkeadaan dan berjalan dengan aturan tertentu, guru tertentu serta tarikat tertentu pula. Syetan menganjurkan mereka mentaati hal tersebut, sebagaimana ketaatan mereka terhadap hal-hal yang wajib. Maka mereka tidak keluar dari aturan main tersebut, lalu orang yang keluar daripadanya mereka sikapi dengan kejam dan mereka olok-olok, bahkan mungkin seseorang dari mereka menetapkan tempat tertentu untuk shalat, dan tidak mau shalat kecuali di tempat tersebut. Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang seseorang mengambil tempat tertentu untuk shalat sebagaimana unta mengambil tempat tertentu untuk dirinya. (Hadits shahih).

Demikian juga Anda melihat salah seorang dari mereka tidak shalat kecuali di atas sajadah, padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah shalat di atas sajadah. Juga tidak pernah digelarkan sajadah di hadapan beliau, tetapi beliau shalat di atas lantai, dan mungkin sujud di atas tanah, beliau juga shalat di atas tikar. Jadi beliau shalat di atas sesuatu yang sesuai dan cocok sebagai hamparan, jika tidak ada, maka beliau shalat di atas lantai.

Kedudukan manusia setelah mati kondisinya ada dua: Al-Mustarih wa Al-Mustaroh.

Al-Mustarikh merupakan isim fail (Pelaku) dari kata istarokha – yastarikhu bermakna istirahat.

Sedangkan Al-Mustaroh isim maf’ul yakni orang yang dijadikan orang lain beristirahat dari padanya.

Seorang muslim yang taat, suka beramal shaleh, berbuat baik dalam kehidupan, maka kematian baginya merupakan cara terbaik untuk beristirahat dari kelelahan dunia. (Al-Mustarikh). Tapi sebaliknya, para pecandu dosa, budak nafsu dan hawa, pelaku maksiat, orang zhalim justru kematiannya akan membuat alam sekitar merasa istirahat dari kebiadabannya (Al-Mustaroh).

Inilah sifat dunia, meletihkan dan melelahkan, maka kematian adalah istirahat bagi seorang muslim. Hingga nanti di surga, seseorang yang masuk surga akan lupa akan kelelahan yang terburuk yang pernah dialami selama di dunia.

Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa kaum muslimin berupa penderitaan, kesulitan dan kesempitan baik pada harta maupun keamanan, baik yang menyangkut pribadi ataupun sosial, sesungguhnya disebabkan oleh maksiat-maksiat yang mereka lakukan dan sikap mereka yang meninggalkan perintah-perintah Allah serta meninggalkan penegakkan syari’at Allah, bahkan mereka mencari-cari hukum di antara masyarakat dengan hukum selain dari syari’at Allah Yang telah menciptakan seluruh makhluk dan Yang paling sayang terhadap mereka daripada kasih sayang ibu-ibu dan bapak-bapak mereka dan Yang paling mengetahui kemaslahatan dan kebaikan bagi mereka daripada diri mereka sendiri.

Terdapat solusi dari pokok masalahnya (penyakit homoseks ini). Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia juga menurunkan obatnya.

Pembicaraan tentang terapi penyembuhan penyakit ini berkisar pada dua jalan berikut ini:

1. Mencegah faktor-faktor pendukungnya sebelum terkena penyakit ini.
2. Menghilangkan penyakit ini setelah terkena penyakit ini.

Keduanya merupakan perkara mudah bagi orang yang dimudahkan Allah. Sebaliknya, orang-orang yang tidak dibantu oleh Dia akan terhalang darinya. Sungguh, kendali dari seluruh perkara berada di tangan-Nya.

Jalan pencegahan dari timbulnya penyakit ini meliputi dua cara…..

Termasuk tipu daya syetan adalah ia membuat orang-orang yang suka menyendiri dan zuhud serta melakukan riyadhah (latihan bathin) menganggap baik terhadap perasaan dan kenyataan mereka, tanpa mencocokkannya dengan perintah Pembuat Syariat. Bahkan mereka berkata, “Jika hati selalu menjaga bersama Allah maka apa yang terlintas di hatinya serta suara batinnya akan selamat dari kesalahan.” Dan ini adalah tipu daya syetan yang paling nyata sekaligus berbahaya.

Sebab suara batin itu ada tiga macam:
▪️ Rahmaniyyah (berasal dari Allah)
▪️ Syaithaniyah (berasal dari syetan) dan
▪️Nafsaniyah (berasal dari keinginan nafsu), sebagaimana juga mimpi.

Betapa pun seorang hamba sampai pada tingkat tertinggi dalam hal zuhud dan ibadah maka ia tetap disertai syetan dan nafsunya, yang keduanya tak akan pernah meninggalkannya hingga ia meninggal dunia. Sedangkan syetan masuk kepadanya melalui aliran darah. Dan bahwa kemaksuman itu hanyalah bagi para rasul Allah, yang mereka itu merupakan perantara antara Allah dan para makhluk-Nya, dalam hal penyampaian perintah dan laranganNya, janji dan ancaman-Nya.

Menyamakan persetubuhan sesama pria dengan perbuatan lesbi yang dilakukan oleh kaum wanita termasuk qiyas yang salah. Sebab, tidak ada peristiwa “masuknya kemaluan” pada perbuatan lesbi. Lesbi itu setara dengan percumbuan antar pria yang tanpa disertai masuknya kemaluan.

Disebutkan dalam sebagian atsar yang marfu’ “Jika seorang wanita mendatangi wanita yang lain maka keduanya adalah pezina.”

———

Penggalan hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi (VIII/233), dari Abu Musa, dan beliau mendha’ifkan hadits ini dengan ucapannya, “Muhammad bin “Abdurrahman tidak saya kenal, hadits ini munkar dengan sanad ini.”

Hal ini dikomentari oleh penulis kitab al-Jauhar an-Naqi dengan menyatakan bahwa Muhammad adalah perawi yang dikenal, tetapi berada dalam kedustaan. Al-Hafizh Ibnu Hajar menjadikan kondisi ini sebagai cacat hadits tersebut dalam at-Talkhiisul Habiir (V/55).

——–

Namun, tidak terdapat hukuman hadd atas perbuatan ini, disebabkan tidak adanya peristiwa masuknya kemaluan. Meskipun demikian, perbuatan tersebut dikategorikan ke dalam zina yang bersifat umum, seperti halnya zina mata, tangan, kaki, dan mulut.

Kajian dimulai dengan memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang Allâh ﷻ karuniakan kepada kita semua, sehingga kebaikan sampai kepada kita semua. Kebaikan adalah hal-hal yang dibenci setan, karena setan adalah musuh yang nyata manusia.

📖 Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fathir ayat 6:

اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ

Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.

Sungguh setan adalah musuh kalian, maka musuhilah dia sebagaimana mereka memusuhi kalian, yaitu dengan menyelisihi dan tidak menuruti godaannya, serta berhati-hati dari tipu dayanya agar kalian tidak terjerumus ke dalam tipuannya. Dia tidak memiliki tujuan lain selain menggiring pengikutnya agar menjadi penghuni neraka selama-lamanya.

📖 Setan telah berjanji:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [Al-A’râf/7:16-17]

Karena hal ini, maka para ahli tentang hati menganjurkan agar setiap hamba berpaling dari ahli bid’ah, tidak usah mengucapkan salam kepada mereka, tidak perlu menampakkan wajah ceria, bahkan agar tidak menemui mereka kecuali dengan menekuk wajah dan berpaling.

Duduk dengan ahlul bid’ah menyebabkan kecinta’an kepada mereka. Ibnu Mas’ud berkata, “Seseorang hanya akan berteman dan berjalan dengan orang yang sejenis dengannya”.

Mush’ab bin Sa’ad berkata, “Janganlah engkau duduk bersama orang yang terfitnah (sesat). Karena tidak akan luput darimu salah satu dari dua kemungkinan, engkau terfitnah olehnya sehingga engkau mengikutinya, atau dia akan mengganggumu sebelum engkau meninggalkannya”

Imam al-Barbahari rahimahullah juga mengatakan: “Jika engkau melihat suatu kebid’ahan pada seseorang, jauhilah ia sebab yang ia sembunyikan darimu lebih banyak dari apa yang ia perlihatkan kepadamu.”

Mereka juga menganjurkan hal yang sama saat bertemu dengan orang-orang yang ditakutkan fitnah dari mereka seperti wanita dan pemuda yang tampan. Mereka berkata, “Manakala engkau menampakkan putihnya gigimu kepada wanita atau anak-anak tampan maka mereka akan menampakkan (fitnah) yang ada pada mereka, tetapi manakala engkau menemui mereka dengan muka masam maka engkau telah terjaga dari kejahatan mereka”.

Hidup didunia yang relative sangat pendek, setelah masuk alam kubur, di barzakh manusia akan menunggu dalam masa yang amat panjang sampai datangnya hari ditiupnya sangkakala untuk berbangkit. Berapa lama dialam kubur tidak seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allâh ﷻ, bisa jadi ratusan tahun, ribuan bahkan lebih sebagaimana orang-orang yang telah mendahului kita.

Berkata Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah: “Manusia sejak diciptakan senantiasa menjadi musafir, batas akhir perhentian perjalanan mereka adalah surga atau neraka”. (Al-Fawaid, 1/190).

Perjalanan alam barzakh menuju ke akhirat, berkumpul di mahsyar, hisab dan segenap peristiwa-peristiwa besar lainnya hingga sampai masuk surga atau jatuh ke neraka, itu merupakan perjalanan yang teramat panjang. Setiap manusia pasti akan melintasi sirath tanpa terkecuali. Orang beriman selamat hingga ke negri yang penuh kedamaian, adapun orang kafir dan semisal mereka, akan nyemplung di negri yang penuh kesedihan, azab yang mengerikan. Allâh ﷻ berfirman:

وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ۚ

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. (QS Maryam ayat 71).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Maka dibentangkanlah Sirath ditengah permukaan Jahannam, aku dan ummatku yang pertama sekali melewatinya dari golongan para rasul, dan tidak seorangpun yang berani berbicara dihari itu kecuali para rasul. Dan ucapan para Rasul-Nya saat itu: “Wahai Allah, selamatkanlah, selamatkanlah”. (HR Bukhari (no. 806).

Dari Sahabat Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda:

“Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan diatas permukaan Jahannam. Kami bertanya:” Wahai Rasulullah, bagaimana bentuk jembatan itu? Nabi n berkata,” Licin (lagi) menggelincirkan. Diatasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Najd dikenal dengan pohon Sa’dan …”. (HR. Bukhari (no. 7439).

Dari Sahabat Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda:

“Pengait itu seperti pohon Sa’dan. Diantara mereka ada yang binasa disebakan amal perbuatannya (semasa didunia), dan diantara mereka ada yang tergelincir namun akhirnya selamat”. (HR. Bukhari (no. 806).