Tazkiyatun Nufus

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’ Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah Syarh oleh: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, Ph.D Hafidzahullah Al Khor, 23 Syawal 1446 / 21 April 2025. Bab – Mabuk Asmara (Al-‘Isyq) Tingkatan Orang yang Kasmaran dan Efek […]

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Orang yang sedang kasmaran dan para dayyuts tidak menganggap hal ini sebagai dosa, meskipun permintaan orang yang kasmaran untuk dapat menjalin hubungan dengan objek yang dicintainya, ataupun berserikat dengan suami dan tuan dari wanita yang dicintainya merupakan dosa kezhaliman terhadap orang lain. Mungkin saja kadar dosa tersebut tidak kurang dari dosa zina, atau bahkan lebih darinya.

Hak orang lain tidak gugur hanya dengan bertaubat dari perbuatan keji ini. Taubat berarti menggugurkan hak Allah, namun pelaku tadi tetap bisa dituntut pada hari Kiamat. Kezhaliman ayah dengan merusak anaknya sendiri, buah hatinya, yang lebih disayanginya daripada diri sendiri, serta kezhaliman suami dengan merusak isterinya dan berbuat zhalim terhadap kehormatannya, lebih besar dibandingkan dengan kezhaliman merebut seluruh harta. Sebab, kepedihan yang timbul dari hal ini jauh lebih menyakitkan daripada terampasnya seluruh harta. Tidak ada yang setara dengan hal itu, kecuali menumpahkan darahnya.

Dunia adalah waktu yang sementara, sementara akhirat adalah kekal selamanya. Maka, hendaklah kita semua bersiap diri menghadapNya mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an dalam Surat Al-Baqarah Ayat 281:

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ ۖ

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.

Pada kesempatan kali ini kita bersama-sama mengevaluasi diri, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr Ayat 18…

Kisah ini mengajarkan pentingnya menjaga keadilan dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap fitnah atau gosip.

Kisah ini juga menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan hati dan pikiran, serta tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan.

Kisah ini merupakan contoh tersebarnya fitnah Isyk jika seseorang menceritakan tentang aibnya kepada orang lain, dimana hal ini akan menyebar tak terkendali.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syams Ayat 9-10:

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Sungguh beruntung orang menyucikan jiwanya dari dosa dan mengembangkannya dengan ketaatan dan ketakwaan, dan sungguh merugi orang yang lalai untuk mendidik jiwanya melainkan malah menggodanya (untuk keburukan). Ini adalah jawaban dari qasam (sumpah) itu. At-Tadsiyah (Penodaan) adalah mengurangi dan menyembunyikan, dan itu merupakan lawan kata Tazkiyah (Penyucian).

Kasmaran merupakan cinta berlebihan yang serampangan—sebagaimana disebutkan sebelumnya—karena orang yang dicintai menguasai hati pencinta, sehingga hatinya tidak pernah sepi dari membayangkan, menyebut, dan memikirkan yang dicintai itu. Ingatan dan pikirannya juga tidak pernah lepas dari pujaan hatinya.

Dalam keadaan demikian, jiwa tersibukkan untuk menggunakan kekuatan hewani (naluri) dan spirit (semangat) sehingga hilanglah kekuatan tersebut. Akibatnya, timbullah penyakit pada badan dan roh yang sangat sulit disembuhkan. Sikap, sifat, serta tujuan hidupnya pun berubah dan terabaikan sehingga sulit untuk diperbaiki.

Hati orang yang mencinta adalah tawanan dalam genggaman orang yang dicintai, dia menimpakan kehinaan terhadapnya.

Namun, karena sedang dimabuk asmara, orang itu tidak menyadari musibah yang menimpa pencintanya.

Keadaan hatinya sebagaimana dikatakan dalam bait sya’ir ini:

Seperti burung kecil dalam genggaman tangan anak, dia menimpakan kematian kepadanya sementara anak itu tetap bermain.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kajian Istimewa – Tarbiyah Assunnah Pemateri: Ustadz Dr. Firanda Andirja MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Pertemuan: 23 Sya’ban 1446 / 22 Februari 2025 Tempat: Masjid Agung Al-Ukhuwwah Bandung Meraih Kemenangan di Bulan Penuh Ampunan الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ […]

Termasuk dalam hal ini bahwa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu memerintahkan menebang pohon yang di bawahnya pernah dilakukan bai’at oleh nabi, ia juga memerintahkan agar kuburan Danial (Nabi di zaman Bani Israil) disembunyikan, untuk menutup berbagai sarana menuju syirik dan fitnah. Beliau Radhiyallahu Anhu juga melarang sengaja shalat di tempat-tempat yang dahulu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam beristirahat dalam perjalanannya, seraya berkata, “Apakah kalian ingin menjadikan bekas-bekas jejak nabi-nabi kalian sebagai tempat ibadah? (Akan tetapi) siapa yang mendapati waktu shalat di sana, hendaknya ia shalat, jika tidak maka jangan lakukan.”

Obat penyakit yang fatal ini dimulai dari kesadaran penderita bahwa cobaan yang menimpanya merupakan lawan dari tauhid. Hal ini terjadi karena kebodohan dan kelalaian hatinya kepada Allah. Oleh sebab itu, wajib baginya mengetahui tauhid kepada Allah, sunnah-sunnahNya, dan ayat-ayatNya.

– Syarah: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah

Pengobatan dimulai dari asalnya dulu, tujuan dari Allah ﷻ menciptakan dia. Yaitu menegakkan tauhid di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.